Kian Memuncak, Mantan Anggota Bermunculan Bongkar Gerakan NII

Written By Juhernaidi on Jumat, 29 April 2011 | 9:43:00 AM

Demo keprihatinan atas dugaan cuci otak NII. Maraknya orang hilang dan kegiatan terorisme yang diduga terkait gerakan Negara Islam Indonesia atau NII direspons beragam sejumlah kalangan. Pemerintah misalnya, akan mengevaluasi strategi pendidikan kebangsaan. (foto: Vivanews.com)
JAKARTA - Bagi bekas aktivis gerakan Negara Islam Indonesia (NII), aktivitas pergerakan ini diyakini bukan untuk penegakan Islam. Para 'alumni' organisasi itu yakin NII dipakai untuk kepentingan politik tertentu.

"Kelompok tertentu memanfaatkan kepentingan politik dan pengumpulan dana," kata Ken Setiawan, mantan aktivis NII yang juga pendiri NII Crisis Center. Menurut Ken, gerakan NII saat ini bukan untuk perjuangan Islam. Lalu apa yang dilakukan setelah masuk menjadi anggota NII? "Cari orang dan cari duit," kata pria yang pernah menjadi anggota NII pada 2000 sampai 2002 ini.

Ken menegaskan, saat dia menjadi anggota NII, tugasnya adalah merekrut anggota baru sekaligus mengumpulkan dana. Tak tanggung-tanggung, dalam satu hari jumlah dana terkumpul sangat luar biasa.

"Kami bisa menghasilkan bermiliar-miliar dalam waktu beberapa hari saja," kata Ken. Tugas Ken saat itu rupanya bukan hanya merekrut, dan mengumpulkan dana. Tapi, dia juga diberi tugas 'sampingan'.

"Saya dulu koordinator untuk perampokan dengan pelaku pembantu rumah tangga," kata Ken. Ken dipercaya memasukkan beberapa aktivis NII yang menyamar sebagai pembantu rumah tangga yang baru.

Modusnya, setelah si majikan tak ada di rumah, pembantu yang juga anggota NII itu lalu menghubungi Ken. Aksi dimulai. Ken mengumpulkan beberapa rekannya dan satu mobil box menuju rumah target. Proses perampokan terlihat seperti orang pindahan rumah.

"Itu sekitar tahun 2000 sampai 2002. Dulu sempat heboh di media, pembantu baru satu hari kerja gasak harta majikan," ujar Ken.
Seorang bekas aktivis NII lainnya menyatakan bahwa NII pernah memakai modus perampokan itu sepuluh tahun silam. "Tapi sekarang sudah tak pernah lagi. Sekarang mereka melakukan mobilisasi dana lewat anggota, dengan memaksa mereka memenuhi target setoran," ujarnya. Bekas anggota NII yang tak mau disebutkan namanya itu menyatakan berhenti dari gerakan sejak 2008 lalu.
Sebelumnya, kelompok radikal Negara Islam Indonesia sudah menyusup ke birokrasi. Pemerintah Provinsi Banten mengungkapkan sejumlah anggota NII diketahui menjadi pegawai negeri sipil di wilayah itu.

"Saya sudah menerima laporan terkait keberadaan anggota NII yang saat ini masuk jajaran pemerintahan atau menjadi PNS," kata Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah di Markas Komando Resor Militer 064 Serang seusai dialog antara Musyawarah Pimpinan Daerah Banten dan ulama kemarin.

Menurut Ratu Atut, pihaknya sejauh ini tak bisa menindak pegawai itu karena menjadi PNS merupakan hak asasi. Apalagi hingga saat ini tidak ada payung hukum yang melarang anggota NII tidak boleh menjadi PNS. "Tidak ada aturannya yang bersangkutan (anggota NII) tidak diperkenankan menjadi PNS," katanya.

Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Banten Asmudji H.W. belum tahu persis jumlah anggota NII di birokrasi Banten karena datanya sudah kedaluwarsa. "Kami sedang mendata lagi," ucapnya. Yang pasti, "Anggota NII di birokrasi sudah ada sejak sepuluh tahun lalu."

Asmudji menambahkan, pemerintah hanya bisa mengawasi dan membina mereka melalui Badan Kepegawaian Daerah.

Bupati Malang, Jawa Timur, Rendra Kresna menyatakan birokrasi di wilayahnya juga diduga sudah disusupi NII. Ia menyatakan beberapa waktu lalu bahwa dua pegawai wanita pemerintah kabupaten diketahui lenyap sejak dua pekan terakhir, yang diduga terkait dengan gerakan radikal itu. Ia meminta aparat memastikan apakah mereka korban NII atau justru pelaku.

Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi mengaku pihaknya belum mengetahui soal pegawai negeri yang anggota NII. "Tanya saja Kapolri," ujarnya via pesan pendek. Tapi juru bicara Kementerian

Dalam Negeri, Reydonnyzar Moenek, memastikan instansinya segera mengirim surat kepada semua gubernur, bupati, dan wali kota agar mengawasi pergerakan jaringan NII di wilayah masing-masing. "Hari ini sudah meminta tanda tangan Menteri Dalam Negeri," ujar Reydonnyzar.

Calon pegawai negeri sipil Kementerian Perhubungan, Laila Febriani alias Lian, 26 tahun, sebelumnya diduga menjadi korban NII. Ia menghilang pada 7 April lalu dan ditemukan dalam keadaan linglung keesokan harinya di Puncak, Bogor.

Sementara itu, maraknya orang hilang dan kegiatan terorisme yang diduga terkait gerakan Negara Islam Indonesia atau NII direspons beragam sejumlah kalangan. Pemerintah misalnya, akan mengevaluasi strategi pendidikan kebangsaan. "Dalam rangka memantapkan isi dari prinsip-prinsip negara ini," jelas Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh di Jakarta.

Sebab fenomena perekrutan jaringan NII menggunakan metode indoktrinasi dan dugaan cuci otak cukup meresahkan. Mohammad Nuh mengatakan, iming-iming ide negara Islam di tengah kondisi penegakan hukum serta sosial masyarakat saat ini cukup banyak menjerat korban.

Menteri Agama Suryadharma Ali juga menyatakan tak bisa membubarkan NII karena dianggap sebuah organisasi yang tidak jelas. "Yang harus kita basmi adalah gerakannya," ucap Suryadharma.

Kekhawatiran juga dirasakan kalangan kampus di Universitas Islam Sumatera Utara. Sejumlah fakultas memberikan pembekalan singkat kepada mahasiswa mengantisipasi NII. Sasaran gerakan bawah tanah ini kerap merekrut mahasiswa. "Dalam Islam tak dikenal ajaran penebus dosa," tutur Dekan Fakultas Hukum UISU Lely Wasliati.

Beberapa ciri gerakan NII di antaranya seperti pendekatan tiba-tiba dari orang yang tak dikenal sebelumnya. Atau upaya menawarkan doktrin anti-negara dalam ajarannya.

Simulasi Jangka Sorong