
Protes meletus di beberapa kota dan desa di Suriah pada hari Jumat
(20/5), dimana para demonstran memprotes penanganan brutal yang
dilakukan oleh rezim Suriah bersamaan dengan seruan terbaru Presiden AS
Barack Obama agar Damaskus segera menghentikan tindakan keras yang
dilakukan rezim terhadap aksi protes.
Desakan Obama ini nampaknya tidak berpengaruh besar bagi rezim
Presiden Bashar al-Assad di Suriah. Pasukan rezim tetap ringan untuk
mengokang senjata mereka ke arah para pengunjuk rasa di Damaskus,
Banias, Qamishli, Homs, dan Hama, yang menentang pemerintahan otokratik
Assad.
Pihak oposisi telah menyerukan demonstrasi besar-besaran di seluruh
negeri setelah salat Jumat (20/5). Mereka ingin memberikan “kejutan”
untuk rezim Presiden Assad di dua pusat kekuatan utama, Damaskus dan
Aleppo.
“Kami tidak akan menyerah pada aparat keamanan,” kata pemimpin kelompok oposisi Revolusi Suriah 2011.
“Kami tidak akan membiarkan mereka menangkap kami dan kami akan menjadi duri dalam tenggorokan mereka.”
Dalam pidatonya Kamis kemarin (19/5) di Timur Tengah, Presiden Obama
mendesak agar Assad memimpin sebuah transisi politik menuju demokrasi
atau “keluar dari kekuasaan.”
“Presiden Assad sekarang memiliki pilihan,” kata Obama dalam pidatonya. “Dia bisa memimpin transisi tersebut atau keluar.”
“Pemerintah Suriah harus berhenti menembak demonstran dan mengizinkan berlangsungnya protes damai,” kata Obama.
Namun, Damaskus menyatakan bahwa Obama yang menolak isi pernyataan
Obama, menyatakan bahwa Obama hanya menabur perselisihan di Suriah.
“Obama sedang menghasut kekerasan saat ia mengatakan bahwa Assad dan
rezimnya akan menghadapi tantangan dari dalam dan akan terisolasi di
luar jika ia gagal untuk mengadopsi reformasi demokratis,” kata kantor
berita resmi Suriah, SANA.
Surat kabar pemerintah, al-Thawra, juga mengkritik Presiden
AS dengan mengatakan: “Dia (Obama) tidak melupakan kesombongan dalam
menceritakan apa yang harus dilakukan oleh sebuah negara berdaulat, dan
mengancam untuk mengisolasi negara ini jika gagal untuk melakukan
seperti yang diperintahkannya.”
Lebih dari 850 orang telah tewas dan ribuan lainnya ditahan sejak
aksi protes dimulai pada pertengahan Maret, menurut kelompok hak asasi
manusia dan PBB.
Pemerintah Assad menyalahkan kekerasan itu pada “kelompok teroris bersenjata” yang didukung oleh Islamis dan agitator asing.
Kekuatan Barat pada mulanya ragu-ragu untuk mengkritik rezim Assad
karena Barat memiliki kepentingan geopolitik dan strategis terhadap
Suriah.
Namun minggu ini, Washington dan sekutu Eropa tetap mengeluarkan
sanksi terhadap Presiden Assad dan para pembantunya dalam rangka untuk
menekan rezim otoriter untuk menghentikan penindasan brutal pada protes
yang bergolak selama dua bulan terakhir.