
DUBAI - Episode terakhir produksi televisi yang dibuat oleh Barat mengenai sejarah Islam terbesar yang pernah ada telah disiarkan pada minggu ini di tengah hujan kritik positif dari cendekiawan dan ulama serta beberapa media Eropa yang paling berpengaruh.
Tiga bagian dokumenter
berjudul Morgenland (Jerman untuk Timur), menjelajah 1.400 tahun
sejarah Islam, dari permulaannya pada awal abad ke 7 M hingga hari ini.
Acara tersebut mencoba
untuk mendidik pemirsa tentang arti sebenarnya dari agama Islam dengan
menggunakan sebuah pendekatan objektif yang imparsial, dan dengan
demikian membenarkan citra Islam yang biasanya melenceng jauh dalam
pandangan banyak negara di Barat.
Tiga episode yang
masing-masing berdurasi 45 menit tersebut diputar selama dua tahun di 11
negara yang berbeda, di mana sembilan diantaranya adalah negara Islam.
Lebih dari 50 aktor
mengikuti casting untuk menghidupkan ulang saat-saat titik balik yang
sangat penting dalam sejarah peradaban Islam, termasuk prestasi di
bidang sains dan perang besar selama masa awal Islam.
Dengan keseluruhan
biaya produksi melebihi 5 juta dolar Emirat Arab, Morgenland adalah
salah satu film dokumenter yang paling mahal dalam sejarah televisi.
"Salah satu alasan
kami terlibat dalam proyek ini karena kami ingin memahami apa yang
terjadi di balik layar," jelas Daniel Gerlach, penulis dan direktur
eksekutif dari film tersebut, yang juga menerbitkan Zenith, majalah yang
fokus dalam dunia Islam terkemuka di Jerman.
"Pada saat saya memulai studi Islam saya di universitas pada tahun 1998, media di Jerman sedang berkonsentrasi pada perang dan terorisme tanpa menggambarkan kehidupan sehari-hari di daerah atau menyorot asal usul konflik," tambahnya.
Dia mengatakan bahwa persepsi tentang Islam di sebagian besar dunia Barat masih dalam bentuk wanita berkerudung, memotong tangan, atau bom bunuh diri. Namun dalam kenyataannya, dunia ini sangat berbeda; dunia Islam penuh kejutan, sangat kompleks, dan multi-faceted, dengan lebih dari 1,3 miliar pengikutnya pada tiga benua.
"Dengan Morgenland kami ingin memberikan gambar utuh keragaman dunia Muslim saat ini," katanya.
Selama tujuh hari film
bekerjasama dengan UEA National Media Council dan media di Abu Dhabi,
Sharjah dan Dubai, tim ZDF mewawancarai Penguasa Shariah, Dr Sheikh
Sultan bin Mohammed Al Qasimi, dan Sheikh Nahyan bin Mubarak Al Nahyan,
Menteri Pendidikan Tinggi dan Riset Ilmiah besar UEA. Keduanya tampil
menonjol di film dokumenter tersebut."Pada saat saya memulai studi Islam saya di universitas pada tahun 1998, media di Jerman sedang berkonsentrasi pada perang dan terorisme tanpa menggambarkan kehidupan sehari-hari di daerah atau menyorot asal usul konflik," tambahnya.
Dia mengatakan bahwa persepsi tentang Islam di sebagian besar dunia Barat masih dalam bentuk wanita berkerudung, memotong tangan, atau bom bunuh diri. Namun dalam kenyataannya, dunia ini sangat berbeda; dunia Islam penuh kejutan, sangat kompleks, dan multi-faceted, dengan lebih dari 1,3 miliar pengikutnya pada tiga benua.
"Dengan Morgenland kami ingin memberikan gambar utuh keragaman dunia Muslim saat ini," katanya.
Penguasa Sharjah menyatakan bahwa masyarakat Muslim hari ini sedang berada di jalur modernisasi, jalan yang telah dimulai pada masa Nabi Muhammad.
Nahyan bin Mubarak menambahkan bahwa "satu-satunya cara untuk memusnahkan tindakan ekstrimis dan kekerasan, atau ketidaktahuan, adalah melalui pendidikan. Tidak ada cara lain."
Sejumlah bagian yang diambil di UEA ditampilkan dalam film dokumenter itu, dengan gambar dari Mesjid Sheikh Zayed di Abu Dhabi yang digunakan simbol peradaban Islam.
Serupa, Universitas Sharjah dan Dubai skyline digambarkan sebagai simbol pendidikan dan kemajuan ekonomi di dunia Islam.
Pada peran perempuan dalam masyarakat Islam kontemporer, Morgenland menepis prasangka Barat, yang melihat bahwa diskriminasi perempuan melekat ke agama Islam.
"Quran tidak menetapkan bahwa perempuan harus menutupi rambut mereka, sebuah kebiasaan yang umum di Arab sejak jaman dahulu, khususnya di kalangan perempuan bangsawan. Tetapi menutupi wajah perempuan atau seluruh tubuh itu tidak disebutkan di mana pun," menurut film dokumenter tersebut.
Gerlach juga mewawancarai Dr Rawda Abdullah Al-Mutawa, Ketua dari Dewan Abu Dhabi Businesswomen.
"Hari ini, beberapa perempuan sepenuhnya penutup wajah mereka, tetapi ini merupakan sebuah salah interpretasi dari surat Al-Quran," kata Al-Mutawa.
Di antara nama-nama terkenal yang diwawancarai untuk film dokumenter tersebut, ada Mahmoud Hamzi Zaqzouq, Menteri Agama Mesir; Hans Küng, teolog Kristen terkemuka; Aga Khan IV, pemimpin spiritual muslim Shiite Ismaili, dan Reza Aslan, salah satu intelektual Islam terpenting di Amerika.
Pada akhir adegan, dokumenter yang merangkum pesan intinya, dengan UEA sebagai contoh.
"Minyak dan semangat kewirausahaan telah membuat negara-negara seperti Uni Emirat Arab sangat kaya. Penguasanya berinvestasi baik di perguruan tinggi maupun mesjid besar. Masa depan negara Islam yang lain akan tergantung pada apakah ia akan berhasil, seperti UEA, dalam menggabungkan tradisi dan modernitas, daripada meninggalkan warisan budaya dunia Islam."
Morgenland memiliki jumlah penonton kumulatif yang melebihi 9,3 juta untuk tiga episode, dengan rata-rata13% di pasar Jerman sendiri.
Film tersebut mendapat kritik yang bagus dari cendekiawan Islam Barat terkemuka dan komentator media di Eropa. ZDF berencana untuk merilis sebuah versi bahasa Inggris dari dokumenter yang diperpanjang musim panas tahun ini.