
WASHINGTON – Upaya-upaya Presiden Barack Obama untuk mengendalikan penyebaran senjata-senjata nuklir mengancam untuk membuka rahasia dan menggelincirkan sebuah perjanjian rahasia 40 tahun Amerika Serikat untuk melindungi senjata-senjata nuklir Israel dari keterbukaan internasional, kata mantan pejabat dan pejabat Amerika dan Israel yang sekarang seorang spesialis nuklir.
Isu tersebut kemungkinan
akan datang segera ketika Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu
bertemu dengan Obama pada 24 juni di Washington. Netanyahu diharapkan
untuk mencari jaminan dari Obama bahwa ia akan menjunjung tinggi
komitmen Amerika Serikat dan tidak akan menjual "hak" nuklir Israel
untuk digantikan oleh nuklir Iran.
Asisten sekretaris
negara Gottemoeller, berbicara pada Selasa pada sebuah pertemuan PBB,
Perjanjian non Pengembangbiakan nuklir (NPT), mengatakan bahwa Israel
seharusnya bergabung dengan perjanjian tersebut, yang akan mengharuskan
Israel untuk mendeklarasikan dan melepaskan gudang senjatanya.
"Kesetiaan universal
kepada NPT itu sendiri, termasuk India, Israel, Pakistan dan Korea
Utara, … tetap merupakan sebuah tujuan fundamental dari Amerika
Serikat," kata Gottemoeller pada sebuah pertemuan.
Bagaimanapun juga ia
menolak mengatakan apakah pemerintahan Obama akan menekan Israel untuk
bergabung dengan perjanjian tersebut.
Seorang pejabat senior
Gedung Putih mengatakan bahwa pemrintahan mempertimbangkan program
nuklir Israel dan Iran tidak berkaitan seperti halnya buah apel dan
jeruk.
Ditanya oleh The
Washington Times apakah pemerintahan akan menekan Israel untuk bergabung
dengan NPT, pejabat tersebut mengatakan, "Kami mendukung ketaatan
universal kepada NPT. Tetapi hal ini tetap merupakan sebuah tujuan
jangka panjang."
Pejabat tersebut berbicara dengan tidak menyebutkan nama karena sensitifitas dari masalah tersebut.
Avner Cohen, pengarang
dari "Israel and the Bomb" (Israel dan Bom) dan pemimpin ahli terkemuka
di luar pemerintahan Israel dalam sejarah program nuklir Israel,
mangatakan bahwa "pertemuan Obama dengan Netanyahu yang akan datang,
yang membahas maslah Iran, akan menjadi sebuah mimbar bagi israel untuk
meminta jaminan bahwa pemahaman lama pada masalah nuklir masih berlaku."
Untuk menyebut Israel
dalam konteks tersebut benar-benar merupakan sebuah perubahan dalam
kebijakan Amerika Serikat. Eli Lake dalam The Washington Times menemukan
banyak jejak dari perubahan tersebut dan juga beberapa yang
dikhawatirkan pemimpin-pemimpin Israel yaitu, selama 40 tahun terakhir,
Israel dan Amerika Serikat telah menutup rapat tentang gudang senjata
nuklir Israel yang sekarang diperkirakan terdapat 80 sampai 200 senjata.
Israel telah menjanjikan untuk tidak menguji senjata nuklirnya
sementara Amerika Serikat tidak menekan Israel untuk menandatangani
perjanjian NPT, dimana hanya lima negara yang boleh memiliki nuklir,
yakni Amerika Serikat, Prancis, Inggris, China dan Rusia.
Amerika Serikat juga
telah menentang kebanyakan bantuan regional untuk sebuah "Timur Tengah
bebas nuklir." Persetujuan tersebut diadakan pada sebuah konferensi
tingkat tinggi antara Perdana Mentri Israel Golda Meir dan Presiden
Nixon pada 25 September 1969, menurut dokumen yang baru-baru ini
dirilis, tetapi masih tetap sangat rahasia bahwa tidak terdapat rekaman
secara eksplisit dari hal tersebut. Cohen telah merujuk pada perjanjian
tersebut sebagai "jangan bertanya, jangan berbicara," karena hal ini
menyebut dua negara baik Amerika dan Israel tidak pernah mengakui pada
publik Israel tentang gudang senjata nuklir Israel.
