
Sejak awal protes dimulai oleh oposisi Yaman, pesawat tempur AS
telah secara dramatis meningkatkan serangan terhadap posisi AQAP.
Bekerja dengan mengumpulkan informasi intelijen mengenai Mujahidin
diintensifkan. Sarana elektronik agen intelijen digunakan untuk tujuan
ini.
Agen intelijen As bekerja bersama layanan khusus Yaman dan Arab Saudi, tulis New York Times.
Washington mengatakan bahwa Mujahidin AQAP diduga telah terkait
dengan pemberontak lainnya dan militan anti-pemerintah dan AS, mereka
berkata, “tidak mau menyerang tanpa pandang bulu pada semua pejuang yang
melawan pasukan pemerintah”.
Amerika mengatakan bahwa mereka seharusnya lebih berhati-hati dengan
pemboman karena warga sipil mungkin akan terbunuh dan ini dapat
mengakibatkan fakta bahwa Yaman akan mendukung Al Qaeda.
Pernyataan Amerika Serikat, bagaimanapun, menimbulkan skeptimisme
serius, karena pengalaman menunjukkan bahwa korban sipil tidak pernah
dihentikan oleh Amerika. Selain itu, Amerika Serikat secara teratur dan
sengaja telah membunuh warga sipil, kebanyakan perempuan dan anak-anak,
yang menyiratkan bahwa pembunuhan akan terus berlanjut selama warga
sipil tidak mengusir Mujahidin dari tanah mereka.
Ini telah lama diketahui dan dipraktekkan dan sedang digunakan oleh
rezim otoriter terhadap ummat Islam setiap saat dan di semua negara.
Dan Amerika Serikat tanpa kecuali.
Sementara itu, Duta Besar AS untuk Yaman bertemu dengan pemimpin
oposisi Yaman untuk bernegosiasi dengan mereka bahwa dalam kasus
mendatang, mereka harus berjuang melawan Al Qaeda seperti yang dilakukan
presiden Saleh.
New York Times berpendapat bahwa komandan dari partai
oposisi telah meyakinkan duta besar AS bahwa siapapun dari mereka yang
ingin mengambil kekuasaan di ibukota, perang melawan Al Qaeda akan
berlanjut.
Selain itu, para pejabat senior pemerintah AS secara diam-diam
membentuk pemerintah transisi di Arab Saudi, yang telah terjadi di Yaman
dalam kasus final penggulingan Presiden Saleh.
Tetapi bahkan, mempersiapkan kepergian Saleh, Washington masih
memanggil pemerintah Yaman saat ini untuk berkonsentrasi pada upaya
perang melawan Al Qaeda.
Masih menurut NYT, sebuah pusat komando CIA dan Tentara Khusus telah
lama ditempatkan di ibukota Yaman, yang mengumpulkan intelijen dan
mengkoordinasikan operasi terhadap Mujahidin AQAP.
Washington sepanjang waktu merahasiakan rincian pekerjaannya di Yaman.
Di tahun 2009, Saleh telah memberikan persetujuan untuk operasi
Amerika di negaranya. Ia secara terbuka menyatakan bahwa semua operasi
melawan Mujahidin Al Qaeda hanya dilakukan oleh tentara Yaman. Tetapi
bukti di lapangan memperlihatkan adanya senjata AS yang terlibat dalam
pertempuran itu.
Menanggapi kejadian baru-baru ini, AS mengeluhkan kinerja anteknya,
mengatakan bahwa presiden Yaman tidak berkelahi dengan pasukan Al Qaeda
dan menyusun kekuatan untuk Sana’a melindungi diri dan melangsungkan
kehidupan. Namun, kekacauan di negara tersebut memungkinkan AS untuk
memperkuat kehadiran dan melakukan serangan terhadap AQAP.
“Kami telah melihat rezim bergerak menjauh dari kontra-terorisme dan
terhadap kelangsungan hidup sendiri,” ujar Christopher Boucek, seorang
ahli Yaman di Carnegie Endowment for International Peace. “Tetapi saat
semua hal menjadi lebih kacau di Yaman, ruang bagi Amerika untuk
beroperasi menjadi semakin lebih besar.”
Sementara itu, Washington mengatakan jika pemerintahan Yaman
digulingkan, negara akan terbagi dan terpisah menjadi kelompok-kelompok
suku yang berperang dan akan menjadi “Somalia kedua”. Dengan demikian
Yaman akan menjadi sangat menarik bahkan menjadi tempat yang enak untuk
Al Qaeda.
Ahli AS percaya bahwa keterlambatan dalam stabilisasi di negara ini
hanya akan memperkuat Al Qaeda dan memberikan ruang yang besar untuk
bergerak.