
Enam pelukis mengekspresikan kekecewaan mereka dengan kuas dan cat,
berupa lukisan di atas kanvas yang menggambarkan gedung parlemen yang
dipenuhi para pengkhianat rakyat.
"Terkait pembangunan gedung
baru DPR, itu aspirasi masyarakat, tapi tidak didengar," ujar Hardi,
salah seorang pelukis ternama yang ikut berdemonstrasi.
Menurut
Hardi, produktivitas para anggota legislatif dalam membuat
undang-undang sangatlah rendah. "Kemalasan mereka dalam membikin
undang-undang, produktivitas kurang, seperti apa yang dikatakan oleh
semua tokoh-tokoh itu," katanya.
Menurut Hardi, para wakil
rakyat juga kerap menghamburkan uang rakyat dengan melawat keluar
negeri. "Itu penghamburan uang yang luar biasa. Rakyat cari uang Rp50
ribu saja begitu sulit, tapi mereka justru pesta-pora. Ini konteksnya
kunjungan kerja dan lain-lainnya itu," kata Hardi.
Hardi menilai kunjungan kerja keluar negeri itu hanya alasan yang dibuat-buat. "Kenapa anggota DPR nggak ke Sangiran tempat Phitecantropus erectus
ditemukan? Harusnya kalau mau kunjungan kerja ke Sangiran. DPR ini saya
rasa belum ada yang ke Sangiran, harusnya lihat kakek moyang mereka
seperti apa," katanya.
Bukan hanya bicara, Hardi menuangkan
protesnya dalam bentuk karya lukisan. Tema lukisannya cukup keras, agar
DPR segera menghentikan rencana pembangunan gedung baru yang dananya
dianggarkan sebesar Rp1,1 triliun. "Kami terprovokasi media. Tapi jadi
terbit suatu inspirasi untuk menyampaikan karya meditatif untuk setia
pada Republik ini," katanya.
Pada lukisan Hardi tampak banyak
orang sedang bertopang dengan satu tangan. Mereka duduk di kloset
berlatar belakang gedung DPR lama dan baru. Lukisan ini didominasi
warna merah, hijau, dan kuning.
"Ini terinspirasi oleh patung yang dibuat Rodin, pematung Perancis yang membuat patung 'The Thinker' yang terkenal itu," kata Hardi. "Kan DPR katanya pemikir, tapi ternyata dia memberaki dirinya sendiri atau memberaki rakyat. Kira-kira begitu lah."
Hasil karya lukisan bertema protes terhadap parlemen ini akan
dijual. "Banyak juga yang mau mengoleksi. Ini bisa dibeli. Saya
sebenarnya pelukis profesional. Bulan Juli, insya Allah, akan saya pamerkan. Walau ada yang sudah dibeli, nanti akan saya pinjam," kata Hardi.
Soal berapa harganya, Hardi mengatakan sambil terkekeh, "Jumlah penduduk Indonesia berapa? 230 juta, ya? Ya, segitulah."
Menanggapi
penolakan tersebut, anggota Fraksi PPP, M Arwani Thomafi mengatakan,
kritikan terhadap penolakan pembangunan gedung tersebut harus disambut
baik.
“Kita menyambut baik masukan dan kritikan dari masyarakat,” kata Arwani.
Menurut
anggota komisi agama yang juga anggota BURT tersebut Fraksi PPP sedari
awal telah meminta pihak pimpinan DPR untuk mengkaji ulang atas
kebutuhan gedung tersebut.
“Dari awal kita meminta untuk dikaji ulang, untuk lebih efisien terkait kebutuhan pengeluaran pembangunan gedung,” kata dia.
Hal
senada dikatakan anggota Fraksi PKB Agus Sulistiyo. Menurut dia,
fraksinya juga meminta untuk mengevaluasi rencana pembangunan gedung
baru itu.
“Kita sudah minta untuk dievaluasi ulang,” katanya
Dikatakan
Agus, penghitungan kebutuhan pembangunan gedung hanya dilakukan oleh
Pekerjaan Umum (PU), sehingga pihak DPR harus menghitung kembali demi
menghemat anggaran.
“Hitungan itu kan baru di PU, makanya kita setuju untuk dihitung lagi,” tambahnya.