
Kepulan asap abu-abu terlihat membubung dari daerah sekitar
kompleks Bab al-Aziziya sesaat sebelum fajar pada hari Selasa (14/6).
Gelegar ledakan hingga bisa dirasakan oleh para wartawan yang tinggal di
sebuah hotel di Tripoli.
Tidak jelas apa yang ditargetkan, dan pejabat Libya belum memberikan komentar mengenai insiden ini.
Sementara di area timur Tripoli, pesawat aliansi telah mulai
menjatuhkan selebaran peringatan agar pasukan Gaddafi segera
meninggalkan pos mereka di Zlitan, yang terletak di bagian barat dari
kota pelabuhan Misrata yang dikuasai pemberontak.
Pasukan pemberontak telah maju di sepanjang pantai Laut Tengah ke
arah Zlitan, Namun NATO memerintahkan mereka untuk mundur jelang
pemboman di Dafniya.
Jika para pemberontak mengambil Zlitan, mereka akan berada dalam
jarak 85 mil (135 kilometer) saja dari pinggiran timur Tripoli. Seorang
pejabat pemberontak mengatakan pemimpin oposisi di Zlitan telah bertemu
dengan rekan-rekan mereka di Misrata, meskipun dia mengakui bahwa mereka
menghadapi tantangan dalam merangsek menuju kota tersebut.
“Kami membutuhkan orang-orang Zlitan agar mampu maju. Mereka
bergantung pada gerakan kami. Tapi masalahnya adalah hanya sepertiga
kota yang memihak kami,” kata Ibrahim Beatelmal, juru bicara militer
pemberontak di Misrata.
Menteri Pertahanan AS Robert Gates pekan lalu terang-terangan menegus
sekutunya dari Uni Eropa dan mengatakan bahwa operasi NATO di Libya
tidak bisa optimal karena lemahnya dukungan dari sekutu-sekutu AS.
Perancis dan Inggris telah mengambil peran yang cukup besar sejak NATO
memulai misinya di Libya pada 31 Maret.
NATO melaporkan telah melakukan 62 serangan udara di Libya pada hari
Senin (13/6), yang menghantam sasaran militer di Tripoli dan empat kota
lainnya di wilayah yang dikendalikan Gaddafi. Aliansi salibis telah
meningkatkan intensitas serangan udara selama beberapa hari terakhir.