Ketika ditanya apa posisi pemerintahan Obama dalam pemahaman 1969, pejabat senior Gedung Putih tidak berkomentar.
Faktor Iran
Pemimpin-pemimpin Iran
mempunyai daftar panjang keluhan tentang ditaklukkan kepada sebuah
standar ganda yang mengijinkan anggota non-NPT India dan Pakistan,
begitu juga Israel, untuk mempertahankan dan bahkan meningkatkan gudang
senjata nuklir tetapi sanksi-sanksi Tehran, sebuah negara anggota NPT,
untuk tidak bekerja sama sepenuhnya dengan Badan Energi Atom
Internasional (IAEA), pengawas nuklir PBB.
Pada hari Senin lalu,
Deputi Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Ali Hosseini, mengatakan pada
pertemuan PBB mempersiapkan untuk sebuah tinjauan ulang utama dari NPT
tahun depan bahwa kerjasama nuklir oleh Amerika Serikat, Prancis dan
Inggris dengan Israel merupakan tidak sepenuhnya dipedulikan dengan
kewajiban-kewajibannya di bawah perjanjian dan komitmen yang
dilaksanakan pada 1995 dan 2000, dan sebuah sumber dari keprihatinan
yang nyata untuk komunitas internasional, terutama pihak-pihak yang
terlibat dengan perjanjian di Timur Tengah."
Pemerintahan Obama
mencoba berbicara dengan Iran tentang program nuklirnya dan telah
menurunkan sebuah persyaratan untuk perundingan bahwa Iran yang pertama
kali mencabut program pengayaan uraniumnya.
"Apa yang Israel
rasakan, tepatnya, apa yang Obama inginkan untuk melakukan sesuatu
terhadap Iran dan hal ini kemungkinan dapat melibatkan dengan sangat
baik untuk melakukan sesuatu tentang program nuklir Israel yang baru,"
ungkap Henry Sokolski, direktur eksekutif dari Pusat Pendidikan
Kebijakan Nonpengembangbiakan Nuklir, sekaligus seorang tangki pemikir
Washington.
Bruce Riedel, seorang
mantan direktur senior untuk Timur Tengah dan Asia Selatan pada Dewan
Keamanan Nasional Gedung Putih, mengatakan, "Jika anda benar-benar
serius tentang sebuah perjanjian dengan Iran, Israel harus keluar dari
sarangnya. Sebuah kebijakan yang berdasarkan pada fiksi dan standar
ganda diikat untuk menggagalkannya cepat atau lambat." Riedel mengepalai
tinjauan ulang pemerintahan Obama atas strategi terhadap Afganistan dan
Pakistan tetapi tidak memegang posisi pemerintahan permanen dan telah
kembali ke dalam kehidupn pribadi sebagai seorang sarjana pada Institusi
Brooking.
Rahasia Umum
Elliot Abrams, deputi penasehat keamanan nasional untuk pemerintahan George W. Bush, mengatakan bahwa pemerintah menolak upaya-upaya internasional untuk menekan Israel pada sektor nuklir.
"Kami tidak ingin
menerima bahasa operasional apa pun yang akan menempatkan Israel pada
sebuah kerugian dan menimbulkan pertanyaan apakah israel merupakan
sebuah kekuatan nuklir," ia mengatakan. "Hal itu bukanlah diskusi yang
yang kami perkirakan sangat membantu. Kami mengijinkan
pernyataan-pernyataan yang sangat umum tentang tujuan dari sebuah Timur
Tengah bebas nuklir selama bahasa tersebut merupakan bahasa yang
menegur."
Israel memulai program
nuklirnya segera setelah negara tersebut didirikan pada 1948 dan
memproduksi senjata pertamanya, menurut buku Cohen, pada malam perang
enam hari pada 1967. Doktrin pertahanan Israel menganggap gudang senjata
nuklir merupakan sebuah alat pencegah yang strategis melawan kepunahan.
Tetapi monopoli nuklirnya semakin dibahayakan oleh pengayaan uranium
Iran dan kemungkinan bahwa program Iran dapat memicu sebuah perlombaan
senjata nuklir di daerah tersebut.
