Untuk Kali Ini, Nasehat SBY Tak Digubris

Written By Juhernaidi on Jumat, 08 April 2011 | 7:07:00 PM

ILUSTRASI: Presiden DBY terlihat sedang memnerikan arahan. PAN kecewa pembangunan gedung baru DPR tetap dibangun meski Presiden SBY memberikan nasihat agar pembangunan bisa ditinjau ulang. PAN menyebut PD dan partai koalisi lain yang menyetujui pembangunan gedung baru DPR telah mengabaikan nasihat SBY tersebut. (foto: photobucket.com) JAKARTA  - PAN kecewa pembangunan gedung baru DPR tetap dibangun meski Presiden SBY memberikan nasihat agar pembangunan bisa ditinjau ulang. PAN menyebut PD dan partai koalisi lain yang menyetujui pembangunan gedung baru DPR telah mengabaikan nasihat SBY tersebut.

Fraksi yang mendukung pembangunan gedung baru DPR yakni Golkar, PD, PKS, PPP, PKB, Hanura, dan PDIP. Tinggal dua fraksi yang menolak gedung yakni PAN dan Gerindra. "Pak Marzuki tentu tahu kita sudah mendengarkan seperti apa pidato Presiden SBY, kenapa gedung baru tetap dilanjutkan, pidato SBY diabaikan," ujar Sekretaris FPAN DPR, Teguh Juwarno, kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (8/4/2011).

Teguh mengaku kecewa dengan sikap Marzuki yang memimpin rapat konsultasi pimpinan DPR dengan pimpinan fraksi. Menurutnya Marzuki mengarahkan fraksi pada kata setuju atau tidak, tanpa ada opsi penghematan yang lain.

"Marzuki selalu menawarkan dua opsi setuju dan tidak setuju, sehingga tidak ada ruang opsi lain. Ini mengecewakan," paparnya.

Teguh berharap keputusan tersebut masih dapat dibahas ulang. Sehingga DPR benar-benar menjadi wakil rakyat.

"Kita sudah melihat secara obyektif, undang-undang saja bisa direvisi, kenapa terus seolah-olah gedung ini tidak bisa ditunda karena sudah jalan. Padahal kita disumpah mendengarkan aspirasi rakyat," tutupnya.

Sebelumnya, Ketua DPP Partai Demokrat Komunikasi dan Informasi Ruhut "Poltak" Sitompul meminta kepada kader-kader partai yang tergabung dalam koalisi pendukung pemerintahan SBY-Boediono untuk mempelajari isi draf kontrak koalisi baru sebelum mengeluarkan ancaman.

"Belum dibaca, belum memberikan masukan, sudah ada kader-kader partai koalisi yang mengancam akan keluar dari koalisi atau Sekretariat Gabungan (Setgab)," kata Ruhut di Gedung DPR RI, Jakarta.

Ia menambahkan, bila ada kader partai koalisi yang ancam mengancam sebaiknya dihentikan.

"Gak usah mengancamlah, kalau tak senang, mundur saja. Pelajari dulu kontrak koalisi baru itu," kata Ruhut.

Ruhut menyebutkan, pembahasan kontrak koalisi baru itu sudah melibatkan semua partai koalisi, kecuali Partai Keadilan Sejahtera.

"Kita sudah kembalikan ke mereka untuk dibahas bersama-sama tapi mereka menggunting dalam lipatan, menusuk dari muka belakang," kata dia.

Anggota Komisi III DPR RI itu meminta anggota koalisi untuk tidak bermain dua kaki, dimana satu kaki ada di pemerintahan sementara kaki yang lain digunakan untuk pencitraan.

"Saya ingatkan, koalisi itu adalah sehidup semati. Kami (Partai Demokrat) tidak mau masuk ke lubang yang sama untuk kedua kalinya," kata Ruhut.

Fungsionaris Partai Golkar Agun Gunanjar Sudarsa sebelumnya mengatakan, Partai Golkar tidak bisa dipaksa untuk menyetujui segala kebijakan pemerintah. "Kalau dipaksa mengamini pemerintah, Golkar akan keluar dari setgab," kata Agun.

Anggota Komisi II DPR RI itu menambahkan, sebenarnya Golkar tak ada urusan dengan Setgab sehingga Golkar tak bisa dipaksa.

Simulasi Jangka Sorong