Sebuah
tim dari para pemimpin Uni Afrika (AU) menuju kubu pemberontak Libya
Benghazi pada hari Senin ini (11/4) untuk mencoba menawarkan rencana
perdamaian yang sudah diterima oleh rezim Muammar Gaddafi.
Namun pemberontak di Benghazi menuntut agar gencatan senjata apapun
hanya bisa dilakukan jika adanya penarikan pasukan pemerintah dari
jalanan dan membiarkan kebebasan berekspresi arga Libya.
"Orang-orang harus diperbolehkan untuk turun ke jalan untuk
mengekspresikan pendapat mereka dan tentara harus kembali ke barak
mereka," kata Shamsiddin Abdulmolah, juru bicara pemberontak Dewan
Transisi Nasional kepada AFP.
"Jika orang bebas untuk keluar dan berdemonstrasi di Tripoli, maka
cukup itu saja. Saya membayangkan seluruh Libya akan dibebaskan dalam
beberapa saat."
Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma mengatakan dari Tripoli Minggu
malam kemarin (10/4) bahwa Gaddafi telah menerima rencana perdamaian
yang dirancang oleh Uni Afrika untuk mengakhiri konflik saat ini,
sebelum delegasi bergerak untuk bertemu dengan para pemimpin pemberontak
di Benghazi.
"Kami juga dalam komunike adalah membuat seruan kepada NATO agar
menghentikan pemboman untuk memungkinkan dan memberikan kesempatan
terjadinya gencatan senjata," tegas Zuma.
Delegasi Gaddafi sendiri telah menerima proposal AU itu, rinciannya akan ditetapkan dalam pernyataan menyusul, Zuma menambahkan.