
WASHINGTON – Dokter CIA menyediakan panduan bagi interogator dan mendokumentasikan efek dari peningkatan teknik interogasi, ujar sebuah laporan.
Minggu ini, Jurnal Asosiasi Medis Amerika mempublikasikan sebuah
laporan berjudul "Peran Dokter CIA Dalam Interogasi dan Penyiksaan
Meningkat Terhadap Tahanan," yang menyatakan bahwa para dokter CIA,
tanpa menghormati standar etika medis, melakukan evaluasi medis terhadap
tahanan di lokasi sebelum dan selama interogasi.
Kantor Layanan Medis CIA (OMS) mengatakan bahwa metode itu tidak
sampai pada penyiksaan, meski mengakui bahwa teknik abusif itu bisa
menyebabkan risiko medis yang serius.
Isolasi, musik yang keras, terus-menerus di dalam ruangan yang terang
atau gelap, suhu dingin yang ekstrim, makanan yang kurang, dan
waterboarding hanya beberapa dari sekian banyak teknik abusif yang
diterapkan.
Di bulan Juni, Physicians for Human Rights menuduh pemerintahan Bush mengubah tahanan CIA menjadi subyek penelitan.
Organisasi non-pemerintah internasional itu merinci bagaimana
profesional medis melakukan teknik "interogasi meningkat" secara ilegal
terhadap para tahanan dan kemudian mengumpulkan data untuk mempelajari
dan menyempurnakan teknik-teknik tersebut.
Penelitian Jurnal Asosiasi Medis Amerika (JAMA) ditulis oleh Leonard
S. Rubinstein, presiden Physicians for Human Rights, dan Brigadir
Jenderal (pensiun) Stephen N. Xenakis, mantan psikiater Angkatan Darat
yang sekarang bekerja untuk Pusat Kesehatan dan HAM Masyarakat.
Penelitian tersebut didasarkan pada dokumen rahasia di tahun 2004, yang
memaparkan tentang panduan Kantor Layanan Medis CIA untuk interogasi
tahanan, yang dirilis oleh pemerintahan Obama.
Dalam sebuah artikel untuk Harper’s, pengacara HAM Scott Horton
memperhatikan bahwa penelitian JAMA memperkuat dugaan bahwa
dokter-dokter OMS tidak hanya menawarkan opini medis terhadap apa yang
ditetapkan sebagai penyiksaan tapi "memberikan apa yang diharapkan oleh
atasan mereka: lampu hijau untuk penyiksaan".
Penelitian itu menekankan bahwa meskipun OMS menyetujui penggunaan
metode interogasi meningkat yang menjadi subyek pembatasan medis,
pembatasan itu tidak mempertimbangkan rasa sakit dan penderitaan yang
sesungguhnya dan hanya memperhitungkan untuk meminimalisir peluang
ditimbulkannya kerusakan fisik permanen.
Mereka memasukkan batas ketahanan untuk eksposur ke suhu tertentu,
baik sampai saat hipotermia diharapkan muncul atau pada bukti-bukti
hipotermia; penurunan berat badan sampai 10% atau bukti malnutrisi yang
signifikan sebagai hasil pembatasan makanan; dan eksposur ke suara yang
memekakkan telinga.
Posisi tekanan diijinkan sampai 48 jam, dengan tangan tahanan diikat
tidak lebih tinggi dari kepala, berat badan ditopang oleh ekstrimitas
rendah, dan luka-luka yang sudah ada tidak diperparah. Panduan OMS juga
menganjurkan agar peralatan resusitasi darurat disediakan saat melakukan
waterboarding.
Meskipun panduan itu menspesifikasi bahwa kondisi fisik tahanan harus
sedemikian rupa sehingga intervensi tidak akan memberikan efek jangka
panjang, mereka mengabaikan literatur profesional tentang potensi risiko
kesehatan dari teknik-teknik itu.
"Kecurangan dalam urusan ini luar biasa saling terkaitnya," tulis
Horton. "Pengacara penyiksa Departemen Kehakiman mengandalkan dokter
penyiksa CIA untuk kesimpulan bahwa teknik-teknik tertentu tidak
menimbulkan rasa sakit yang parah yang melanggar larangan penyiksaan
dalam undang-undang kejahatan; dokter-dokter CIA bergantung pada
pengacara Departemen Kehakiman untuk kesimpulan yang sama. Tampak
kompak, dan seorang jaksa penuntut yang waspada tidak akan ragu
menyebutkan perusahaan kriminal bersama. Sulit untuk dilihat pada titik
ini siapa yang perilakunya secara etika lebih menjijikkan, meskipun
bukti-bukti memperlihatkan bahwa keduanya terlibat dalam malpraktik
begitu mengerikan yang menjamin proses disipliner formal."
"Para dokter penyiksa itu berharap identitas mereka dilindungi
sehingga bisa lolos dari konsekuensi alami malpraktik profesional mereka
yang menjijikkan," ujar Horton menyimpulkan. "Ini membantu kita untuk
memahami mengapa figur-figur senior di dalam komunitas intelijen
sekarang menekan keras Departemen Kehakiman untuk mengkriminalisasi
siapapun yang berusaha mengungkap identitas mereka yang terlibat. Mereka
mengatakan bahwa mereka yang diidentifikasi akan menjadi sasaran
'teroris'."