KAIRO - Serentetan tembakan ditujukan pada demonstran anti-pemerintah
di Tahrir [Pembebasan] Square, Kairo, menewaskan sedikitnya lima orang
tewas dan lebih dari 800 terluka. "Para korban yang sebenarnya dibawa
ke rumah sakit adalah 836, dimana 86 masih di rumah sakit dan ada lima
mati," kata Menteri Kesehatan, Ahmed Samih Farid pada televisi
pemerintah melalui telepon.
Tembakan senjata otomatis dan pistol dimulai sekitar pukul sekitar 04.00 waktu setempat dan telah berlangsung lebih dari satu jam.
Seorang aktivis pro-demokrasi, Mustafa el-Naggar, mengatakan tembakan itu datang dari setidaknya tiga lokasi di kejauhan. Ia mengatakan militer Mesir masuk alun-alun dengan tank mencoba untuk menjaga ketertiban, tapi tidak melakukan intervensi.
Seorang produser Al Jazeera, menyaksikan dokter menolong dua korban luka tembak, terluka di kepala. "Ada genangan darah di beton di bawah laki-laki itu ... tetapi ia masih memiliki denyut nadi dan mungkin bertahan hidup," katanya.
Ketgangan terjadi sejak Rabu. Para pengunjuk rasa dari kedua belah pihak berperang berkemah di Tahrir Square, pusat demonstrasi yang berkelanjutan terhadap Hosni Mubarak, yang memasuki hari kesepuluh mereka pada hari Kamis.
Pendukung pro-Mubarak juga melemparkan bom molotov dan bom rakitan pada massa demonstran oposisi, yang mendirikan barikade sementara sekitar alun-alun.
Tentara Mesir dilaporkan juga menangkap beberapa orang setelah kekerasan Kamis pagi, namun jumlahnya belum dikonfirmasi.
Hillary Clinton, menteri luar negeri AS, mengutuk bentrokan berdarah yang mengguncang Kairo. Ia dikabarkan telah menjalin komunikasi via telepon dengan Wakil Presiden Omar Suleiman.
"Menlu mendesak pemerintah Mesir meminta pertanggungjawaban orang-orang yang menyulut aksi atas atas tindakan kekerasan itu," kata juru bicara Deplu AS.
Tembakan senjata otomatis dan pistol dimulai sekitar pukul sekitar 04.00 waktu setempat dan telah berlangsung lebih dari satu jam.
Seorang aktivis pro-demokrasi, Mustafa el-Naggar, mengatakan tembakan itu datang dari setidaknya tiga lokasi di kejauhan. Ia mengatakan militer Mesir masuk alun-alun dengan tank mencoba untuk menjaga ketertiban, tapi tidak melakukan intervensi.
Seorang produser Al Jazeera, menyaksikan dokter menolong dua korban luka tembak, terluka di kepala. "Ada genangan darah di beton di bawah laki-laki itu ... tetapi ia masih memiliki denyut nadi dan mungkin bertahan hidup," katanya.
Ketgangan terjadi sejak Rabu. Para pengunjuk rasa dari kedua belah pihak berperang berkemah di Tahrir Square, pusat demonstrasi yang berkelanjutan terhadap Hosni Mubarak, yang memasuki hari kesepuluh mereka pada hari Kamis.
Pendukung pro-Mubarak juga melemparkan bom molotov dan bom rakitan pada massa demonstran oposisi, yang mendirikan barikade sementara sekitar alun-alun.
Tentara Mesir dilaporkan juga menangkap beberapa orang setelah kekerasan Kamis pagi, namun jumlahnya belum dikonfirmasi.
Hillary Clinton, menteri luar negeri AS, mengutuk bentrokan berdarah yang mengguncang Kairo. Ia dikabarkan telah menjalin komunikasi via telepon dengan Wakil Presiden Omar Suleiman.
"Menlu mendesak pemerintah Mesir meminta pertanggungjawaban orang-orang yang menyulut aksi atas atas tindakan kekerasan itu," kata juru bicara Deplu AS.