Pemerintahan
Turki mendesak dua faksi yang memerintah Palestina, yaitu Hamas dan
Fatah, untuk segera mengakhiri pertikaian di antara mereka. Turki juga
menawarkan untuk memfasilitasi digelarnya pertemuan khusus antara
petinggi Hamas dan Fatah untuk mengakhiri ketegangan, kisruh, dan
perpecahan tersebut di Istanbul.
Pihak Turki juga menyerukan kedua belah pihak untuk segera membentuk
pemerintahan persatuan nasional Palestina demi kepentingan rakyat
Palestina.
Sumber diplomasi Turki mengatakan jika Presiden Turki Abdullah Gul
telah melakukan komunikasi via telpon dengan Presiden Otoritas Palestina
Mahmoud Abbas (berasal dari faksi Fatah) sekaligus mengirimkan diplomat
khusus untuk membincang masalah ini.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Davutoglu, telah
bertemu dengan Kepala Biro Politik Hamas Khaled Mishal di Damaskus dan
mengutarakan proposal pertemuan tersebut.
Seruan Turki kepada dua faksi Palestina ini menyusul pernyataan dan
niatan Presiden Abbas yang hendak membentuk pemerintahan persatuan
Palestina yang nantinya akan memerintah seluruh wilayah Palestina selama
setengah tahun, untuk kemudian mengajukannya ke PBB dan mendesak PBB
untuk mengakui negara Palestina dengan batas wilayah tahun 1967 (sebelum
kalah perang oleh Israel), bukan batas wilayah sekarang ini (setelah
kalah perang oleh Israel dan wilayahnya dianeksasi).
Hamas dan Fatah adalah dua faksi yang memerintah wilayah otoritas
Palestina yang terbelah, yaitu Tepi Barat (West Bank) dan Gaza. Tepi
Barat, yang berada di Utara dan berbatasan dengan Jordania, diperintah
oleh faksi Fatah, sementara Gaza, yang berada di Selatan dan berbatasan
dengan Mesir, diperintah oleh faksi Hammas. Dua-duanya tidak akur, malah
kerap bersitegang dan berperang.
Palestina pun seakan terbelah dan menjadi dua negara: negara Tepi
Barat yang diperintah oleh Fatah, dan negara Gaza yang diperintah oleh
Hamas.
Tentu saja, hal ini sangat disayangkan, menimbang di satu sisi
Palestina harus menghadapi Israel yang menjadi seteru mereka, dan di
sisi yang lain Palestina juga banyak menerima bantuan, support, dan
perhatian negara-negara internasional.