
Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Al Jazeera, Saifullah Jalili,
mengatakan bahwa anak buahnya ditawari hadiah dan uang tunai oleh para
prajurit Perancis.
"(Tentara) Perancis di Sorubi – Provinsi Nangarhar, sebelah timur
Afghanistan – mencoba untuk memberikan s kepada para pejuang Taliban dan
menawarkan uang dalam jumlah besar agar kami tidak melancarkan serangan
terhadap pasukan Perancis," kata Jalili.
"Namun para pejuang Taliban menolak mentah-mentah semua tawaran itu,
dan dengan tegas meminta agar pasukan Perancis dan seluruh pasukan asing
keluar dari negara kami, yang telah mereka jajah dengan paksa,"
katanya.
Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (Isaf) yang dipimpin oleh NATO
langsung membantah klaim Jalili tersebut, mereka mengatakan bahwa
kata-kata tersebut tidak lebih dari sekedar propaganda Taliban.
Dalam wawancara eksklusif tersebut, Jalili juga mengklaim bahwa ada kelompok-kelompok daerah yang sengaja dipersenjatai oleh pasukan Barat,
tujuannya untuk turut memerangi Taliban. Namun, bujukan Barat tersebut
meleset, karena kelompok-kelompok tersebut justru menyerahkan senjata
yang mereka terima kepada Taliban.
"Ada banyak kelompok yang bekerja untuk Taliban, dan mereka menerima
senjata dari pasukan asing melalui pemerintah (Afghanistan)," katanya.
"Mereka diminta untuk memerangi kami, namun kelompok-kelompok itu
memenuhi sumpah setia mereka dan menyerahkan senjata yang mereka peroleh
kepada Taliban," tambahnya.
Senator Carl Levin, ketua Komite Layanan Persenjataan di Senat AS,
bulan lalu mengatakan bahwa draf resolusi anggaran belanja pertahanan
akan disetujui oleh Presiden Barack Obama pada hari Rabu dan akan
memiliki kekuatan hukum, termasuk di dalamnya adalah sebuah ketetapan
yang mengatur mengenai pembayaran uang suap kepada Taliban untuk
membujuk gerakan tersebut.
"Yang hendak kami lakukan di Afghanistan mirip dengan program serupa
di Irak, yakni menitikberatkan pada integrasi mantan gerilyawan ke dalam
masyarakat Irak," kata Levin.
Klaim Taliban tersebut dilontarkan hanya berselang satu bulan setelah
pasukan Italia yang diterjunkan di wilayah yang sama juga dituding
telah menyuap para gerilyawan Taliban agar tidak mendapatkan serangan.
Pers Inggris melaporkan bahwa intelijen Italia mengeluarkan dana
puluhan ribu dollar untuk diberikan kepada Taliban, tujuannya agar
pasukan Italia tidak menjadi target serangan kelompok tersebut.
The Times menyebutkan bahwa para pejabat pemerintahan Barat
mengetahui keberadaan uang suap untuk Taliban tersebut, namun para
prajurit Perancis yang datang baru-baru ini tidak diperintahkan untuk
melakukannya.
Afghanistan belakangan ini mengalami puncak kekerasan sejak invasi
tahun 2001, pasukan asing memerlukan tambahan kekuatan untuk memerangi
para gerilyawan dan melatih para personel keamanan setempat.
Presiden AS Barack Obama akan segera mengumumkan keputusannya untuk mengirimkan tambahan pasukan ke Afghanistan yang jumlahnya dapat mencapai 40.000 orang.
AS dan NATO saat ini tercatat memiliki lebih dari 100.000 orang pasukan yang telah diterjunkan di medan tempur Afghanistan.