Sebuah
bom besar merobek sebuah kafe turis di jantung sibuk kota tua
Marrakech, menewaskan sedikitnya 11 orang asing dan tiga Maroko dalam
serangan paling mematikan negara dalam delapan tahun terakhir di negara
itu.
Setidaknya 23 orang terluka dalam ledakan Kamis kemarin (28/4) yang
terjadi beberapa menit sebelum tengah hari di alun-alun Djemma el-Fna,
salah satu lokasi wisatawan utama di negara yang sangat tergantung pada
industri pariwisata, kata Menteri Dalam Negeri Maroko Taib Chergaoui.
Juru bicara pemerintah Khalid Naciri mengatakan kepada AP bahwa masih
terlalu dini untuk menyalahkan untuk apa yang disebut sebagai serangan
teroris tetapi ia mencatat bahwa Maroko secara teratur membongkar
sel-sel yang terkait dengan al-Qaidah di Maghreb Islam (AQIM).
Setidaknya delapan warga Perancis saat ini sedang dirawat di rumah
sakit utama Marrakech Tofail, bersama dengan satu warga Kanada, warga
negara Inggris dan tiga warga Maroko. Korban lainnya sedang dirawat di
sebuah rumah sakit militer dan di beberapa klinik swasta.
Bulan April menandai awal musim turis Maroko, ketika pengunjung
berkumpul untuk menyaksikan atraksi ular, pendongeng, dan musisi lokal,
mereka berkumpul di kafe di dekat alun-alun kota yang terbuka.
"Ada ledakan besar, dan asap menggumpal naik ke atas. Ada puing-puing
bangunan jatuh dari langit," kata Andy Birnie, turis yang tinggal di
utara London, melaporkan kepada Associated Press melalui telepon. "Ratusan orang berlarian karena panik," tambahnya.
"Saya percaya yang terluka sebagian besar wisatawan, menilai dari apa
yang mereka kenakan," kata Alexandre Carvalho, wisawatan yang merupakan
pekerja dari Portugal selatan, melalui percakapan telepon dengan AP.
Setidaknya dua warga Perancis di antara para korban, meskipun belum
jelas apakah mereka mati atau terluka, kata pejabat peradilan di ibukota
Perancis. Presiden Nicolas Sarkozy menegaskan bahwa para korban akibat
serangan bom itu termasuk warga negara Perancis.
