MOSKOW – Wakil Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan bahwa Rusia terhambat oleh korupsi dan keengganan pemerintah untuk memeluk demokrasi. Biden menambahkan, upaya untuk memodernisasi perekonomian Rusia akan gagal tanpa ada reformasi politik.
Dalam pidato yang disampaikan di Moscow State University dalam
kunjungannya selama sepekan di Eropa, Biden mengatakan, "Jangan
kompromikan prinsip-prinsip dasar demokrasi, kalian harus memastikan
untuk tidak menjalin kesepakatan dengan setan."
Setelah bertemu Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin, Biden mengaku
tidak berkeinginan menggurui Rusia, tapi Biden kemudian menyampaikan
pidato yang di dalamnya berisi kritikan terhadap nyaris semua bagian
sisetm politik dan hukum di Rusia.
Dalam pidatonya, Biden mengatakan, "Benahi sistem kalian, modernisasi dalam segala bidang adalah hal yang penting."
Biden menambahkan bahwa korupsi di Rusia membuat para investor asing enggan menanamkan modal.
Biden juga membahas mengenai permasalahan dalam investasi bisnis dan
menyinggung mengenai kasus Sergei Magnitsky, seorang pengacara yang
ditangkap dan meninggal dalam tahanan pada tahun 2009 setelah menuding
polisi melakukan korupsi, demikian juga dengan para demonstran yang
dihajar dan ditahan tahun lalu saat membela hak berserikat secara damai,
dan mengenai Mikhail Khodorkovsky, tokoh oligarki Rusia yang
persidangan keduanya atas tuduhan penggelapan dan pencucian uang
diwarnai dugaan penyimpangan, demikian diwartakan Telegraph.
Dalam kunjungannya, Biden mengawali upaya "memulai kembali" hubungan
AS-Rusia dalam dua tahun terakhir dan membahas masalah keamanan
internasional dan sejumlah persoalan yang lebih sensitif, seperti
pertumbuhan ekonomi domestik di kedua negara serta reformasi politik di
Rusia.
Pada hari Kamis, Biden mengatakan bahwa Washington mendukung
keanggotaan Rusia di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) karena hal itu
akan meningkatkan perdagangan antara kedua negara.
"Hal itu (keanggotaan Rusia di WTO) baik bagi Amerika, dan saya yakin
juga lebih baik bagi Rusia untuk menjalin hubungan dagang berdasarkan
aturan yang transparan dan dapat diperkirakan," kata Biden dalam pidato
di Moscow State University.
Biden memperingatkan bahwa untuk menarik lebih banyak investasi dari AS, Rusia harus memperkuat aturan hukum.
Sebelumnya, Biden bertemu dengan sekelompok aktivis HAM, jurnalis,
dan para pemuka agama yang mengatakan Biden meyakinkan mereka bahwa AS
akan memperhitungkan catatan demokrasi dan aturan hukum Rusia saat
mempertimbangkan pencabutan hukum terkait WTO yang mendiskriminasikan
perdagangan Rusia.
"Pada dasarnya, Biden mengatakan bahwa dalam satu hal atau lainnya,
keanggotaan Rusia ke WTO bisa bergantung pada penanganan
permasalahan-permasalahan HAM tertentu," kata Oleg Orlov, ketua kelompok
HAM ternama, Memorial. Biden tidak segera menanggapi mengenai pertemuan
tersebut.
"Dia (Biden) amat menerima ide-ide kami," kata Orlov.
WTO mengharuskan negara-negara anggotanya memperpanjang status
perdagangan negaraya yang paling difavoritkan tanpa syarat kepada semua
anggota. Tapi, saat ini AS menolak memberikan status itu pada Rusia
berdasarkan amandemen Jackson-Vanik, sebuah UU yang diloloskan pada 1974
untuk menekan Uni Soviet agar memperbolehkan emigrasi, utamanya kaum
Yahudi.
Biden mengecam rendahnya volume perdagangan antara AS dan Rusia.
"Nilai barang yang melintasi perbatasan AS dengan Kanada dan Meksiko
tiap beberapa hari sekali melebihi jumlah perdagangan tahunan kami
dengan Rusia," kata Biden. "Kita harus melakukan yang lebih baik, dan
saya yakin kita bisa."