Rusia: Campur Tangan Asing di Libya Tak Dapat Diterima

Written By Juhernaidi on Selasa, 15 Maret 2011 | 8:26:00 AM

Seorang pasukan pro-Moammar Gaddafi memegang poster sang pemimpin selama pertempuran dengan pemberontak di Ras Lanouf, Libya pada 12 Maret 2011. (Foto: AP)
MOSKOW  – Pemerintah Rusia kembali menekankan bahwa intervensi militer asing dalam bentuk apa pun di Libya, negara yang tengah dilanda konflik, merupakan hal yang tidak dapat diterima. "Intervensi militer asing tidak boleh dilakukan," demikian bunyi pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Rusia.
Presiden Perancis Nicolas Sarkozy sebelumnya menyatakan bahwa Perancis dan Inggris siap meluncurkan serangan udara terhadap pasukan pemimpin Libya Muammar Gaddafi jika mereka menggunakan senjata kimia atau pesawat untuk menghadapi warga sipil.
Rusia juga menyambut resolusi terbaru Uni Afrika yang mendukung kedaulatan dan integritas nasional Libya serta mengecam intervensi asing.
Pernyataan dari kementerian Rusia tersebut disampaikan menjelang dilangsungkannya pertemuan darurat dari para menteri luar negeri negara-negara anggota Liga Arab yang sedianya akan dilangsungkan di Kairo. Pertemuan tersebut akan dihelat untuk menentukan apakah mereka akan mendukung penerapan zona larangan terbang di atas Libya atau tidak.
Seruan untuk menerapkan zona tertutup tersebut semakin meningkat dalam beberapa hari terakhir setelah pasukan Libya kembali melancarkan serangan udara terhadap para pemberontak di bagian timur negara yang terletak di Afrika Utara tersebut.
Menurut sejumlah pemberitaan media, para staf militer NATO telah mulai menyusun rencana kemungkan pengiriman pasukan udara dan laut untuk turut berperang jika memang dibutuhkan.
Sebelumnya, Rusia memang sudah menentang intervensi asing di Libya.
"Kami tidak beranggapan bahwa intervensi asing, apalagi intervensi militer, sebagai solusi untuk mengatasi krisis di Libya. Rakyat Libya harus menyelesaikan permasalahan mereka sendiri," kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov seperti dikutip RIA Novosti, Senin pekan lalu (7/3).
Tentangan Rusia terhadap intervensi militer asing di Libya kemungkinan juga berarti bahwa rencana intervensi semacam itu tidak akan mendapatkan dukungan dari Dewan Keamanan PBB karena Rusia adalah salah satu anggota tetap DK PBB yang memiliki hak veto.
Oleh karena itu, jika Barat memutuskan untuk melakukan intervensi di Libya, hal itu tidak atas dukungan dari PBB.
Awal bulan ini, Lavrov juga menolak rencana Inggris yang berkeinginan menerapkan zona larangan terbang di atas Libya.
Lavrov menyebut gagasan penerapan zona larangan terbang di atas Libya tersebut berlebihan. Ia juga mengatakan bahwa negara-negara kuat dunia semestinya lebih memfokuskan diri pada upaya penjatuhan sanksi yang telah disetujui Dewan Keamanan PBB.
David Cameron serta para pemimpin AS dan Australia berharap taktik militer tersebut bisa mencegah Gaddafi mengebom rakyatnya sendiri.
Dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB akhir Februari lalu, Cameron mendesak para pemimpin militer menyusun rencana zona larangan terbang.
Sebelumnya, dukungan dari Rusia agaknya memungkinkan kala media mengutip ucapan seorang sumber Kremlin yang meminta Gaddafi mundur karena dengan menyerang rakyat sipil, dia berubah menjadi "mayat politik".
Tapi, Dmitry Rogozin, duta besar Rusia untuk NATO, juga memperingatkan agar tidak dilakukan tindakan militer terhadap Gaddafi tanpa mendapat izin dari PBB.
"Jika ada seseorang di Washington yang berkeinginan melakukan serangan di Libya, maka itu merupakan kesalahan serius karena penggunaan kekuatan militer di luar zona tanggung jawab NATO akan dianggap sebagai pelanggaran hukum internasional," kata Rogozin kepada kantor berita Interfax.

Simulasi Jangka Sorong