
Setelah nyaris tiga jam berdialog dengan Menteri Pertahanan Amerika
Serikat Robert Gates, Fox menyampaikan pandangan optimis mengenai
konflik di Libya meski kedua pihak sama-sama khawatir perang tersebut
bisa berujung pada kebuntuan.
Sementara itu, seorang juru bicara wanita NATO mengatakan bahwa
aliansi tersebut tengah mempertimbangkan mengirimkan "penghubung" sipil
ke markas pemberontak Libya di Benghazi untuk memperbaiki hubungan
politik dengan oposisi.
Pada hari Selasa, pasukan yang setia terhadap Gaddafi, yang sudah
berkuasa di negara tersebut selama empat dekade, menembakkan roket-roket
Grad ke pelabuhan Misrata, menewaskan setidaknya tiga orang pengungsi
dan memaksa kapal bantuan menjauh.
Saat AS dan para sekutunya merenungkan bagaimana cara membantu
pemberontak, Presiden AS Barack Obama secara resmi memerintahkan
pengucuran bantuan $35 juta kepada pemberontak Libya.
Pekan lalu, para pejabat mengatakan bahwa bantuan tersebut bisa dalam
bentuk kendaraan, truk bahan bakar, ambulans, perlengkapan medis, rompi
pelindung, teropong, dan radio.
Sehari setelah pesawat-pesawat sekutu menyerang kediaman Gaddafi di
Tripoli, Gates dan Fox juga bersikeras bahwa pusat-pusat komando rezim
Libya merupakan target yang sah untuk dihancurkan.
"Kami telah mempertimbangkan pusat komando dan pusat kendali sebagai
target resmi dan kami telah membawanya ke tempat lain," kata Gates
kepada para wartawan.
Sebelumnya, Libya mengatakan bahwa pihaknya telah meminta Rusia
menggelar rapat khusus Dewan Keamanan PBB terkait upaya pembunuhan
terhadap Gaddafi saat serangan NATO menghancurkan kantor Gaddafi pada Minggu malam.
Libya mengatakan, pengeboman tersebut melanggar resolusi 1970 dan
1973 dan merupakan pelanggaran hukum dan konvensi internasional.
Sekutu utama Gaddafi di Amerika Latin, Presiden Venezuela Hugo Chavez, menuding NATO coba membunuh kawannya.
"Kalian tahu Gaddafi kawan kami, tapi hal ini tidak ada hubungannya
dengan pertemanan. Tidak ada yang berhak menjatuhkan bom seperti ini.
Mereka (NATO) memburu Gaddafi untuk membunuhnya," kata Chavez.
"Kami tidak setuju dengan segala yang dilakukan atau telah dilakukan
Gaddafi, tapi siapa yang berhak mengebomnya tiap pagi?" tambah Chavez.
Chavez juga mengumumkan bahwa Gaddafi mengirimkan delegasi ke
Venezuela untuk menegosiasikan solusi damai untuk perang yang melanda
Libya sejak medio Februari lalu dan menyebabkan jatuhnya korban jiwa
maupun luka-luka tersebut.
Di barat laut Misrata, sejumlah roket Grad menghantam pelabuhan, dan
kapal Organisasi Migrasi Internasional (IOM) yang datang untuk
menyelamatkan para pengungsi tidak berani mendekat, kata seorang
jurnalis AFP.
Pesawat-pesawat tempur NATO mengitari kota yang dikuasai pemberontak tersebut. Setidaknya dilaporkan ada satu serangan udara.
Di tempat lain, para saksi mata di Kota Kabao melaporkan para
pemberontak bertempur melawan pasukan Gaddafi, menewaskan puluhan orang
prajurit rezim tersebut dan banyak lainnya diangkap.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon memuji tindakan
Dewan Keamanan PBB terhadap Libya karena memperbolehkan tindakan militer
dan penjatuhan sanksi terhadap rezim Libya.
Namun, Rusia menekankan bahwa pihaknya tidak akan mendukung resolusi
baru DK PBB untuk melakukan intervensi lebih lanjut di Libya.
Sementara itu, seorang mantan direktur CIA memuji kerja sama Gaddafi
di masa lalu dengan AS dan mengatakan bahwa jika Gaddafi jatuh, maka itu
bisa memperumit kepentingan jangka pendek AS.
"Apa pun yang dipikirkan mengenai Gaddafi dan Moussa Koussa, mereka
baik dan mereka adalah rekan yang baik dalam kontraterorisme," kata
Jenderal (purn) Michael Hayden.