Gudang senjata Israel
juga telah menjadi sebuah rahasia umum selam berpuluh-puluh tahun,
walaupun fakta bahwa hukum Israel melarang jurnalis Israel untuk merujuk
senjata nuklir negara tersebut kecuali mereka mengutip sumber
non-Israel.
Pada 1986, ilmuwan
nuklir Israel, Mordecai Vanunu mengungkapkan pada Sunday Times dari
foto-foto London dan nama pertama orang dalam dari Dimona, lokasi
fasilitas nuklir utama Israel. Israel menanggapi dengan menghukumnya
atas pengkhianatan. Ia dibebaskan pada 2004 setelah menghabiskan 18
tahun dalam penjara dan telah melanjutkan untuk berbicara tentang
program nuklir tersebut. Pemerintah telah melarang vanunu untuk
meninggalkan Israel.
Daerah Bebas Nuklir
Merujuk pada sebuah
"Timur Tengah bebas nuklir," sementara itu, telah semakin menimbulkan
konfrensi dan resolusi internasional. Contohnya, Resolusi Dewan Keamanan
PBB nomor 687 yang dikeluarkan pada tahun 1991, untuk menghukum Saddam
Husein, mencatat, "tujuan meningkatkan keseimbangan dan kendali
komprehensif dari persenjataan di daerah tersebut." Baru-baru ini,
sebuah resolusi IAEA pada Maret 2006, dalam mengacu Iran kepada Dewan
Keamanan, mencatat bahwa "sebuah solusi atas masalah Iran akan
berkontribusi pada upaya-upaya nonpengembangbiakan global dan untuk
mewujudkan tujuan dari sebuah Timur Tengah yang bebas akan
senjata-senjata pemusnah massal."
Sekutu dekat AS, Mesir
dan Saudi Arabia juga telah menekan AS untuk menghubungkan senjata
Israel dengan Iran sebagai bagian dari sebuah rencana untuk
mengimplementasikan sebuah Timur Tengah bebas nuklir.
Sebuah proposal untuk
memperkenalkan sebuah resolusi Dewan Keamanan yang menyatakan Timur
Tengah sebagai sebuah daerah bebas nuklir dan membuat hukuman terhadap
negara-negara yang tidak mematuhi dimulai pada sebuah dialog strategis
antara Saudi Arabia dan Amerika Serikat, Turki al-Faisal, yang merupakan
duta besar Amerika Serikat, mengatakan.
"Ketika saya berbicara
kepada pejabat Amerika tentang hal tersebut, saya dulunya seorang duta
besar di sini, dan sebelum itu duta besar untuk Inggris, tanggapan
segera tersebut, Israel tidak akan menerima," pangeran Turki berkata
pada edditor dan reporter the Washington Times bulan lalu. "Dan
tanggapan saya adalah, Lalu kenapa? jika Israel tidak menerima, hal itu
bukan berarti sebuah ide yang buruk."
Sebuah tindakan penyeimbangan
Netanyahu, yang
pertemuannya dengan Obama pada 18 Mei akan menjadi pertemuan pertama
bagi mereka sejak kedua pemimpin tersebut menjabat, menimbulkan isu
pemahaman nuklir selama masa jabatan sebelumnya sebagai Perdana Menteri.
Jurnalis Israel dan
pejabat Israel mengatakan bahwa Netanyahu meminta untuk penegasan ulang
dan klarifiksi dari pemahaman Nixon-Meir pada 1998 di Sungai Wye, dimana
Amerika Serikat menengahi sebuah perjanjian antara Israel dan
Palestina. Netanyahu menginginkan sebuah komitmen personal dari Presiden
Clinton karena keprihatinan tentang sebuah perjanjian yang Clinton
dukung untuk melarang produksi bahan-bahan yang cenderung membelah yang
dapat digunakan untuk membuat senjata. Israel mengkhawatirkan bahwa
perjanjian tersebut akan menerapkan fakta negara nuklir, termasuk Israel
dan mungkin dapat mengharuskannya untuk memperbolehkan inspeksi di
Dimona.
