TEHERAN  – Pada hari Senin, Iran mengecam langkah AS
 menyita empat Masjid dan satu gedung pencakar langit New York yang 
dimiliki oleh sebuah organisasi nirlaba Muslim yang dicurigai memiliki 
hubungan dengan Iran, menyebutnya sebagai suatu penghinaan.
Ali Larijani mengatakan bahwa langkah tersebut memperlihatkan slogan 
perubahan Presiden Barack Obama sebagai sebuah tipuan dan menyebutnya 
tidak berbeda dengan pendahulunya, Presiden George W. Bush.
"Perpanjangan sanksi dan pembatasan terhadap Iran selama satu tahun 
oleh presiden AS dan pemblokiran rekening serta aset-aset Yayasan Alavi 
di AS adalah sebuah penghinaan," ujarnya kepada parlemen.
"Setelah satu tahun penuh dengan slogan-slogan dan pidato kosong, 
perilaku dan tindakan presiden ini pada praktiknya tidak lebih baik 
daripada pendahulunya," tambah Larijani, dalam pidato yang disiarkan 
oleh radio.
Dalam apa yang dapat menjadi sebuah penyitaan anti-terorisme terbesar dalam sejarah AS
 ini, jaksa penuntut mengajukan sebuah komplain sipil ke pengadilan 
federal terhadap Yayasan Alavi,  menuntut penyitaan atas aset senilai 
lebih dari USD 500 juta itu.
Aset-aset tersebut meliputi sejumlah rekening bank; Islamic Center 
yang terdiri atas beberapa sekolah dan Masjid di kota New York, 
Maryland, California, dan Houston; lebih dari 100 hektar di Virginia; 
dan sebuah menara kantor berlantai 36 di New York.
Menyita semua properti itu akan menjadi tamparan keras bagi Iran, 
yang oleh pemerintah AS dituduh mendanai terorisme dan berusaha 
membangun bom nuklir.
Obama telah menawarkan untuk melibatkan Iran dalam dialog dengan 
harapan dapat mengurangi ketegangan atas program nuklir negara tersebut,
 yang ditakutkan Barat ditujukan untuk mengembangkan sebuah senjata 
nuklir.
Obama mengatakan pada hari Minggu bahwa Iran mulai kehabisan waktu 
untuk menandatangani sebuah perjanjian yang mengharuskan mereka 
mengirimkan uranium yang telah diperkaya ke luar negeri untuk diproses 
lebih lanjut.
Politisi Iran telah menolak proposal kesepakatan itu, namun pemerintah mengatakan masih akan mempertimbangkannya.
"Aksi terbaru AS, mengajukan kesepakatan yang tidak penting dan tidak
 rasional mengenai isu nuklir yang mereka katakan adil, semuanya 
mengindikasikan bahwa perubahan yang dijanjikan hanyalah sebuah simbol 
kebohongan untuk menipu para politisi naif,"ujar Larijani.
Sangat jarang bagi pihak penegak hukum AS untuk menyita tempat 
ibadah, sebuah langkah yang penuh dengan berbagai pertanyaan tentang hak
 kebebasan beragama dalam Amandemen Pertama.
Jaksa penuntut mengatakan bahwa Yayasan Alavi mengelola menara kantor
 itu atas nama pemerintah Iran dan bekerjasama dengan sebuah perusahaan 
bernama Assa Corp., untuk secara ilegal mengirimkan uang senilai jutaan 
dolar sebagai biaya sewa kepada Bank Melli yang dimiliki oleh pemerintah
 Iran. Bank Melli dituduh oleh Departemen Keuangan AS memberikan 
dukungan terhadap program nuklir Iran, dan melakukan bisnis dengan bank 
itu di AS dianggap ilegal.
Pemerintah AS telah lama mencurigai yayasan itu sebagai kaki tangan 
pemerintah Iran. Sebuah komplain setebal 97 halaman merinci keterlibatan
 beberapa pejabat tinggi Iran, termasuk wakil perdana menteri dan duta 
besar untuk PBB, dalam kegiatan bisnis yayasan tersebut.
Yayasan Alavi adalah organisasi penerus Yayasan Pahlavi, sebuah 
kelompok nirlaba yang digunakan oleh Shah untuk mengembangkan 
kepentingan amal Iran di AS. Namun, pihak yang berwenang mengatakan 
bahwa agenda yayasan berubah pasca tergulingnya Shah.