Seharusnya Presiden Mesir itu sudah gemetar. Ia menantang seperempat
juta demonstran yang menuntutnya mundur segera, namun kemudian malah
mengumumkan bahwa ia akan tetap bertugas sampai akhir masa jabatannya
dan "mati di tanah Mesir."
Dia mengatakan dia tidak akan mencalonkan diri kembali dalam
pemilihan, tapi itu sama sekali tidak cukup untuk menenangkan kemarahan
publik Mesir. Sementara bentrokan meletus.
Mubarak, 82 tahun, yang telah memerintah negara selama hampir tiga
dekade, demonstran dinilai hanya menawarkan sedikit usaha setelah
hari-hari dramatis di mana seperempat juta rakyat Mesir melakukan
demonstrasi terbesar yang belum pernah ada sebelumnya di negara itu.
Tawaran setengah-setengah Mubarak itu jelas malah bisa jadi akan
memicu rasa frustrasi dan kemarahan di kalangan demonstran, yang telah
menjalankan aksi damai dalam beberapa hari terakhir. Rakyat Mesir
sendiri sudah berketetapan bahwa bahwa mereka tidak akan menghentikan
aksinya sampai Mubarak mundur.
Pidato Mubarak sendiri diolok-olok oleh rakyat Mesir yang berkumpul
di Tahrir Square. Menonton pidatonya pada TV raksasa, pengunjuk rasa
mencemooh dan melambaikan sepatu mereka di atas gambar kepala Mubarak
sebagai sebuah tanda penghinaan. "Mundur, mundur, mundur! Kami tidak
akan pergi sampai dia mundur!" teriak mereka sambil dinyanyikan dengan
keras membahana. Satu orang berteriak, "Dia tidak akan mengatakan hal
itu, dia tidak akan mengatakannya."