Berkah Revolusi Libya, Pernak Pernik Revolusi Laris Manis di Benghazi

Written By Juhernaidi on Jumat, 29 April 2011 | 5:20:00 PM

Pemberontak Libya mungkin lemah dalampersenjataan yang diperlukan untuk menggulingkan Muammar Gaddafi, tetapi mereka yang pasti tidak kekurangan souvenir untuk memperingati revolusi Libya
Sekitar selusin souvenir berjejer dipasang di luar gedung pengadilan di pusat kota Benghazi, ibukota de facto Libya timur yang dikuasai pemberontak, menjual barang-barang seperti topi, syal, kaos, mug kopi, pin, kancing, gantungan kunci, stiker, gelang, pengharum mobil, kaset audia dan CD - semua menggunakan warna merah, hitam dan hijau bendera pemberontak Libya.
"Saya sedang mencari sesuatu yang saya dapat kenakan untuk pakaian saya untuk menunjukkan kepada orang-orang bahwa saya bersama dengan para pemberontak," kata Omar Suleiman, seorang dokter 53 tahun yang juga membeli topi atau bendera untuk tiga orang anak-anaknya.
Banyaknya pelanggan yang berdiri di dekat gedung pengadilan dan tersebar di tempat lain di seluruh kota merupakan bukti semangat revolusioner yang melanda Libya timur, dan juga adanya kekuatan kapitalisme, yang memanfaatkan peluang bisnis dari revolusi Libya.
Banyak penjual suvenir mengatakan mereka sudah membuat suvenir pada awal Maret lalu, kurang dari sebulan setelah revolusi dimulai pada pertengahan Februari.
"Orang-orang memiliki kehausan untuk memiliki sesuatu yang berhubungan dengan revolusi untuk menunjukkan keinginan mereka untuk kebebasan," kata Abu Bilal, 40 tahun warga Mesir yang tinggal di Benghazi dan mengoperasikan salah satu stan penjual suvenit di dekat gedung pengadilan.
Abu Bilal dan vendor lainnya mengatakan sebagian besar barang-barang mereka berasal dari negara tetangga Mesir. Tetapi beberapa dari mereka membawa barang "Made in China", isu yang sensitif karena China belum mendukung upaya masyarakat internasional untuk membantu para pemberontak dengan memberlakukan zona larangan terbang di atas Libya.
"Saya pikir hanya labelnya dibuat di China," kata Abu Bilal membela diri ketika ditanya tentang tumpukan besar bendera dan suvenir pemberontak yang dia jual.
Tetapi pertanyaan tentang asal usul barang tampaknya dia tidak bisa menjelaskan.
"Kami membeli barang-barang ini sampai Gaddafi akan pergi," kata Muhammad Fauzy, seorang mahasiswa 17 tahun yang sedang berbelanja dengan ayahnya dan dua saudaranya. Dia mengambil bendera pemberontak kecil dan besar serta stiler "Free Libya" yang ia rencanakan akan ditempel pada plat lisensi mobil keluarganya.
Vendor juga menjual stiker satu dinar untuk menutupi gambar Gaddafi dengan gambar Omar Mukhtar, seorang pahlawan Libya yang berperang melawan pendudukan Italia di awal 1900-an. Gambar Omar Mukhtar dengan jenggot putihnya banyak dijual untuk suvenir, dengan motto terkenalnya: "Kami tidak akan menyerah. Kami menang atau mati.

Simulasi Jangka Sorong