Lalu apa yang telah disumbangkan oleh Islam di bidang astronomi?
Sebelum Islam, Kristen dan Yahudi menggunakan siklus Metonik 19 tahun,
yang terdiri atas 12 tahun dari 12 bulan lunar dan tujuh tahun dari 13
bulan. Perkembangan Islam mengajarkan bahwa kaum Muslim harus mengejar
ilmu di bidang astronomi, dan itu bukan hanya secara ritual. Al-Qur'an
bersikukuh agar kita mengamati, berpikir, dan merenung untuk setiap
kesimpulan, yang mana berlawanan dengan Yunani Kuno yang percaya bahwa
akal saja adalah kunci untuk memahami alam, menunjukkan ketidakpercayaan
pada perasaan dan yang ghaib. Tapi itu adalah pondasi yang di atasnya
dibangun studi astronomi pra-Islam selama 700 tahun.
Al-Qur'an menyatakan bahwa terdapat 12 bulan dalam satu tahun (Q.S.
9:36), sehingga siklus Metonik disingkirkan. Karena kalender Islam juga
lunar, maka kaum Muslim harus mengembangkan cara untuk melihat bulan
baru. Terlebih lagi, ibadah sholat dilakukan sebanyak lima kali dalam
sehari, sehingga kaum Muslim harus teliti akan waktu-waktunya, dan bisa
menentukan arah Ka’bah di Makkah.
Sementara untuk perkembangan ilmiah lainnya, dunia Muslim
memanfaatkan kedekatannya dengan pusat budaya kuno. Selama abad ke-9,
banyak dari naskah Yunani Kuno, Sansekerta, dan Persia Tengah
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, sehingga kaum Muslim bisa mengambil
praktik terbaik dari masing-masing pemahaman astronomi.
Almagest dari Ptolemy adalah naskah utama yang digunakan untuk
astronomi pada saat itu. Sepanjang abad ke-9, 10, dan 11, sistem
Ptolemaic diterima dan disesuaikan berdasar pada penelitian empiris.
Namun, sistem itu menyatakan bahwa Bumi tidak bergerak dan merupakan
pusat semesta. Banyak astronom kontemporer Arab memandang itu sebagai
gagasan yang diberikan, karena tidak ada model alternatif lain yang
diusulkan saat itu.
Faktor kontribusi lain pada penelitian astronomi yang ekstensif
didukung oleh khalifah Abbasid, Ma’mun al Rashid. Dia mengumpulkan
cendekiawan Muslim untuk membangun sebuah akademi intelektual di
Baghdad, yang dikenal sebagai Rumah Kebijaksaan.