MINNESOTA – Di negara bagian AS, Minnesota, rumah
bagi sebuah populasi siswa Muslim yang terus bertumbuh, para pejabat
pendidikan berjuang untuk menemukan buku-buku yang menggambarkan
karakter-karakter Muslim yang mana para siswa Muslim dapat berhubungan
dan para non-Muslim dapat belajar dari buku tersebut.
"Benar-benar tidak terlintas apapun dalam diri saya," Linda Goering,
seorang spesialis media perpustakaan di Sekolah Menengah Robbinsdale,
mengatakan kepada kantor berita Minnesota Star Tribune pada Jum'at (3/6)
waktu setempat.
Goering adalah salah satu dari banyak pendidik di sekolah-sekolah
Minnesota yang mengeluhkan tentang kelangkaan buku-buku tersebut,
terutama buku-buku fiksi, yang menggambarkan pemuda Muslim di Amerika
yang para siswa dapat baca dan belajar dari buku tersebut.
Para pustakawan di beberapa sekolah-sekolah distrik lainnya menceritakan kisah yang sama.
Di Sekolah Menengah Northdale di distrik Anoka-Hennepin, Julie
Scullen, seorang spesialis intervensi membaca, memiliki gagasan
mendapatkan lebih banyak buku yang berpusat di sekitar karakter Muslim
"mendidih" di kepalanya selama beberapa tahun.
Namun pada September lalu, ia membaca sebuah artikel yang mengutip
pentingnya untuk membantu para siswa untuk belajar tentang budaya-budaya
yang berbeda yang terwakilkan oleh teman-teman sekelas mereka.
Jadi, menggunakan sebuah subsidi sebesar $800 dari Yayasan Pendidikan
Anoka-Hennepin, Scullen dan koleganya Beth Braun, seorang spesialis
media, memesan 30-40 buku untuk perpustakaan mereka.
"Tidak keseluruhan di dalam perpustakaan kami yang menyediakan sebuah
perasaan dari 'ini apa yang disebut normal,'" kata Scullen.
Tidak hanya di Minnesota.
Ketika Braun meluncurkan sebuah pencarian nasional, ia tidak memiliki begitu banyak keberuntungan.
"Buku-buku tersebut sedikit dan begitu jauh untuk didapatkan."
Para aktivis Muslim mengiyakan bahwa buku-buku tersebut berorientasi
terhadap siswa Muslim bahkan lebih menakutkan pada tingkatan
kelas-kelas yang lebih tinggi dari pada yang lainnya.
"Mereka lebih mudah untuk ditemukan untuk anak-anak sekolah dasar,"
kata Lori Saroya, presiden dari Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR)
cabang Minnesota.
"Ada sejumlah rangkaian buku fiksi untuk anak-anak menengah pertama, namun mereka sulit untuk ditemukan."
Para pendidik dan Muslim mengiyakan bahwa kehadiran karakter-karakter
Muslim di buku-buku merupakan hal yang penting untuk menyokong
identitas anak-anak.
"Ini benar-benar penting untuk anak-anak yang berusia relatif muda,
membaca cerita-cerita yang merefleksikan etnisitas dan atau agama mereka
dengan tujuan untuk merasa bahwa mereka adalah manusia yang berharga,"
kata Freda Shamma, direktur pengembangan kurikulum untuk Yayasan
Pengembangan dan Promosi Pendidikan dan Pembelajaran, yang berbasis di
Cincinnati.
"Ketidakhadiran cerita semacam itu memimbing pada tingkatan yang
kurang di sekolah perasaan kesepian dan pengasingan, dan rendah rasa
percaya diri," ia menambahkan.
Saroya, direktur CAIR tersebut setuju.
Ia mengingat kembali pengalamannya sendiri tumbuh besar sebagai
Muslim dan lulus dari sekolah menengah Atas di bagian selatan Iowa, di
mana ia merasa sedikit membaca yang dapat ia identifikasikan, "Pada saat
itu ada seorang gadis bermata biru, dan berambut pirang yang adalah
anggota pemandu sorak," ia mengatakan.
"Begitu sedikit yang saya dapat hubungkan dengan apa yang menyangkut identitas Muslim saya."
Tidak ada perkiraan resmi, namun Muslim membentuk sekitar 7 sampai 8 juta jiwa di Amerika.
Beberapa berpendapat bahwa masalahnya adalah buku-buku dengan
karakter-karakter Muslim tidak nampak pada para pembaca, termasuk
Muslim.
"Ada buku-buku yang terbatas yang berfokus pada siswa Muslim sebagai
bagian dari produksi sekolah karena kemungkinan telah ada permintaan
terbatas dan sebuah pasar yang terbatas pula," kata Jean Doolittle, yang
bertanggung jawab dalam menyebarkan buku-buku dan bahan-bahan sumber
yan lainnya untuk sekolah-sekolah Minneapolis.
"Jika orang-orang akan membeli buku-buku tersebut, para penerbit akan memproduksi buku tersebut."
Namun spesialis media sekolah Leah Larson mengatakan bahwa hal
tersebut berkebalikan dengan pandangan Doolittle, ada sebuah kemauan
untuk buku-buku tersebut.
Ia menunjuk pada sebuah novel di pusat medianya, "Does My Head Look
Big ini This?", tentang seorang gadis Muslim 11 tahun yang tumbuh besar
di Australia yang memutuskan untuk mengenkan Jilbab.
"Saya tidak bisa menyimpannya di rak begitu saja."