ROMA – Italia siap untuk memperbolehkan angkatan
udaranya untuk mengambil "tindakan yang ditargetkan" melawan
sasaran-sasaran militer yang terpilih di Libya, Perdana Menteri Silvio
Berlusconi mengatakan pada Senin (25/4).
Dalam sebuah percakapan telepon dengan Presiden AS, Barack Obama,
Berlusconi mengatakan, ia mengatakan kepada Obama "bahwa Italia telah
memutuskan untuk menanggapi secara positif," pada sebuah permohonan oleh
pimpinan aliansi militer NATO.
"Italia telah memutuskan untuk menambah fleksibilitas operasional
pesawat-pesawatnya melalui tindakan yang ditargetkan terhadap sasaran
militer tertentu di kawasan Libya di dalam konteks berkontribusi untuk
melindungi populasi warga sipil Libya," ia mengatakan dalam sebuah
pernyataan lanjutan.
Dalam cara ini, Perdana Menteri tersebut mengatakan, "Italia masih
tetap berada di dalam batas-batas yang dirancang oleh mandat NATO untuk
operasi tersebut dan resolusi Dewan Keamanan PBB."
Sebelumnya pada Senin, sebuah serangan udara oleh NATO menghancurkan
kantor pemimpin Libya, Moammar Gaddafi di kediamannya yang luas di
Tripoli. Pengeboman tersebut datang setelah kekerasan di kota terkepung
Misrata, di mana pasukan Kolonel Gaddafi – yang menurut dugaan telah
meninggalkan kota tersebut – berlanjut untuk memerangi para pemberontak.
Seorang pejabat Libya menemani jurnalis ke kamp Gaddafi mengatakan
bahwa 45 orang terluka, 15 orang terluka serius, dalam pengeboman
tersebut. Ia mengatakan bahwa ia tidak tahu apakah ada korban di bawah
puing-puing.
"Pengeboman tersebut adalah upaya untuk membunuh Kolonel Gaddafi," ia
mengatakan, menurut kantor berita Agence-France Presse. Saif Al-Islam,
anak laki-laki Gaddafi, menggambarkan pengeboman tersebut sebagai
"pengecut".
"Serangan pengecut pada kantor Kolonel Gaddafi ini kemungkinan
membuat takut atau menteror anak-anak namun kami tidak akan mengabaikan
pertempuran dan kami tidak takut," ia mengatakan, mengklaim bahwa
pertempuran NATO "kalah pada awalnya."
Pesawat perang NATO telah menargetkan distrik Bab Al-Aziziya, di mana kamp kepresidenan terletak. NATO mengambil alih intervensi militer pada 31 Maret.
Sekitar pukul 3 pagi asap masih membumbung dari bagian bangunan yang
terhantam, disaksikan oleh belasan orang yang meneriakkan slogan
memuji-muji "Pembimbing," salah satu dari banyak julukan untuk Gaddafi.
Tindakan militer yang disetujui oleh PBB, pertama kali diluncurkan
oleh Inggris, Perancis dan AS pada 19 Maret, namun NATO kemudian
mengambil alih operasi tersebut.
Italia, seperti halnya Perancis dan Inggris, pekan lalu setuju untuk
mengirimkan penasihan untuk membantu Dewan Transisi Nasional pemberontak
yang berbasis di Benghazi dalam pertempurannya melawan pasukan Gaddafi
yang dipersenjatai dan dilatih dengan lebih baik.
Italia, mantan penguasa kolonial Libya, telah mengesampingkan operasi
zona tempur dan mengatakan bahwa pihaknya ingin melihat Gaddafi dan
keluarganya menyerahkan kekuasaan secara sukarela untuk memberikan jalan
sebuah solusi pada konflik tersebut.
Rejim Gaddafi menuduh AS, yang meluncurkan serangan drone Predator
pertamanya selama akhir pekan, atas kejahatan terhadap kemanusiaan.
Serangan drone tersebut sejauh ini telah menghantam sebuah peluncur
roket yang menargetkan Misurata dan sebuah misil dari daratan ke udara
SA-8 di Tripoli, menurut pejabat NATO.