Temuan awal Lembaga Vulkanologi dan Geofisika Italia atau Italy's
National Institute of Geophysics and Volcanolog (INGV) menunjukkan bahwa
gempa yang terjadi di Jepang, mengakibatkan pergerseran sumbu Bumi
sekitar 25 sentimeter dari posisi sebelumnya.
Bahkan, Gempa tersebut juga menyebabkan distribusi massa di Bumi
berubah karena pergerakan lempeng dan runtuhnya batuan di kulit Bumi.
Hal tersebut berpengaruh terhadap kecepatan rotasi bumi menjadi sedikit
lebih cepat dan manusia mengalami hari yang lebih singkat.
"Dengan berubahnya distribusi massa di Bumi, gempa Jepang
mengakibatkan Bumi berotasi lebih cepat, mempersingkat hari sebanyak 1,8
mikrodetik," kata Richard Gross, geofisikawan di Laboratorium Propulsi
Jet milik NASA di Pasadena
Inilah yang membuat para pakar masih terus penasaran kenapa gempa tersebut bisa sebesar itu?
Professor Yugi Yaji dari Universitas Tsukuba berpendapat, gempa yang
diberi nama resmi gempa Tohoku-Chiho Taiheiyo-Oki terjadi akibat
pergerakan di beberapa area sekitar sumber energi gempa (focal point)
secara bersama-sama. Menurutnya, hal tersebut yang mungkin bisa
menimbulkan kekuatan gempa yang hanya bisa terjadi tiap sekitar 1.000
tahun sekali.
Gempa tersebut terjadi di zona subduksi atau pertemuan lempeng akibat
dipicu pergerakan Lempeng Pasifik yang mendesak Lempeng Amerika Utara.
Lempeng Pasifik yang tak kuat menahan desakan tersebut akhirnya roboh.
"Bagian yang runtuh sepanjang 500 kilometer dan selebar 100 kilometer
jatuh hingga setinggi 8 meter. Beberapa area di Prefektur Fukushima
sangat tegang, bisa diduga bahwa beberapa wilayah bergerak bersamaan,"
katanya.
Yaji mengatakan, gempa akibat mekanisme ini bukanlah yang pertama
kali terjadi. Gempa Cile yang terjadi pada tahun 1960 dan gempa Sumatera
yang terjadi 26 Desember 2004 juga disebabkan oleh mekanisme serupa.
Para ahli sendiri sebenarnya telah memperkirakan gempa dahsyat akan
terjadi di wilayah sekitar zona tersebut, namun diperkirakan hanya
berkekuatan 7,5-8 skala Richter. Namun, gempa yang terjadi Jumat kemarin
ternyata lebih besar dengan energi seismik 90 kali lebih besar dari
perkiraan. Energi seismik yang dilepaskan dalam gempa tersebut 180 kali
lebih besar dari gempa besar Hanshim yang menghancurkan Kobe tahun 1995
dan menimbulkan korban jiwa 6.000 orang.
Takashi Furumura, profesor dari Universitas Tokyo, mengatakan, gempa
Jumat kemarin bisa jadi gempa maksimum yang mengguncang Jepang. Gempa
tersebut mungkin didorong gempa bermagnitude 7,2 yang mengguncang Miyagi
Agustus 2005 lalu. Sebab berdekatan dengan pusat gempa tersebut adalah
pusat gempa Miyagi.
Para pakar kegempaan Jepang kini pun masih terus memantau dampah
gempa raksasa tersebut. Meski diperkirakan tak akan muncul gempa sebesar
itu lagi dalam waktu dekat, perubahan struktur lempeng tersebut dapat
mengaktifkan patahan-patahan di sekitarnya dan memicu gempa berikutnya.
Tak hanya gempa susulan, tapi juga gempa di daratan.