KABUL – Presiden Afghanistan Hamid Karzai menyerahkan sebuah batang zaitun kepada para "saudara" Talibannya dibalik meningkatnya gelombang perlawanan di Afghanistan.
Dalam pernyataan pertamanya sejak dinyatakan sebagai pemenang dalam
pemilihan umum Afghanistan pada bulan Agustus silam, Karzai juga
berjanji untuk membentuk pemerintahan yang melibatkan semua pihak.
Karzai menginginkan Taliban untuk "pulang ke rumah" setelah dirinya
mengamankan masa jabatan periode kedua selama lima tahun ke depan.
"Kami menyerukan kepada para saudara kami, Taliban, untuk pulang ke
rumah dan memeluk kembali tanah kelahiran mereka," kata Karzai dalam
sebuah konferensi pers pada hari Kamis (19/5).
Hal tersebut diungkapkan oleh Karzai setelah para panitia pemilihan
menyatakan bahwa dirinyalah yang keluar sebagai pemenang dari pemilihan
presiden Afghanistan.
Taliban, banyak diantaranya bermarkas di sepanjang perbatasan
Afghanistan - Pakistan, digulingkan dari kekuasaannya di Kabul pada
penghujung tahun 2001 oleh pasukan koalisi pimpinan AS, yang meretas
jalan bagi Karzai untuk menduduki kursi kepresidenan.
Mencoba menjilat publik, Karzai juga mengatakan bahwa keadaan akan
menjadi lebih baik bagi Afghanistan jika proses pemilihan umum telah
diselesaikan. Karzai juga "meratapi" pengunduran diri dari rivalnya,
Abdullah Abdullah. Hal tersebut diungkapkan Karzai setelah dirinya
dinyatakan sebagai pemenang.
Satu-satunya penantang Karzai, Abdullah Abdullah, menarik diri dari
pemilihan presiden Afghanistan pada hari Minggu (1/11) lalu. Karzai
mengatakan bahwa dirinya "berharap" agar Abdullah, yang merupakan mantan
menteri luar negerinya, menyelesaikan pemilihan periode kedua.
Karzai juga berjanji untuk "membasmi noda-noda" korupsi dari pemerintahan Afghanistan.
"Afghanistan telah dinodai oleh oleh korupsi. Pemerintahan kita juga telah dinodai oleh kekotoran korupsi," kata Karzai.
"Kita semua akan berjuang dan berusaha, dengan segala macam cara yang mungkin dilakukan, untuk melenyapkan noda-noda ini."
Karzai mengucapkan hal tesebut hanya berselang beberapa jam setelah
Presiden AS Barack Obama berkata bahwa dirinya telah menasehati Karzai
untuk meningkatkan upaya-upaya dalam memerangi korupsi dan menginginkan
adanya "lembaran baru" kerjasama antara kedua negara.
Hubungan antara presiden Afghanistan tersebut dengan Barat semakin
"mendingin" sejak Karzai pertama kali terpilih pada tahun 2004, ditengah
tuduhan merebaknya korupsi dalam tubuh pemerintahannya.
Obama, yang kini tengah mempertimbangkan pengiriman tambahan 40.000
orang pasukan AS ke Afghanistan, mengatakan bahwa Karzai akan dinilai
atas tindakannya, bukan kata-katanya.
Karzai menambahkan bahwa dirinya akan bekerjasama dengan siapapun,
tidak peduli apakah orang tersebut mendukung atau menentangnya dalam
proses pemilihan umum Afghanistan lalu.
Mendengar ucapan Karzai, Taliban menanggapi dengan menyebut Karzai sebagai seorang "presiden boneka". Taliban juga menuding kekuatan Baratlah yang berperan dalam pengambilan keputusan untuk membatalkan putaran kedua pemilihan umum di Afghanistan.
"Pembatalan putaran kedua pemilihan (Afghanistan) menunjukkan bahwa
keputusan di Afghanistan dirancang dan dibuat di Washington dan London,
sementara Kabul hanya menjadi tempat pengumuman saja," demikian bunyi
pernyataan Taliban pada hari Selasa.
"Yang mengejutkan adalah, dua pekan yang lalu, mereka (Barat) justru
memperdebatkan bahwa presiden boneka, Hamid Karzai, terlibat dalam
kecurangan pemilihan. Tapi kini Karzai dipilih menjadi presiden
berdasarkan pada suara-suara palsu penuh kecurangan tersebut, lalu
Washington dan London sama-sama bergegas mengirimkan ucapan selamat
masing-masing."