
BETHLEHEM – Para analis politik rata-rata berpandangan bahwa pemerintahan baru yang dikepalai Salam Fayyad sebagai sebuah langkah yang positif, namun mereka berbeda pendapat mengenai alasan dibalik deklarasi tiba-tiba pemerintahan pengganti sementara tersebut.
Para pengamat mengutip
pernyataan dari Mesir yang menyebutkan bahwa pertemuan dari presiden
Palestina Mahmoud Abbas dengan presiden AS, Barack Obama sebagai alasan
dibalik pembentukan tergesa-gesa dari pemerintahan baru Palestina
tersebut.
Sejumlah teori
dihembuskan mengenai alasan Abbas membentuk pemerintahan baru dengan
sangat terburu-buru. Disebut terburu-buru karena Fatah baru saja
menggelar pembicaraan rekonsiliasi dengan Hamas, dan hanya berjarak
beberapa bulan setelah pemerintahan baru AS dan Israel dilantik.
Mundurnya pemerintahan sementara:
Abbas merasa harus
membentuk pemerintahan baru karena dua pemerintahan sementara sama-sama
mengundurkan diri pada rangkaian pertama pembicaraan rekonsiliasi.
Sebuah teori menyebutkan bahwa pemerintahan sementara tidak akan berubah
menjadi permanen karena ditentang oleh dewan legislatif Palestina sejak
semula.
Kegagalan Dialog:
Rangkaian terakhir
pembicaraan yang bertempat di Kairo seolah hanya pembicaraan pura-pura,
baik kubu Fatah maupun Hamas tidak ada yang mengirimkan delegasi kelas
atas mereka dalam perundingan tersebut agar tercapai kemajuan dalam
hubungan kedua faksi tersebut. Hamas menunjuk seorang menteri dalam
negeri baru untuk pemerintahannya setelah mantan menteri Said Siyam
tewas dibunuh, dan saat tersebut merupakan saat yang tepat bagi
pemerintahan Tepi Barat untuk meyakinkan bahwa pemerintahan Palestina
bisa memerintah dengan jumlah kabinet yang penuh.
Tekanan Internasional:
Abu Mazen (Presiden
Abbas) tidak bisa pergi ke Washington untuk bertemu dengan presiden
Obama pada tanggal 28 Mei jika tidak ada pemerintahan yang lengkap dan
berjalan normal, demikian disebutkan dalam sebuah teori. Pemerintahan
baru yang lebih besar memiliki lebih banyak perwakilan dari faksi lain
dan sejumlah perwakilan independen. Pemerintahan yang beranggotakan 20
orang (pemerintahan sebelumnya hanya beanggotakan 16 orang, Red)
dipandang sebagai pemerintahan yang lebih besar dan sah, bahkan jika ada
faksi yang tidak dilibatkan (Hamas).
Pemerintahan baru
tersebut juga lebih disukai oleh komunitas internasional, khususnya bagi
AS dan Israel. Seorang sumber mengatakan, jika Abbas mengganti Perdana
Menteri Salam Fayyad dengan orang lain, maka pemerintahannya akan
kehilangan dukungan dan sumbangan dana dari pihak asing. Sumber tersebut
menambahkan bahwa Abbas tidak mau hal itu sampai terjadi, maka dia
memutuskan bahwa kandidat lainnya tidak akan lebih baik untuk
mempersatukan Palestina dan hanya akan membuat pemerintahan Palestina
terjun semakin dalam memasuki jurang krisis ekonomi.
Didikte Kairo:
Sebuah teori akhir
mengatakan bahwa Mesir sebagai penengah memerintahkan Abbas untuk segera
membentuk pemerintahan baru sebagai sebuah pesan terhadap Hamas bahwa
pemerintahan Palestina di Ramallah serius dalam menginginkan perdamaian
dan keamanan rakyat Palestina. Jika Tepi Barat dan Fatah menjadi kuat,
teori tersebut mengatakan bahwa Hamas lama-kelamaan akan terpinggirkan
dalam peta kekuatan politik.
Lalu mengapa harus
membentuk pemerintahan yang besar? Pemerintahan baru tersebut
baranggotakan 20 orang, jumlah tersebut naik dari angka 16 menteri yang
menghuni kabinet sebelumnya, dan kemungkinan akan bertambah empat orang
tambahan dari faksi Fatah, Front Demokrasi Pembebasan Palestina (DFLP),
Fida, dan Front Perlawanan Populer (PSF) demikian halnya dengan sejumlah
tokoh independen dan teknokrat.
Para analis mengatakan
bahwa pemerintahan dengan banyak anggota akan memberikan kredibilitas
yang lebih besar kepada Abbas dan memberikan stabilitas pemerintahan
karena dewan legislatif Palestina dinyatakan tidak berfungsi.
Banyak anggota kabinet
baru yang telah banyak mengecap asam garam dunia perpolitikan sebagai
pemimpin kotapraja, dan sebagian lainnya memiliki latar belakang
pemerintahan, kebanyakan berasal dari lembaga pengembangan yang didanai
pemerintah.
"Mereka hanya perlu menjalankan agenda yang telah dipersiapkan oleh Abbas," demikian tutur seorang analis politik.
Untuk masalah
keabsahan, banyak pihak memandang bahwa tindakan dan keberhasilan dalam
kancah politik akan membuat pemerintahan berumur panjang, walaupun masih
akan ada pernyataan keberatan dari blok PFLP, PPP, dan Dewan Legislatif
Fatah.
"Jika mereka
(pemerintahan baru Palestina) bisa bertahan dengan Bibi (Perdana Menteri
Israel, Benjamin Netanyahu), menghentikan pembangunan pemukiman ilegal
Yahudi, mampu menjaga stabilitas keuangan, dan bekerjasama untuk
mencapai persatuan dengan Gaza, maka tidak akan ada yang
mempermasalahkan keabsahan pemerintahan baru tersebut," kata seorang
analis lainnya.