Ke Indonesia, PM China Merasa Aman Karena RI Banyak Muslimnya

Written By Juhernaidi on Jumat, 29 April 2011 | 5:43:00 PM

Perdana Menteri China, Wen Jiabao, terkesan dengan Islam, yang salah satu ajarannya menjunjung tinggi perdamaian dan saling menghormati. Indonesia sebagai negara dengan pemeluk Islam terbanyak, ujar Wen, adalah contoh dimana toleransi ditegakkan. (foto: Google)
JAKARTA  - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Jumat (29/4/2011) sore ini, dijadwalkan menerima kunjungan kenegaraan Perdana Menteri China Wen Jiabao di Istana Merdeka, Jakarta.
PM Wen Jiabao mengatakan, kunjungannya ke Indonesia adalah dalam rangka memenuhi undangan Presiden SBY. Sekitar 19 nota kesepahaman (MoU) akan ditandatangani setelah Presiden dan PM Wen Jiabao melakukan pertemuan bilateral
Perdana Menteri China, Wen Jiabao, terkesan dengan Islam, yang salah satu ajarannya menjunjung tinggi perdamaian dan saling menghormati. Indonesia sebagai negara dengan pemeluk Islam terbanyak, ujar Wen, adalah contoh dimana toleransi ditegakkan.
Pada kunjungannya ke Universitas al-Azhar di Jakarta, Wen mengatakan bahwa dia pernah membaca al-Quran. Isi kitab suci itu, ujarnya, mengajarkan perdamaian dan keselarasan hidup antar umat manusia.

"Saya pernah membaca al-Quran, ajaran di dalamnya memberitahukan kita bahwa dunia butuh perdamaian, harmoni dan keselarasan," ujar Wen, yang berbicara dalam bahasa Mandarin dan selanjutnya dialihbahasakan ke Bahasa Indonesia.

Wen mengatakan bahwa di China terdapat sekitar 20 juta penduduk muslim. Indonesia sebagai negara pemeluk agama Islam terbanyak, membuatnya tidak merasa asing.

"Datang ke Indonesia, khususnya al-Azhar, saya merasa sudah kembali ke rumah," ujarnya.

Pada kesempatan itu, Wen menyerukan perdamaian umat manusia dan meningkatkan rasa saling menghargai antar bangsa. "Setiap negara harus saling menghormati bangsa dan agama. Umat beragama juga harus saling menghormati," ujar Wen.

Wen juga mengatakan terkesan dengan budaya Indonesia yang jumlahnya ratusan tersebar di seluruh nusantara. Dia mengatakan telah mengunjungi beberapa tempat di Indonesia, di antaranya adalah Jakarta, Yogyakarta dan Bali.

"Jika ada kesempatan lagi saya ingin tinggal lebih lama di Indonesia," ujarnya.

Wen tiba di Indonesia pada Kamis, 28 April 2011 kemarin, dan akan kembali ke negaranya pada Sabtu sore, 30 April 2011. Pada kunjungan Wen, pemerintah China dan Indonesia akan menandatangani sejumlah perjanjian baru, yaitu kerjasama di bidang industri teknologi, pengajaran bahasa, pariwisata, perbankan, dan perkebunan kelapa sawit.

Kunjungan Wen ke al-Azhar adalah kunjungan dalam rangka meningkatkan kerja sama pendidikan bahasa mandarin. Pada kunjungan tersebut juga,Wen menyerukan kepada para generasi muda untuk terus maju.

Dia mengundang para pemuda Indonesia untuk datang ke China dan melihat perkembangan negara tersebut sambil belajar kebudayaan China yang telah berlangsung selama ribuan tahun.

"Untuk mengenal Tiongkok bukan perkara mudah. Kalau mau belajar budaya Tiongkok, harus pakai hati, otak dan kaki," ujar Wen.

Pakai kaki disini maksud Wen adalah harus bergerak, tidak bisa pengetahuan datang dengan sendirinya jika kita hanya duduk dan berpangku tangan.
Sementara itu, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan, nilai nota kesepahaman antardunia usaha mencapai 10 miliar dollar AS. Nota kesepahaman tersebut, antara lain, menyepakati peningkatan kerja sama di bidang industri, keuangan, dan investasi riil di bidang, antara lain mesin, semen, dan teknologi.
"Kita dorong supaya perdagangan bilateral kita berimbang dan berlanjut serta tumbuh," kata Mari kepada para wartawan.
Mari juga menambahkan, Pemerintah Indonesia akan mengumumkan target perdagangan baru dengan China. Soal angka, Mari mengatakan bahwa hal tersebut akan diumumkan pada Jumat ini.
Sedangkan Kepala Koordinasi Penanaman Modal Gita Wiryawan mengatakan, China's State Development and Investment Corporation (SDIC), sebuah BUMN di China, tertarik berinvestasi di bidang semen di Papua atau Papua Barat. Gita mengatakan, SDIC berencana menanamkan modal sebesar 100-200 miliar dollar AS untuk membangun pabrik semen.
Ke depan, sambungnya, SDIC berencana membangun pembangkit listrik di Papua atau Papua Barat. Nilai investasi pembangunan pembangkit listrik tersebut diperkirakan dapat mencapai 10 miliar dollar AS.

Simulasi Jangka Sorong