Abu
Nawas beristirahat di bawah sebatang pohon rindang. la merasa hawa di
situ amat sejuk dan segar sehingga tidak berapa lama kemudian mengantuk
dan tertidur di bawah pohon.
Abu Nawas tak tahu berapa lama ia tertidur, tahu-tahu ia merasa dilempar ke atas lantai tanah. Brak! lapun tergagap bangun.
"Kurang ajar! Siapa yang melemparku?" tanyanya heran sembari menengok kanan kiri.
Ternyata ia berada di sebuah ruangan pengap berjeruji besi. Seperti penjara.
"Hai keluarkan aku! Kenapa aku dipenjara di sini.!"
Tidak
berapa lama kemudian muncul seorang badui bertubuh besar. Abu Nawas
memperhatikan dengan seksama, ia ingat orang inilah yang menjua! bubur
haris di rumah besar di tengah desa.
"Jangan teriak-teriak, cepat
makan ini !" kata orang sembari menyodorkan piring ke lubang ruangan.
Abu Nawas tidak segera makan. "Mengapa aku dipenjara?"
"Kau akan kami sembelih dan akan kami jadikan campuran bubur haris."
"Hah? Jadi yang kau jual di tengah desa itu bubur manusia?"
"Tepat.... itulah makanan favorit kesukaan kami."
"Kami...? Jadi kalian sekampung suka makan daging manusia?"
"lya, termasuk dagingmu, sebab besok pagi kau akan kami sembelih!"
"Sejak kapan kalian makan daging manusia?"
"Oh.., sejak lama .... setidaknya sebulan sekali kami makan daging manusia."
"Dari mana saja kalian dapatkan daging manusia?"
"Kami
tidak mencari ke mana-mana, hanya setiap kali ada orang masuk atau
lewat di desa kami pasti kami tangkap dan akhirnya kami sembelih untuk
dijadikan butjur." Abu Nawas diam sejenak. la berpikir keras bagaimana
caranya bisa meloloskan diri dari bahaya maut ini. la merasa heran,
kenapa Baginda tidak mengetahui bahwa di wilayah kekuasaannya ada
kanibalisme, ada manusia makan manusia.
"Barangkali para menteri
hanya melaporkan hal yang baik-baik saja. Mereka tidak mau bekerja
keras untuk memeriksa keadaan penduduk." pikir Abu Nawas. "Baginda
harus mengetahui hal seperti ini secara langsung, kalau perlu....!"
Setelah
memberi makan berupa bubur badui itu meninggalkan Abu Nawas. Abu Nawas
tentu saja tak berani makan bubur itu jangan-jangan bubur manusia. la
menahan lapar semalaman tak tidur, tubuhnya yang kurus makin nampak
kurus.
Esok harinya badui itu datang lagi.
"Bersiaplah sebentar lagi kau akan mati."
Abu
Nawas berkata,"Tubuhku ini kurus, kalaupun kau sembelih kau tidak akan
memperoleh daging yang banyak. Kalau kau setuju nanti sore akan
kubawakan temanku yang bertubuh gemuk. Dagingnya bisa kalian makan
selama lima hari."
"Benarkah?"
"Aku tidak pernah bohong!"
Orang
badui itu diam sejenak, ia menatap tajam ke arah Abu Nawas. Entah
kenapa akhirnya orang badui itu rnempercayai dan melepaskan Abu Nawas.
Abu Nawas langsung pergi ke istana menghadap Bagirida.
Setelah berbasa-basi maka Baginda bertanya kepada Abu Nawas. "Ada apa Abu Nawas? Kau datang tanpa kupanggil?"
"Ampun Tuanku, hamba barus saja pulang dari suatu desa yang aneh."
"Desa aneh, apa keanehannya?"
"Di
desa tersebut ada orang menjual bubur haris yang khas dan sangat
lezat. Di samping itu hawa di desa itu benar-benar sejuk dan segar."
"Aku ingin berkunjung ke desa itu. Pengawal! Siapkan pasukan!"
"Ampun Tuanku, jangan membawa-bawa pengawal. Tuanku harus menyamar jadi orang biasa."
"Tapi ini demi keselamatanku sebagai seorang raja"
"Ampun
Tuanku, jika bawa-bawa tentara maka orang sedesa akan ketakutan dan
Tuanku takkan dapat melihat orang menjual bubur khas itu."
"Baiklah, kapan kita berangkat?"
"Sekarang juga Tuanku, supaya nanti sore kita sudah datang di perkampungan itu."
