Sekolah Minnesota Hadapi Kelangkaan Buku Berkarakter Muslim

Written By Juhernaidi on Sabtu, 04 Juni 2011 | 9:11:00 AM

Minnesota yang adalah rumah bagi siswa Muslim yang terus bertumbuh mengalami kelangkaan dalam media pembelajaran yang menggambarkan karakter-karakter Muslim. Para siswa Muslim usia muda membutuhkan kehadiran buku semacam itu yang berperan dalam pembentukan identitas Muslim mereka. (Foto: OnIslam) MINNESOTA  – Di negara bagian AS, Minnesota, rumah bagi sebuah populasi siswa Muslim yang terus bertumbuh, para pejabat pendidikan berjuang untuk menemukan buku-buku yang menggambarkan karakter-karakter Muslim yang mana para siswa Muslim dapat berhubungan dan para non-Muslim dapat belajar dari buku tersebut.
"Benar-benar tidak terlintas apapun dalam diri saya," Linda Goering, seorang spesialis media perpustakaan di Sekolah Menengah Robbinsdale, mengatakan kepada kantor berita Minnesota Star Tribune pada Jum'at (3/6) waktu setempat.

Goering adalah salah satu dari banyak pendidik di sekolah-sekolah Minnesota yang mengeluhkan tentang kelangkaan buku-buku tersebut, terutama buku-buku fiksi, yang menggambarkan pemuda Muslim di Amerika yang para siswa dapat baca dan belajar dari buku tersebut.

Para pustakawan di beberapa sekolah-sekolah distrik lainnya menceritakan kisah yang sama.

Di Sekolah Menengah Northdale di distrik Anoka-Hennepin, Julie Scullen, seorang spesialis intervensi membaca, memiliki gagasan mendapatkan lebih banyak buku yang berpusat di sekitar karakter Muslim "mendidih" di kepalanya selama beberapa tahun.

Namun pada September lalu, ia membaca sebuah artikel yang mengutip pentingnya untuk membantu para siswa untuk belajar tentang budaya-budaya yang berbeda yang terwakilkan oleh teman-teman sekelas mereka.

Jadi, menggunakan sebuah subsidi sebesar $800 dari Yayasan Pendidikan Anoka-Hennepin, Scullen dan koleganya Beth Braun, seorang spesialis media, memesan 30-40 buku untuk perpustakaan mereka.

"Tidak keseluruhan di dalam perpustakaan kami yang menyediakan sebuah perasaan dari 'ini apa yang disebut normal,'" kata Scullen.

Tidak hanya di Minnesota.

Ketika Braun meluncurkan sebuah pencarian nasional, ia tidak memiliki begitu banyak keberuntungan.

"Buku-buku tersebut sedikit dan begitu jauh untuk didapatkan."

Para aktivis Muslim mengiyakan bahwa buku-buku tersebut berorientasi terhadap siswa Muslim bahkan lebih menakutkan pada tingkatan kelas-kelas yang lebih tinggi dari pada yang lainnya.

"Mereka lebih mudah untuk ditemukan untuk anak-anak sekolah dasar," kata Lori Saroya, presiden dari Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) cabang Minnesota.

"Ada sejumlah rangkaian buku fiksi untuk anak-anak menengah pertama, namun mereka sulit untuk ditemukan."

Para pendidik dan Muslim mengiyakan bahwa kehadiran karakter-karakter Muslim di buku-buku merupakan hal yang penting untuk menyokong identitas anak-anak.

"Ini benar-benar penting untuk anak-anak yang berusia relatif muda, membaca cerita-cerita yang merefleksikan etnisitas dan atau agama mereka dengan tujuan untuk merasa bahwa mereka adalah manusia yang berharga," kata Freda Shamma, direktur pengembangan kurikulum untuk Yayasan Pengembangan dan Promosi Pendidikan dan Pembelajaran, yang berbasis di Cincinnati.

"Ketidakhadiran cerita semacam itu memimbing pada tingkatan yang kurang di sekolah perasaan kesepian dan pengasingan, dan rendah rasa percaya diri," ia menambahkan.

Saroya, direktur CAIR tersebut setuju.

Ia mengingat kembali pengalamannya sendiri tumbuh besar sebagai Muslim dan lulus dari sekolah menengah Atas di bagian selatan Iowa, di mana ia merasa sedikit membaca yang dapat ia identifikasikan, "Pada saat itu ada seorang gadis bermata biru, dan berambut pirang yang adalah anggota pemandu sorak," ia mengatakan.

"Begitu sedikit yang saya dapat hubungkan dengan apa yang menyangkut identitas Muslim saya."

Tidak ada perkiraan resmi, namun Muslim membentuk sekitar 7 sampai 8 juta jiwa di Amerika.

Beberapa berpendapat bahwa masalahnya adalah buku-buku dengan karakter-karakter Muslim tidak nampak pada para pembaca, termasuk Muslim.

"Ada buku-buku yang terbatas yang berfokus pada siswa Muslim sebagai bagian dari produksi sekolah karena kemungkinan telah ada permintaan terbatas dan sebuah pasar yang terbatas pula," kata Jean Doolittle, yang bertanggung jawab dalam menyebarkan buku-buku dan bahan-bahan sumber yan lainnya untuk sekolah-sekolah Minneapolis.

"Jika orang-orang akan membeli buku-buku tersebut, para penerbit akan memproduksi buku tersebut."

Namun spesialis media sekolah Leah Larson mengatakan bahwa hal tersebut berkebalikan dengan pandangan Doolittle, ada sebuah kemauan untuk buku-buku tersebut.

Ia menunjuk pada sebuah novel di pusat medianya, "Does My Head Look Big ini This?", tentang seorang gadis Muslim 11 tahun yang tumbuh besar di Australia yang memutuskan untuk mengenkan Jilbab.
"Saya tidak bisa menyimpannya di rak begitu saja."

Simulasi Jangka Sorong