
Komite yang didirikan oleh parlemen Irak tersebut menemukan bahwa
pasukan AS berada di balik sebuah operasi untuk membantu pembebasan 12
orang anggota al-Qaeda dari penjara. Pembebasan itu sendiri dilakukan
sejumlah warga Irak awal tahun ini.
Para buronan tersebut melakukan sejumlah aksi terorisme di Irak,
termasuk sebuah pengeboman mematikan di sebuah pasar di Basra pada 2010.
Awal bulan April, muncul sebuah rekaman video amatir yang
memperlihatkan pasukan AS mempergunakan kekerasan yang idak semestinya
dan peluru tajam terhadap para tahanan di Camp Bucca, sebuah penjara AS
yang terletak di negeri 1001 malam tersebut.
Kekerasan itu dilakukan setelah para tahanan memprotes para prajurit AS yang menistakan kitab suci umat Islam, Al-Qur’an.
Maret lalu, aparat menerapkan jam malam di Kota Tikrit usai pelarian sejumlah tersangka al-Qaeda dari penjara.
"Jam malam diterapkan di kota untuk memfasilitasi pencarian para
tahanan yang melarikan diri," kata Ali Hashem, seorang anggota dewan
Provinsi Salaheddin yang beribu kota di Tikrit.
Seorang personel keamanan setempat mengatakan bahwa sebagian tahanan yang melarikan diri dicurigai sebagai anggota al-Qaeda.
Ia menambahkan, terjadi bentrokan dalam penjara yang berujung pada bentrokan dengan para penjaga penjara.
"Para tahanan memulai, dan sebagian memanfaatkan kebingungan yang
terjadi untuk meloloskan diri. Sebagiannya adalah tersangka al-Qaeda,"
katanya. Ia menambahkan bahwa penjara tersebut dihuni sekitar 400 orang
tahanan.
Para tersangka al-Qaeda kerap ditahan tanpa disidangkan di Irak.
Larinya tahanan dari penjara kerap terjadi di Irak, pertengahan
Januari lalu, 12 orang tersangka anggota al-Qaeda melarikan diri dari
penjara di Basra. Setidaknya dua orang berhasil ditangkap kembali.
September 2010, empat orang tahanan yang punya keterkaitan dengan
jaringan al-Qaeda meloloskan diri dari penjara berkeamanan maksimum
yang dikendalikan AS di Baghdad.
Seperti diwartakan CBS News, pelarian diri dari Penjara
Karkh, yang dulu bernama Camp Cropper, tersebut mempermalukan militer
AS yang menyerahkan kendali semua penjara kepada pemerintah Irak.
Namun, AS tetap mengendalikan sejumlah penjara yang dianggap paling
berbahaya, termasuk yang dihuni para mantan anggota rezim Saddam
Hussein.
Seorang juru bicara militer Irak, Mayor Jenderal Qassim al-Moussawi, mengatakan kepada kantor berita Associated Press bahwa Amerika menginformasikan lolosnya empat orang tahanan tersebut kepada Irak.
Menurutnya, keempat orang tersebut punya keterkaitan dengan al-Qaeda dan mendapatkan vonis mati.
Pada September 2009, 16 orang anggota al-Qaeda meloloskan diri dari penjara di Tikrit.