Kelompok-kelompok
oposisi di Yaman mengatakan mereka akan melanjutkan aksi protes
anti-pemerintah yang telah dijadwalkan meskipun Presiden Ali Abdullah
Saleh berjanji untuk berhenti menjabat pada tahun 2013.
Pihak oposisi pada hari Rabu kemarin (2/2) menyambut keputusan Saleh
untuk mengakhiri kekuasaannya selama 30 tahun, tetapi mengatakan bahwa
mereka tidak akan membatalkan unjuk rasa yang direncanakan di ibukota
pada hari Kamis ini (3/2), yang dijuluki sebagai "hari kemarahan."
"Kami menganggap ini inisiatif positif dan kami menunggu langkah
konkrit selanjutnya. Adapun rencana kami untuk demo besok, tetap akan
dilaksanakan dan akan diatur dengan tertib," kata Mohammed al-Saadi,
sekretaris partai Islam Ishlah, Reuters melaporkan.
"Ini adalah perjuangan damai di mana rakyat dapat membuat suara mereka didengar dan mengekspresikan aspirasi mereka," tegasnya.
Demonstrasi massiv anti-pemerintah pecah di Yaman setelah presiden
mengusulkan amandemen konstitusi pada bulan Januari lalu yang bisa
membuat Saleh menjadi presiden Yaman seumur hidup.
Setelah hari demonstrasi anti-pemerintah di seluruh negeri, Presiden
Saleh akhirnya berkata pada Rabu kemarin bahwa ia tidak akan berusaha
untuk memperpanjang masa kepresidenannya dan akan mengakhiri
kepemimpinannya pada tahun 2013. Dia juga berjanji bahwa dia tidak akan
memberikan kekuasaannya kepada anaknya.
"Saya hadir untuk konsesi ini demi kepentingan negara. Kepentingan
negara datang sebelum kepentingan pribadi," katanya, menyerukan oposisi
untuk membekukan semua protes yang direncanakan.
Analis percaya bahwa langkah baru-baru ini presiden Yaman bertujuan
untuk meredakan ketegangan pada saat demonstran oposisi akan
menyelenggarakan aksi besar pada hari Kamis.