WASHINGTON – Pemerintah AS mengeluarkan peringatan larangan bepergian kepada para warga negaranya ke Pakistan. Pemerintah AS melarang Pakistan karena keberadaan al-Qaeda, Taliban, dan sejumlah kelompok lain yang disebut berbahaya.
"Keberadaan elemen-elemen al-Qaeda, Taliban, dan kelompok-kelompok
militan pribumi membahayakan para warga negara AS yang ada di Pakistan,
khususnya di perbatasan barat negara tersebut," kata Departemen Luar
Negeri AS dalam peringatan perjalanannya.
Deplu menambahkan bahwa laporan ancaman itu mengindikasikan adanya
kelompok-kelompok yang terus berusaha mencari peluang untuk menyerang
tempat-tempat yang didatangi warga negara AS dan negara Barat, seperti
pusat perbelankaan, hotel, kelab malam dan rumah makan, tempat
peribadatan, sekolah, atau ajang rekreasi luar ruangan.
Peringatan Deplu AS tersebut juga menyebutkan bahwa pemerintah Pakistan telah meningkatkan upaya pengamanan, khususnya di kota-kota besar yang sebelumnya pernah menjadi target bom bunuh diri.
Dalam beberapa kejadian terakhir, militan biasanya menyaru sebagai
personel aparat keamanan Pakistan agar bisa mendapatkan akses menuju
wilayah sasaran.
"Kedutaan kembali mengulang nasihat ini untuk semua warga negara AS.
Harap kalian melakukan hal-hal yang diperlukan untuk menjaga keamanan
dan keselamatan sepanjang waktu. Langkah-langkah tersebut di antaranya
menjaga kewaspadaan terhadap keadaan sekitar, menghindari tempat
keramaian, dan tidak usah terlalu mencolok," kata Deplu AS.
Peringatan itu menyebutkan bahwa sejumlah laporan media belakangan
ini telah sengaja mengidentifikasi pada diplomat AS, juga para jurnalis
dan staf lembaga nonpemerintahan, dengan keliru demi keamanan.
Para pejabat AS di Lahore dan Islamabad diperintahkan untuk
mengurangi dan meminimalkan frekuensi perjalanan ke pasar-pasar,
restoran, dan tempat keramaian lainnya.
Kunjungan para pejabat AS ke Peshawar dan Karachi dibatasi,
pergerakan para pejabat yang bertugas di konsulat jenderal di kota-kota
tersebut amat dibatasi, bunyi peringatan tersebut.
Hanya ada sedikit kunjungan pejabat yang diagendakan di hotel, itu
pun jangka waktu menginapnya singkat, kata Departemen Luar Negeri AS.
Pakistan akan menerima "konsekuensi serius" jika ada serangan teror
yang berhasil dilakukan ternyata terlacak hingga ke negara tersebut,
demikian bunyi peringatan dari Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton
bulan Mei lalu. Peringatan tersebut mungkin bisa dilihat sebagai pesan
paling keras AS terhadap Pakistan sejak plot pengeboman gagal Times
Square.
Dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi CBS, Clinton
mengatakan bahwa meski sikap Pakistan terhadap terorisme telah berubah
baru-baru ini, Pakistan masih perlu menerapkan langkah-langkah keras
untuk menumpas militansi yang berasal dari negara tersebut.
"Kami sudah memperjelas bahwa jika, semoga tidak, ada serangan
semacam ini yang dapat kami lacak hingga Pakistan dan (serangan) itu
berhasil, maka akan ada konsekuensi berat," kata Clinton memperingatkan.
"Kami bersikap lebih kooperatif dan ada perubahan nyata dalam
komitmen pemerintah Pakistan. Tapi, kami menginginkan lebih. Kami
mengharapkan lebih," tambahnya.
Mengakui bahwa AS dan Pakistan menjalin hubungan militer dan
intelijen yang lebih baik dari sebelumnya, Clinton mengatakan bahwa
Islamabad telah memainkan "permainan ganda" dalam hal terorisme.
"Saya kira ada permainan ganda yang berlangsung dalam beberapa tahun
sebelumnya, kami banyak mendengar janji, namun yang dilaksanakan hanya
segelintir. Kami telah berbuat banyak. Kami telah melihat ditangkap dan
dibunuhnya banyak pemimpin kelompok-kelompok teroris, dan kami akan
melanjutkan itu," kata Clinton, menjawab pertanyaan dari koresponden 60
Minutes, Scott Pelley.
Para pejabat AS mengklaim bahwa Faisal Shahzad, yang diduga berusaha meledakkan bom mobil di New York City telah memberitahu mereka bahwa ia mendapat pelatihan di Pakistan.