
Ada
peran yang cukup fital yang dimiliki seorang ayah dalam keluarganya.
Peran yang tak kalah menantang dibanding peran yang dimiliki oleh
seorang ibu. Peran yang sarat tekanan, harus dihadapi dengan tenaga,
pikiran, dan mental. Bahkan pepatah begitu hebatnya menggambarkan peran
ini dalam kata-kata: "Peras keringat, banting tulang."
Mencari
nafkah. Itu lah peran yang dimiliki oleh seorang ayah. Sebagai kepala
keluarga, seorang ayah punya tanggung menafkahi anggota keluarganya.
Bahkan sebelum menjadi seorang ayah, seorang suami punya kewajiban
menafkahi istrinya. Seperti itu peran utama seorang kepala keluarga.
Lalu adakah hubungannya dengan surga?
Jawabannya, ada!!! Pada keringat seorang ayah, ada pengampunan yang Allah janjikan.
"Sesungguhnya
di antara dosa-dosa itu, ada yang tidak dapat terhapus dengan puasa
dan shalat”. Maka para sahabat pun bertanya: “Apakah yang dapat
menghapusnya, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: ”Bersusah payah dalam
mencari nafkah."" (HR. Bukhari)
Ada banyak hadits tentang
keutamaan bekerja. Dan sudah seharusnya kerja keras dan profesional
menjadi attribute seorang mukmin. Karena pada profesionalisme, ada
kecintaan Allah swt di sana. “Sesungguhnya Allah mencintai jika
seseorang melakukan suatu pekerjaan hendaknya dilakukannya secara itqon
(profesional)”. HR Baihaqi dari Siti Aisyah ra.
Surga sudah
selayaknya menjadi balasan bagi seorang ayah. Bila seorang ayah berada
di kantor, maka ada tekanan yang dihadapinya dari berbagai penjuru.
Tekanan target pekerjaan. Ini hanya sebuah tekanan normal, biasa ada
dalam pekerjaan. Tapi biasanya ada pula tekanan lain seperti perilaku
atasan yang kurang cocok dengan sang ayah, perilaku rekan kerja yang
suka membuat gesekan ketidak-harmonisan, juga perilaku bawahan yang
kurang sesuai harapan. Belum lagi bila pekerjaan yang didapat di kantor
itu terasa over load. Tekanan seperti ini tidak akan diketahui dan
dirasakan oleh seorang anak balita yang gemar bermain, atau anak remaja
yang suka bersenang-senang, juga tak dirasakan oleh ibu di rumah walau
sedang mengeluh karena anaknya rewel.
Tekanan lain bisa didapat
dari susahnya transportasi ke kantor, hingga penghasilan yang dirasa
kurang memadai buat keluarganya tercinta. Stressfull.
Bila sang
ayah adalah seorang pengusaha, maka lebih hebat lagi tekanannya.
Mungkin orang-orang banyak bercita-cita menjadi pengusaha karena melihat
kesuksesannya, tapi jarang yang melihat kerja keras seorang pengusaha
sebelum menggapai sukses. Kerja keras itu lah yang dihadapi seorang
ayah.
Seorang pengusaha dihadapkan pada penghasilan yang tak
tetap tiap bulannya. Yang penting memang tetap berpenghasilan. Seorang
ayah pekerja kantoran bekerja dari pagi sampai sore. Kadang bekerja
lembur. Tapi seorang pengusaha waktu kerjanya adalah 24 jam sehari.
Dalam tidur, ia harus siap mendapat panggilan telepon dari
pelanggannya. Hal yang susah dimengerti oleh anggota keluarga lain.
Namun
ada ampunan Allah pada kesusah-payahan itu. Ada kecintaan Allah pada
tekanan-tekanan itu. Rasulullah saw bersabda, ”Siapa saja pada malam
hari bersusah payah dalam mencari rejeki yang halal, malam itu ia
diampuni”. (HR. Ibnu Asakir dari Anas) Atau dalam hadits lain, ”Siapa
saja pada sore hari bersusah payah dalam bekerja, maka sore itu ia
diampuni”. (HR. Thabrani dan lbnu Abbas). Saat Rasulullah mencium
tangan seorang sahabat yang melepuh karena bekerja, Rasulullah berkata,
"Inilah tangan yang tak akan disentuh oleh api neraka."
Rasulullah
saw juga bersabda, "Sesungguhnya Allah Ta‘ala suka melihat hamba-Nya
bersusah payah dalam mencari rejeki yang halal”. (HR. Dailami).
“Sesungguhnya Allah SWT sangat menyukai hamba-Nya yang Mukmin dan
berusaha”. (HR. Thabrani dan Baihaqi dari lbnu ‘Umar)
Bahkan,
bekerja keras mencari nafkah ini termasuk bagian dari jihad.
”Barangsiapa yang bekerja keras mencari nafkah untuk keluarganya, maka
sama dengan pejuang di jalan Allah ‘Azza Wa Jalla”. (HR. Ahmad)
Begitulah,
menjadi orang tua berarti kita siap berjihad. Seorang ibu berjihad
dalam rumahnya membesarkan anak-anaknya. Seorang ayah berjihad di medan
usahanya.
Ayah, engkau terhubung dengan surga melalui kerja kerasmu. Maka bergembiralah!!!