
Menurut dia, sangat keliru jika pelaku bom bunuh diri itu memiliki
pemahaman bahwa aksinya tersebut akan mengantarkannya ke surga, karena
bukan surga yang didapat tetapi neraka.
Apalagi, tindakan itu
memakan korban saudara sendiri sesama umat Islam yang hendak beribadah.
Dosa kejahatan aksi bom bunuh diri tersebut pasti bertingkat-tingkat.
Ia mengatakan, generasi muda hendaknya tidak terpengaruh dengan
paham-paham sesat yang mengajarkan pembunuhan terhadap saudara sendiri
atau melalui tindakan bunuh diri.
"Kami juga minta pemerintah
dan aparat kepolisian untuk segera mengusut tuntas peristiwa tersebut,
sekaligus mengungkap aktor intelektualnya," kata Din.
Menurut
dia, barangkali banyak motif yang melatarbelakangi aksi tersebut, tetapi
diduga tindakan itu juga dimaksudkan untuk mengganggu kehidupan
keagamaan umat Muslim di Indonesia.
"Oleh karena itu, sangat
mendesak bagi aparat kepolisian untuk melakukan tindakan pencegahan dan
pihak intelijen harus bekerja lebih keras sehingga kejadian semacam itu
tidak terulang," katanya.
Tak jauh beda, mantan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Hasyim
Muzadi menyayangkan terjadinya aksi bom bunuh diri yang dilakukan oleh
Muhammad Syarif Astanagarif (32) di Masjid Adz-Dzikro Mapolresta Cirebon
pada Jumat (15/4/2011) lalu. Ia menilai tindakan tersebut adalah bentuk
penafsiran ajaran Islam yang salah kaprah.
"Andai, jika pelaku bom bunuh diri itu memiliki keyakinan bahwa
aksinya merupakan upaya membela Islam, itu salah besar. Bunuh diri itu
haram hukumnya, dan nyawa itu harusnya dilindungi," kata Hasyim di
Jakarta.
Menurut Hasyim, dalam peristiwa bom bunuh diri itu memang jelas bahwa
pelaku menjadikan kepolisian sebagai target utama. Namun, ia menolak
bila aksi terorisme tersebut sebagai aksi balas dendam bagi kepolisian
yang saat ini terkesan beringas menghadapi kelompok radikal.
Justru, Hasyim menilai, kinerja kepolisian saat ini cukup memadai
dalam menangani kasus terorisme. "Itu karena memang polisi musuhnya.
Tetapi, bukan karena kepolisian yang bertindak keras, tetapi karena
mereka (kelompok terorisme) memang harus ditindak secara keras, tidak
bisa disopanin," ujar Hasyim.
Untuk itu, ia mengharapkan agar pemerintah melakukan penanganan
terorisme secara menyeluruh. Saat ini penanganan kasus terorisme yang
dilakukan pemerintah, menurutnya, belum berjalan efektif sehingga
kasus-kasus baru terus bermunculan.
"Kita lihat, misalnya, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)
saat ini kinerjanya belum efektif. Kerjaannya cuma buat seminar-seminar
saja. Itu kan tidak ada hubungannya. Seharusnya ulama yang menyampaikan
di seminar-seminar," pungkasnya.