Demikianlah, Baginda dengan menyamar sebagai sorang biasa mengikuti Abu Nawas ke perakmpungan orang-orang badui kanibal.
Abu Nawas mengajak Baginda masuk ke rumah besar tempat orang-orang makan bubur. Di sana mereka membeli bubur.
Baginda memakan bubur itu dengan lahapnya.
"Betul katamu, bubur ini memang lezat!" kata Baginda setelah makan."Kenapa buburmu tidak kau makan Abu Nawas."
"Hamba masih kenyang," kata Abu Nawas sambil melirik dan berkedip ke arah penjual bubur.
Setelah makan, Baginda diajak ke tempat pohon rindang yang hawanya sejuk.
"Betul juga katamu, di sini hawanya memang sejuk dan segar ..... ahhhhh ........ aku kok mengantuk sekali."kata Baginda.
"Tunggu Tuanku, jangan tidur dulu....hamba pamit mau buang air kecil di semar belukar sana."
"Baik, pergilah Abu Nawas!"
Baru
saja Abu Nawas melangkah pergi, Baginda sudah tertidur, tapi ia segera
terbangun lagi ketika mendengar suara bentakan keras.
"Hai
orang gendut! Cepat bangun ! Atau kau kami sembelih di tempat ini!"
ternyata badui penjual bubur sudah berada di belakang Baginda dan
menghunus pedang di arahkan ke leher Baginda.
"Apa-apaan ini!" protes Baginda.
"Jangan banyak cakap! Cepat jalan !"
Baginda mengikuti perintah orang badui itu dan akhirnya dimasukkan ke dalam penjara.
"Mengapa aku di penjara?"
"Besok
kau akan kami sembelih, dagingmu kami campur dengan tepung gandum dan
jadilah bubur haris yang terkenal lezat. Hahahahaha !"
"Astaga jadi yang kumakan tadi...?"
"Betul kau telah memakan bubur kami, bubur manusia."
"Hoekkkkk....!" Baginda mau muntah tapi tak bisa.
"Sekarang tidurlah, berdoalah, sebab besok kau akan mati."
"Tunggu...."
"Mau apa lagi?"
"Berapa penghasilanmu sehari dari menjual bubur itu?"
"Lima puluh dirham!"
"Cuma segitu?"
"lya!"
"Aku bisa memberimu lima ratus dirham hanya dengan menjual topi."
"Ah, masak?"
"Sekarang
berikan aku bahan kain untuk membuat topi. Besok pagi boleh kalian
coba menjual topi buatanku itu ke pasar. Hasilnya boleh kau miliki
semua !"
Badui itu ragu, ia berbalik melangkah pergi. Tak lama kemudian kembali lagi dengan bahan-bahan untuk membuat topi.
Esok
paginya Baginda menyerahkan sebuah topi yang bagus kepada si badui.
Baginda berpesan, "Juallah topi ini kepada menteri Farhan di istana
Bagdad."
Badui itu menuruti saran Baginda.
Menteri Farhan terkejut saat melihat seorang badui datang menemuinya. "Mau apa kau?" tanya Farhan.
"Menjual topi ini..."
Farhan
melirik, topi itu memang bagus. la mencoba memeriksanya dan alangkah
terkejutnya ketika melihat hiasan berupa huruf-huruf yang maknanya
adalah surat dari Baginda yang ditujukan kepada dirinya.
"Berapa harga topi ini?"
"Lima ratus dirham tak boleh kurang!"
"Baik aku beli !"
Badui
itu langsung pulang dengan wajah ceria. Sama sekali ia tak tahu jika
Farhan telah mengutus seorang prajurit untuk mengikuti langkahnya.
Siangnya prajurit itu datang lagi ke istana dengan melaporkan lokasi
perkampungan si penjual bubur.
Farhan cepat bertindak sesuai
pesan di surat Baginda. Seribu orang tentara bersenjata lengkap dibawa
ke perkampungan. Semua orang badui di kampung itu ditangkapi sementara
Baginda berhasil diselamatkan.
"Untung kau bertindak cepat, terlambat sedikit saja aku sudah jadi bubur!" kata Baginda kepada Farhan.
"Semua ini gara gara Abu Nawas!" kata Farhan.
"Benar! Tapi juga salahmu! Kau tak pernah memeriksa perkampungan ini bahwa penghuninya adalah orang-orang kanibal!"
"Bagaimanapun Abu Nawas harus dihukum!"
"Ya, itu pasti!"
"Hukuman mati!" sahut Farhan.
"Hukuman mati? Ya, kita coba apakah dia bisa meloloskan diri?" sahut Baginda.