ISLAMABAD - Kematian Syed Saleem Shahzad yang menulis untuk Asia Times Online
dan kantor berita Italia, telah mengirimkan gelombang kejutan di negara
tersebut di tengah kecurigaan bahwa ia jatuh ke tangan intelijen
negara.
Dia dilaporkan telah hilang di ibukota, Islamabad sejak Minggu (29/5/2011).
Pada Selasa (31/5) pagi, polisi mengatakan anggota keluarga
mengidentifikasi tubuh yang ditarik dari kanal hampir 100 mil jauhnya
bahwa itu adalah tubuh jurnalis berusia 40 tahun.
Mereka mengatakan tubuhnya memiliki tanda-tanda penyiksaan.
Dia menghilang dua hari setelah menulis laporan investigasi di Asia
Times Online menggambarkan bagaimana Al Qaeda melancarkan serangan pada
minggu lalu ke basis angkatan laut di Karachi.
Mujahidin melaksanakan komando selama 18 jam, dalam serangan yang menghinakan angkatan bersenjata di negara itu.
Laporan Shahzad mengklaim bahwa angkatan laut itu telah dalam
pembicaraan dengan Al Qaeda yang akan melepaskan perwira yang ditangkap
karena dicurigai berhubungan dengan “teroris”.
Ia juga mengatakan bahwa ia dihubungi oleh ISI (intelijen Pakistan)
setelah menulis pada tahun lalu bahwa Pakistan melepaskan Mullah
Baradar, orang yang disebut-sebut merupakan petinggi Taliban Afghanistan
sampai ia ditahan di Karachi.
Ali Dayan Hasan, senior penelitian ham Asia Selatan mengatakan Shahzad mengeluhkan tentang ancaman terhadap dirinya.
“Suatu hari ia datang ke kantor kami dan memberi tahu bahwa ISI telah
mengancam dirinya. Dia mengatakan kepada kami bahwa jika sesuatu
terjadi padanya, kita harus menginformasikan kepada media mengenai
situasi dan ancaman,” ujar Hasan.
Kematian ayah dari tiga anak ini merupakan pengingat resiko yang dihadapi oleh jurnalis di Pakistan.
Komite untuk Melindungi Jurnalis mengatakan bahwa negara itu
merupakan yang paling mematikan bagi wartawan, dengan seidkitnya delapan
wartawan tewas dalam menjalankan tugas.