NEW YORK - Utusan Amerika untuk PBB telah berpihak dengan Israel terhadap laporan PBB yang menyimpulkan bahwa pasukan Israel melakukan kejahatan perang di Jalur Gaza selama serangan yang terjadi baru-baru ini.
Dalam sebuah tanggapan resmi pertama Amerika terhadap laporan
Goldstone itu, Susan Rice, Dubes untuk PBB berkata, "Kita sudah lama
menyatakan keprihatinan kita yang sangat serius dengan mandat yang
diberikan oleh Dewan HAM sebelum bergabung dengan dewan kita, yang
dipandang sebagai tidak seimbang, satu sisi dan pada dasarnya tidak
dapat diterima."
"Negara-negara anggota harus sekali dan untuk selamanya menggantikan
perkataan anti-Israel pedas dengan pengakuan atas "legitimasi" Israel
dan hak untuk hidup dalam perdamaian dan keamanan," kata Duta Besar
Susan Rice dalam konferensi di Yerusalem (Al-Quds) pada hari Rabu.
"Kami akan berdiri di sebelah teman-teman kita di garis depan dan kami akan menegakkan hak-hak untuk membela diri," tambah Rice.
Dia membuat komentar tersebut ketika Majelis Umum PBB diperkirakan
akan membahas laporan yang disiapkan oleh mantan hakim Afrika Selatan,
Richard Goldstone, pada tahun lalu setelah disahkan oleh Dewan Hak Asasi
Manusia.
Laporan oleh tim ahli yang dipimpin oleh Goldstone, mengatakan Israel
menggunakan kekerasan yang tidak proporsional dan gagal melindungi
warga sipil dalam serangan 27 Desember - 18 Januari terhadap warga
Palestina di Gaza.
Presiden Israel Shimon Peres, bagaimanapun, mengutuk laporan pada
hari Rabu, mengatakan "Adalah sebuah hal yang memalukan bahwa sebuah
lembaga terhormat seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa menyediakan sebuah
landasan untuk menyebarkan "kebohongan" dan "cerita karangan" tentang
Israel."
Dalam edisi Kamis The New York Times, Goldstone menyangkal tuduhan bahwa temuan ataupun dasar dari misi PBB itu bias.
"Saya sangat percaya dalam aturan hukum dan hukum perang, dan prinsip
bahwa warga sipil dalam konflik bersenjata seharusnya untuk semaksimal
mungkin dilindungi dari bahaya," tulisnya. "Dalam pertempuran di Gaza,
semua pihak yang melanggar prinsip dasar."
"Israel harus diselidiki," Goldstone menulis. "Mereka harus memeriksa
dengan tepat apa yang terjadi dan menghukum setiap prajurit atau
komandan yang ditemukan telah melanggar hukum."
Laporan sebanyak 600 halaman itu dipresentasikan pada hari Selasa,
menuduh Israel dari kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Goldstone menyarankan merujuk kesimpulan dari laporan itu kepada jaksa
Pengadilan Pidana Internasional di Den Haag, jika Israel gagal untuk
melakukan investigasi yang kredibel dalam waktu enam bulan.
Para pejabat Israel, marah pada apa yang telah mereka sebut dengan
mandat bias, tidak berpartisipasi dalam penyelidikan dan telah menolak
temuan-temuan. Netanyahu pada hari Kamis mengulangi hak Israel untuk
mempertahankan diri selama wawancara televisi sebelum Rosh Hashana.
"Saya mengatakan kepada para pemimpin internasional: Anda memberitahu
kami bahwa Anda mendukung hak kita membela diri. Jangan mengatakan
kepada kita setelah perjanjian berikutnya, katakan pada kami sekarang,"
kata Netanyahu pada Channel 2. "Tolak temuan komisi ini."
Sementara itu, berbicara kepada wartawan setelah pertemuan dewan,
Riyad Mansour, pengamat tetap Palestina, berkata para pejabat Palestina
tidak siap untuk bertemu dengan rekan-rekan mereka dari Israel sampai
mereka menghentikan semua kegiatan pemukiman, termasuk "pertumbuhan alami".
"Sampai saat ini, pihak Israel tidak memenuhi kewajibannya
berdasarkan peta jalan," kata Mansour. "Kami tidak akan kembali ke
perundingan sampai Israel memenuhi kewajibannya."
Ditanya pada hari Kamis jika pihak berwenang Palestina akan
menyelidiki kejahatan perang, Mansour mengutip laporan New York Times
mengutip Ahmed Yousef, penasehat senior Hamas di Gaza, yang mengatakan
pihak berwenang setempat akan melakukannya. Yousef menekankan posisi
pemerintah bahwa roket ditembakkan oleh warga Gaza untuk membela diri
dan bahwa warga sipil tewas dalam serangan Israel itu karena Palestina
hanya memiliki "senjata primitif."
Beberapa anggota Kongres mengeluarkan pengutukan tajam dari Laporan
Goldstone, yang kata mereka mengabaikan kebutuhan Israel untuk
"mempertahankan diri" dalam melawan terorisme.
"Dalam dunia fantasi yang dihuni oleh penulis (Goldstone), tidak ada yang namanya terorisme, tidak ada yang namanya Hamas,
tidak ada yang namanya pembelaan diri yang sah," Gary Ackerman,
perwakilan dari New York, Ketua DPR Sub-komite di Timur Tengah dan Asia
Selatan, mengatakan dalam sebuah pernyataan.
"Tentu saja, Amerika Serikat harus melakukan semua yang kami bisa
untuk memastikan sesedikit waktu yang mungkin terbuang sia-sia pada
gangguan ini dari kerja nyata untuk berdamai," katanya.
Dalam nada yang sama, sebuah pernyataan bersama oleh Shelley Berkley
Reps. Nevada dan Eliot Engel dari New York gigih membela hak Israel
untuk mempertahankan diri melawan serangan roket dan mortir dari utara
dan selatan.