Penyitaan Bangunan Islam Berujung Kecaman Internasional

Written By Juhernaidi on Rabu, 22 Juni 2011 | 5:38:00 PM

Sekolah Islam Razi merupakan salah satu bangunan milik Muslim yang disita pemerintahan AS karena dituding berhubungan dengan Iran, meski Iran menolak tudingan tersebut. (Berita SuaraMedia) TEHERAN  – Pada hari Senin, Iran mengecam langkah AS menyita empat Masjid dan satu gedung pencakar langit New York yang dimiliki oleh sebuah organisasi nirlaba Muslim yang dicurigai memiliki hubungan dengan Iran, menyebutnya sebagai suatu penghinaan. Ali Larijani mengatakan bahwa langkah tersebut memperlihatkan slogan perubahan Presiden Barack Obama sebagai sebuah tipuan dan menyebutnya tidak berbeda dengan pendahulunya, Presiden George W. Bush.
"Perpanjangan sanksi dan pembatasan terhadap Iran selama satu tahun oleh presiden AS dan pemblokiran rekening serta aset-aset Yayasan Alavi di AS adalah sebuah penghinaan," ujarnya kepada parlemen.
"Setelah satu tahun penuh dengan slogan-slogan dan pidato kosong, perilaku dan tindakan presiden ini pada praktiknya tidak lebih baik daripada pendahulunya," tambah Larijani, dalam pidato yang disiarkan oleh radio.
Dalam apa yang dapat menjadi sebuah penyitaan anti-terorisme terbesar dalam sejarah AS ini, jaksa penuntut mengajukan sebuah komplain sipil ke pengadilan federal terhadap Yayasan Alavi,  menuntut penyitaan atas aset senilai lebih dari USD 500 juta itu.
Aset-aset tersebut meliputi sejumlah rekening bank; Islamic Center yang terdiri atas beberapa sekolah dan Masjid di kota New York, Maryland, California, dan Houston; lebih dari 100 hektar di Virginia; dan sebuah menara kantor berlantai 36 di New York.
Menyita semua properti itu akan menjadi tamparan keras bagi Iran, yang oleh pemerintah AS dituduh mendanai terorisme dan berusaha membangun bom nuklir.
Obama telah menawarkan untuk melibatkan Iran dalam dialog dengan harapan dapat mengurangi ketegangan atas program nuklir negara tersebut, yang ditakutkan Barat ditujukan untuk mengembangkan sebuah senjata nuklir.
Obama mengatakan pada hari Minggu bahwa Iran mulai kehabisan waktu untuk menandatangani sebuah perjanjian yang mengharuskan mereka mengirimkan uranium yang telah diperkaya ke luar negeri untuk diproses lebih lanjut.
Politisi Iran telah menolak proposal kesepakatan itu, namun pemerintah mengatakan masih akan mempertimbangkannya.
"Aksi terbaru AS, mengajukan kesepakatan yang tidak penting dan tidak rasional mengenai isu nuklir yang mereka katakan adil, semuanya mengindikasikan bahwa perubahan yang dijanjikan hanyalah sebuah simbol kebohongan untuk menipu para politisi naif,"ujar Larijani.
Sangat jarang bagi pihak penegak hukum AS untuk menyita tempat ibadah, sebuah langkah yang penuh dengan berbagai pertanyaan tentang hak kebebasan beragama dalam Amandemen Pertama.
Jaksa penuntut mengatakan bahwa Yayasan Alavi mengelola menara kantor itu atas nama pemerintah Iran dan bekerjasama dengan sebuah perusahaan bernama Assa Corp., untuk secara ilegal mengirimkan uang senilai jutaan dolar sebagai biaya sewa kepada Bank Melli yang dimiliki oleh pemerintah Iran. Bank Melli dituduh oleh Departemen Keuangan AS memberikan dukungan terhadap program nuklir Iran, dan melakukan bisnis dengan bank itu di AS dianggap ilegal.
Pemerintah AS telah lama mencurigai yayasan itu sebagai kaki tangan pemerintah Iran. Sebuah komplain setebal 97 halaman merinci keterlibatan beberapa pejabat tinggi Iran, termasuk wakil perdana menteri dan duta besar untuk PBB, dalam kegiatan bisnis yayasan tersebut.
Yayasan Alavi adalah organisasi penerus Yayasan Pahlavi, sebuah kelompok nirlaba yang digunakan oleh Shah untuk mengembangkan kepentingan amal Iran di AS. Namun, pihak yang berwenang mengatakan bahwa agenda yayasan berubah pasca tergulingnya Shah.

Simulasi Jangka Sorong