Terus Diprotes, Seniman Gunakan "Toilet" Menentang Gedung DPR

Written By Juhernaidi on Rabu, 27 April 2011 | 4:50:00 PM

Meski terus ditentang, rencana pembangunan Gedung Baru DPR tak akan dibatalkan. Penentangan kali ini datang para seniman. Mereka akan melakukan aksi melukis gedung DPR menjadi WC. (foto: Google)
JAKARTA  - Para seniman berdemonstrasi di depan Gedung MPR-DPR RI pada Rabu (27/4/2011). Mereka memprotes dan menyatakan prihatin terhadap sikap para wakil rakyat yang dianggap tidak pernah mau mendengarkan aspirasi rakyat. Meski terus ditentang, rencana pembangunan Gedung Baru DPR tak akan dibatalkan. Penentangan kali ini datang para seniman. Mereka akan melakukan aksi melukis gedung DPR menjadi WC.
Enam pelukis mengekspresikan kekecewaan mereka dengan kuas dan cat, berupa lukisan di atas kanvas yang menggambarkan gedung parlemen yang dipenuhi para pengkhianat rakyat.

"Terkait pembangunan gedung baru DPR, itu aspirasi masyarakat, tapi tidak didengar," ujar Hardi, salah seorang pelukis ternama yang ikut berdemonstrasi.

Menurut Hardi, produktivitas para anggota legislatif dalam membuat undang-undang sangatlah rendah. "Kemalasan mereka dalam membikin undang-undang, produktivitas kurang, seperti apa yang dikatakan oleh semua tokoh-tokoh itu," katanya.

Menurut Hardi, para wakil rakyat juga kerap menghamburkan uang rakyat dengan melawat keluar negeri. "Itu penghamburan uang yang luar biasa. Rakyat cari uang Rp50 ribu saja begitu sulit, tapi mereka justru pesta-pora. Ini konteksnya kunjungan kerja dan lain-lainnya itu," kata Hardi.

Hardi menilai kunjungan kerja keluar negeri itu hanya alasan yang dibuat-buat. "Kenapa anggota DPR nggak ke Sangiran tempat Phitecantropus erectus ditemukan? Harusnya kalau mau kunjungan kerja ke Sangiran. DPR ini saya rasa belum ada yang ke Sangiran, harusnya lihat kakek moyang mereka seperti apa," katanya.

Bukan hanya bicara, Hardi menuangkan protesnya dalam bentuk karya lukisan. Tema lukisannya cukup keras, agar DPR segera menghentikan rencana pembangunan gedung baru yang dananya dianggarkan sebesar Rp1,1 triliun. "Kami terprovokasi media. Tapi jadi terbit suatu inspirasi untuk menyampaikan karya meditatif untuk setia pada Republik ini," katanya.

Pada lukisan Hardi tampak banyak orang sedang bertopang dengan satu tangan. Mereka duduk di kloset berlatar belakang gedung DPR lama dan baru. Lukisan ini didominasi warna merah, hijau, dan kuning.

"Ini terinspirasi oleh patung yang dibuat Rodin, pematung Perancis yang membuat patung 'The Thinker' yang terkenal itu," kata Hardi. "Kan DPR katanya pemikir, tapi ternyata dia memberaki dirinya sendiri atau memberaki rakyat. Kira-kira begitu lah."
Hasil karya lukisan bertema protes terhadap parlemen ini akan dijual. "Banyak juga yang mau mengoleksi. Ini bisa dibeli. Saya sebenarnya pelukis profesional. Bulan Juli, insya Allah, akan saya pamerkan. Walau ada yang sudah dibeli, nanti akan saya pinjam," kata Hardi.

Soal berapa harganya, Hardi mengatakan sambil terkekeh, "Jumlah penduduk Indonesia berapa? 230 juta, ya? Ya, segitulah."

Menanggapi penolakan tersebut, anggota Fraksi PPP,  M Arwani Thomafi mengatakan, kritikan terhadap penolakan pembangunan gedung tersebut harus disambut baik.

“Kita menyambut baik masukan dan kritikan dari masyarakat,” kata Arwani.

Menurut anggota komisi agama yang juga anggota BURT tersebut Fraksi PPP sedari awal telah meminta pihak pimpinan DPR untuk mengkaji ulang atas kebutuhan gedung tersebut.

“Dari awal kita meminta untuk dikaji ulang, untuk lebih efisien terkait kebutuhan pengeluaran pembangunan gedung,” kata dia.

Hal senada dikatakan anggota Fraksi PKB Agus Sulistiyo. Menurut dia, fraksinya juga meminta untuk mengevaluasi rencana pembangunan gedung baru itu.

“Kita sudah minta untuk dievaluasi ulang,” katanya

Dikatakan Agus, penghitungan kebutuhan pembangunan gedung hanya dilakukan oleh Pekerjaan Umum (PU), sehingga pihak DPR harus menghitung kembali demi menghemat anggaran.

“Hitungan itu kan baru di PU, makanya kita setuju untuk dihitung lagi,” tambahnya.

Simulasi Jangka Sorong