WASHINGTON – Setelah terjadi pengeboman Uganda,
Presiden AS Barack Obama memperingatkan bahwa kelompok-kelompok seperti
Al Shabaab dan Al Qaeda menganggap benua Afrika sebagai tempat nyawa
orang-orang tidak bersalah bisa dilenyapkan dengan biaya politik yang
kecil.
Saat diwawancarai South African Broadcasting Corporation (SABC) dalam
wawancara yang akan ditayangkan hari Kamis pagi WIB, pemimpin AS yang
memiliki darah Afrika tersebut membidik motif para militan yang
aktivitasnya meningkat di benua hitam tersebut.
"Seperti sudah Anda semua saksikan dalam sejumlah pernyataan
organisasi-organisasi teroris ini, mereka tidak menghargai nyawa
masyarakat Afrika," kata Obama.
"Mereka hanya menganggap Afrika sebagai tempat untuk melaksanakan
pertempuran ideologis dan membunuh orang yang tidak bersalah tanpa
menganggap konsekuensi jangka panjang demi keuntungan taktik jangka
pendek mereka," kata Obama.
Wawancara Obama tersebut merupakan komentar langsung pertama dari
sang presiden terkait peristiwa pengeboman di Kampala. Bom tersebut
meledak di antara kerumunan penonton yang menyaksikan rekaman laga final
Piala Dunia pada hari Minggu dan menewaskan 76 orang.
Seorang pejabat seniorAS menegaskan bahwa Obama secara langsung
menyampaikan tantangan politik dan ideologis terhadap cabang-cabang Al
Qaeda di benua tersebut. Intelijen AS mengatakan, gerakan di Afrika
adalah cabang Al Qaeda yang paling aktif.
"Rujukan presiden terhadap fakta bahwa baik intelijen AS maupun
tindakan-tindakan Al Qaeda di masa lalu telah memperjelas bahwa Al Qaeda
dan kelompok-kelompok seperti (Shabaab) tidak menghargai nyawa (rakyat)
Afrika.
"Singkatnya, Al Qaeda adalah sebuah organisasi rasis yang
memperlakukan orang kulit hitam Afrika seperti barang yang bisa dibuang
dan tidak menghargai nyawa manusia," kata pejabat yang tidak bersedia
menyebutkan namanya tersebut.
Dalam wawancara tersebut, Obama juga membahas mengenai kejamnya
pemilihan waktu pengeboman tersebut, setelah sebelumnya seorang pejabat
AS lain menyebut gerakan Al Shabaab yang berbasis di Somalia sebagai dalang serangan itu.
"Begitu tragis dan ironis jika kita menyaksikan ledakan semacam itu
saat rakyat Afrika tengah merayakan dan menonton Piala Dunia yang
berlangsung di Afrika Selatan," katanya seperti dikutip oleh Gedung
Putih dalam pernyataan pers.
"Di satu sisi, Anda melihat visi sebuah (benua) Afrika yang tengah
bergerak, Afrika yang bersatu, Afrika yang modern dan menciptakan
peluang.
"Di sisi lain, ada Al Qaeda dan (Shabaab) yang menciptakan kesan penghancuran dan kematian," katanya.
"Saya rasa hal itu membuat masa depan Afrika yang mereka (rakyat
Afrika) inginkan untuk diri mereka sendiri dan anak-anak mereka menjadi
kontras.
"Kita harus memastikan bahwa kita telah melakukan semampu kita untuk
memberikan dukungan kepada orang-orang yang bersedia membangun,
bertentangan dengan mereka yang suka menghancurkan," katanya.
Ledakan yang muncul di tengah keramaian bar dan rumah makan di
Kampala pada hari Minggu lalu diklaim oleh kelompok Al Shabaab di
Somalia, yang menyebut pengeboman tersebut merupakan aksi balasan atas
kehadiran pasuka Uganda di Mogadishu.
Pengeboman tersebut, yang merenggut 76 nyawa dalam satu malam,
merupakan serangan paling mematikan di Afrika Timur sejak serangan Al
Qaeda di kedutaan AS di Kenya dan Tanzania pada 1988.
Serangan tersebut merupakan serangan pertama yang dilakukan Al
Shabaab di luar wilayah Somalia, menadai meluasnya perang saudara
Somalia yang telah berlangsung selama 20 tahun.
Menurut keterangan polisi, lebih dari setengah korban yang tewas
adalah warga negara asing. Mereka tewas di Restoran Desa Ethiopia di
Kabalagala, daerah pinggiran kota Kampala.
Menurut laporan, juga terjadi ledakan lain di Ntinda, kawasan
pinggiran kota Kampala. Lebih dari 100 orang dikabarkan dilarikan ke
rumah sakit dan klinik di ibu kota tersebut.