Pada 2000, jurnalis
Israel Aluf Benn mengungkap bahwa Clinton di Sungai Wye menjanjikan
Netanyahu bahwa "Kemampuan nuklir Israel akan dipertahankan." Benn
menggambarkan sebagai pertukaran surat-surat antara dua pemimpin atas
Bahan-bahan Mudah Membelah Memutus Pejanjian. Ia mengatakan bahwa
Netanyahu menyurati Clinton: "kami tidak akan pernah menandatangani
perjanjian tersbeut, dan jangan tipu diri anda sendiri – tidak ada
tekanan yang akan membantu. Kami tidak akan menandatangani perjanjian
tersebut karena kami tidak akan melakukan bunuh diri."
Pemerintahan Bush secara
luas menjatuhkan perjanjian tersebut dalam istilah pertamanya dan
kembali membuka perundingan dalam istilah keduanya dengan sebuah
proposal yang tidak memasukkan verifikasi.
Obama telah membuat
pengurangan senjata nuklir sebagai sebuah prioritas yang lebih besar
dalam bagian untuk menjual alasan Iran dan Korea Utara dalam
pengembangbiakan nuklir. Pemerintahannya telah memulai negosiasi dengan
Rusia dan sebuah perjanjian baru untuk mengurangi gudang persenjataan AS
dan Rusia. Ia juga mengungkapkan dukungan untuk perjanjian bahan-bahan
yang cenderung membelah.
"Untuk memotong
rintangan gedung dibutuhkan sebuah bom, AS akan mencoba sebuah
perjanjian baru yang dapat diverifikasi mengakhiri produksi bahan-bahan
yang cenderung membelah yang dimaksudkan untuk digunakan dalam negara
dengan senjata nuklir," ia mengatakan bulan lalu di Prague. "Jika kami
serius tentang menghentikan senjata-senjata tersebut, maka kami
seharusnya menempatkan sebuah akhir yang ditujukan pada produksi
bahan-bbahan peningkatan senjata yang menciptakan senjata-senjata
tersebut."
David Albright, Pesiden
Institut Ilmiah dan Keamanan Internasional, yang sekaligus seorang
tangki pemikir Washington, mengatakan bahwa perjanjian semaccam itu akan
menjadi sebuah langkah pertama terhadap pembatasan program nuklir
Israel.
"Pertanyaannya adalah seberapa banyak sebuah prioritas tersebut bagi pemerintahan Obama? Ia mengatakan.
John R Bolton, seorang
mantan Duta Besar PBB dan wakil menteri luar negeri, mengatakan bahwa
Israel pantas untuk khawatir. "Jika saya pemerintahan Israel, saya akan
mengkhawatirkan tentang sikap pemerintahan Obama terhadap pencegahan
nuklir Obama," ia mengatakan. "Anda hampir tidak dapat mengangkat
permasalahan senjata nuklir di Timur Tengah tanpa ada seseorang
mengatakan: Bagaimana dengan Israel? Jika musuh Israel meletakkan nuklir
di atas meja, pasti Obama akan memungutnya."
Menanyakan tentang isu
tersebut, Jonathan Peled, juru bicara untuk Kedutaan israel di
Washington, mengatakan bahwa, "Kmai tidak membahas hubungan strategis
antara Amerika Serikat dan Israel." Gedung Putih tidak berpendapat apa
pun dengan segera.
Bagaimanapun juga,
Gottemoeller mendukung konsep Timur Tengah bebas nuklir pada sebuah
surat kabar yang ia tulis pada tahun 2005, "Universal Compliance: A
Strategy for Nuclear Security."
"Disamping mencoba
bertahan untuk mengacuhkan status nuklir Israel, Amerika Serikat dan
Israel seharusnya secara proaktif melaksanakan dialog regional untuk
menspesifikasi kondisi yang diperlukan untuk mencapai sebuah daerah yang
bebas nuklir, kimia, dan senjata biologi," ia menulis.
Tulisan tersebut
merekomendasikan bahwa Israel mengambil langkah untuk membatasi senjata
dalam pertukaran untuk negara tetangganya menyingkirkan senjata-senjata
kimia dan biologi begitu juga dengan Iran dalam usahanya memperkaya
uranium.