DemoPara analis dan lembaga-lembaga informasi mengkhawatirkan kemungkinan
munculnya kebangkitan dan penentangan dari kawasan berpopulasi Syiah di
Arab Saudi.
Kantor berita Fars mengutip koran The Independent
melaporkan, laporan dari para penasehat lembaga Risk, sebuah lembaga
analisa swasta, menunjukkan kekhawatiran yang semakin meningkat soal
kemungkinan munculnya pemberontakan di kawasan yang mayoritasnya
bermazhab Syiah di Arab Saudi. Kekhawatiran tersebut menyusul luasnya
pengaruh kebangkitan rakyat Mesir melawan rezim Hosni Mubarak.
Seorang
pakar strategis, Faisal Eytani menyatakan, "Sangat sedikit sekali
perhatian terhadap ancaman instabilitas di propinsi timur Arab Saudi.
Ancaman kebangkitan warga Syiah di wilayah Aramco, Safaniya, Shaybah,
Ghawar, yang semuanya adalah ladang pengeboran minyak di Arab Saudi itu
semakin hari semakin meningkat."
Ditambahkannya, bahwa warga
Syiah Arab Saudi mencapai 10 persen dari total populasi negara ini.
Mereka sangat tertindas dan tersingkir. Namun pada saat yang sama,
mereka tinggal di wilayah yang menyimpan kekayaan minyak bumi. Setiap
hari selalu terjadi bentrokan antara aparat keamanan Arab Saudi dan
warga Syiah di kawasan tersebut. Namun hal ini jarang diliput media
massa.
Eytani lebih lanjut menjelaskan, "Tidak jelas apakah
militer Arab Saudi mampu menghadapi perluasan serius kebangkitan dan
resistensi warga di propinsi timur negara itu?"
Perlu digaris
bawahi bahwa Raja Abdullah bin Abdul Aziz, mengecam instabilitas Mesir
dan mendukung rezim Mubarak. Di sisi lain, sepertiga dari 25 juta warga
Arab Saudi, tidak puas dengan kondisi yang ada. Negara ini menghadapi
lonjakan populasi pemuda. Namun pada saat yang sama, 42 persen angka
pengangguran di negara ini terdiri atas para pemuda berusia antara 20
hingga 24 tahun.