Dua pembicaran pada sebuah konferensi ilmiah
minggu ini akan mengajukan sebuah akar bersama sejumlah masalah di
Tennesse barat bulan Mei 2010, dan sebuah bencana tornado historis yang
berpusat di Alabama bulan April 2011.
Kedua
peristiwa tampak berhubungan dengan kopel yang relatif langka antara
aliran jet kutub dan subtropics, kata Jonathan Martin, professor ilmu
atmosfer dan samudera University of Wisconsin-Madison.
Namun bagian mengagumkannya adalah perubahan ini berasal di Pasifik Barat, sekitar 14,500 km jauhnya dari badai besar di bagian tengah AS, kata Martin.
Mekanisme
yang menyebabkan badai berawal dari musim semi atau gugur ketika
kompleks badai tropis terorganisir di Indonesia mendorong aliran jet
subtropics di utara, menyebabkannya menyatu dengan aliran jet kutub.
Aliran
jet subtropics adalah pita angin tinggi yang secara normal berada
sekitar 30 derajat lintang utara. Aliran jet kutub secara normal ratusan
mil lebih ke utara.
Martin menyebut pita angin yang dihasilkan ini sebagai “superjet”.
Aliran
jet di belahan utara mengalir dari barat dengan kecepatan sekitar 225
km per jam, dan dikelilingi oleh pusaran melingkar yang terlihat seperti
tornado yang mendorong di sisi-sisinya. Angin sirkulasi di dasar aliran
jet mengalir dari selatan. Di sisi utara, angin sirkulasi bergerak
vertical, mengangkat dan mendinginkan udara hingga uap air mengembun dan
mendorong hujan.
Sebuah superjet dan
angin sirkulasinya membawa sekitar dua kali lebih banyak energi daripada
aliran jet biasa, kata Martin. “Ketika aliran jet yang biasanya
terpisah ini saling tindih, ada kecenderungan untuk tercipta sirkulasi
vertical sangat kuat, yang menghasilkan awan, pengembunan, dan tornado
pada kondisi yang tepat.”
Dan karena
angin sirkulasi dalam superjet bergerak sepanjang AS selatan mengambil
embun dari Teluk Meksiko, “superjet memberikan dampak ganda – lebih
banyak embun dan lebih banyak angkatan, yang menghasilkan hujan deras.”
Itulah yang terjadi pada bulan Mei 2010, ketika hujan 25 hingga 50 cm turun di Nashville.
Andrew
Winters, yang sekarang mahasiswa pasca sarjana yang belajar dengan
Martin, membahas banjir Tenesse sebagai topic skripsinya tahun 2010.
“Ada banyak aspek menarik, ada anomaly dalam jumlah embun di tenggara,
dan jumlah hujan yang sangat banyak,” kata Winters.
Dan
aliran jet superkuat tersebut “dapat dilacak pada kondisi-kondisi di
Pasifik barat, hampir seminggu sebelumnya,” kata Winters.
Martin
dan Winters menjelaskan karya mereka dalam diskusi tanggal 6 dan 7
Desember dalam pertemuan tahunan American Geophysical Union di San
Francisco.
Studi pada banjir Tennesse,
tornado Alabama, dan badai Oktober yang aneh di Wisconsin menunjukkan
“kalau jet subtropics didorong ke arah kutub dalam pengaruh badai kuat
di Pasifik barat, tampaknya menghasilkan badai besar di bagian tengah
AS,” kata Martin. “Sangat mengesankan kalau ada hubungan global yang
terjadi tujuh hingga 10 hari kemudian.”
Martin juga menyarankan kalau posisi aliran jet subtropis yang berubah dapat berkaitan dengan pemanasan global.
“Ada
alasan untuk meyakini kalau dalam iklim yang lebih hangat, pertindihan
aliran jet ini dapat membawa pada cuaca berpengaruh tinggi akan lebih
sering terjadi,” kata Martin.
Gagasan ini dapat diuji, tambah Martin.
“Data
cuaca historis akan memberi tahu apakah ada perubahan dalam frekuensi
peristiwa bertindihan ini, dan apakah itu berhubungan dengan perubahan
dalam peristiwa cuaca pengaruh tinggi. Menarik untuk dipelajari karena
akan membantu kita memahami salah satu mekanisme yang mungkin dimana
iklim yang lebih hangat dapat membawa pada peningkatan cuaca buruk,”
katanya.
Walaupun hurikan dapat
dilacak seminggu atau lebih saat mereka melintasi Samudera Atlantik,
fenomena cuaca jarang bertahan lama, kata Martin. “Bila aliran jet
subtropics disusun ulang dan ditindihkan di atas aliran jet kutub, itu
mungkin menjadi mekanisme yang memungkinkan penundaan sangat lama ini,
gangguan yang memiliki efek pada cuaca buruk ribuan mil jauhnya, dan
seminggu atau lebih kemudian.”
Martin mengatakan kalau analisis baru ini bertahan dalam studi lebih lanjut, ia dapat membantu peramalan cuaca buruk.
Walaupun
cuaca buruk diramalkan sehari atau dua hari lebih awal dari terjadinya
tornado besar di Tenggara AS bulan April, “sebagian besar ramalan
tornado dibuat 12 atau paling cepat 24 jam sebelum kejadian. Hal
tersebut menyelamatkan nyawa. Namun bila kita mengetahuinya lima atau
enam hari lebih awal dengan mengamati posisi aliran jet, kita dapat
mengatakan, “Hey, kita akan punya minggu yang sangat mengejutkan, kita
harus bersiap siaga.”
Sumber Berita: