Komisi
Keamanan Dalam Negeri Parlemen Inggris menuding universitas-universitas
di negeri itu gagal mengatasi makin berkembangnya radikalisasi dan
ektrimisme Islam di kampus-kampus.
Menurut laporan tersebut, pihak kampus sebenarnya sudah lama
menyadari adanya persoalan ini, tapi enggan untuk mengantisipasinya
karena mereka takut kekurangan mahasiswa, khususnya mahasiswa asing yang
sumber pendapatan yang besar bagi universitas bersangkutan.
Akibatnya, kampus menjadi tempat aman bagi para mahasiswa Muslim yang
memiliki pandangan esktrim dan radikal, dan tidak ada tanda-tanda
jumlah mahasiswa seperti ini akan berkurang. Untuk itu, Komisi Keamanan
Dalam Negeri Parlemen meminta pihak universitas menjadikan persoalan
ini sebagai persoalan "sangat mendesak" untuk segera diatasi dengan
serius.
Menanggapi laporan itu, pakar terorisme Profesor Anthony Glees
mengatakan bahwa kondisi ini menunjukkan bahwa pihak universitas gagal
menjalin kerjasama dengan pemerintah, sehingga upaya mengatasi ancaman
radikalisasi dan ekstrimisme Islam di kampus-kampus menjadi lebih sulit.
Ia menyebut institusi-institusi pendidikan itu sebagai institusi yang
"haus uang", yang lebih khawatir dengan isi peti uang mereka daripada
keamanan negara. Glees mengatakan, pihak universitas harus memberikan
akses bagi polisi antiteror di kampus-kampus serta melarang komunitas
Islamis yang ekstrim.
"Kita berurusan dengan orang-orang yang membenci negara ini dan cara
negara ini memerintah. Para pembayar pajak akan muak jika tahu bahwa
universitas-universitas yang didanai dari pajak rakyat memberikan ruang
bagi orang-orang yang berencana melakukan tindakan yang mengakibatkan
sebagian dari kini jadi korban ledakan," kata Glees penuh prasangka.
Menurutnya, yang menjadi akar persoalan adalah pihak universitas yang
menolak bekerjasama, karena institusi pendidikan sekarang sudah menjadi
perusahaan yang menghasilkan uang.
Komite Keamanan Dalam Negeri Parlemen dibentuk setelah kasus Umar
Farouk Abdulmutallab, seorang mahasiswa yang menjadi tersangka upaya
peledakan pesawat komersial Northwest Airline yang sedang dalam
perjalanan dari Amsterdam ke Detroit, AS pada tanggal 25 Desember 2009.
Umar Farouk, mahasiswa asal Nigeria yang pernah kuliah di University
College London antara tahun 2005 sampai 2008, pernah menjadi Presiden
Islamic Society pada tahun 2006-2007. Tak seorang pun menyangka ia akan
melakukan aksi nekat itu.