Siang ini, Front Pembela Islam (FPI) akan
mendemo Kantor Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) di Kompleks
Kepatihan. Terkait sikap Gubernur yang menyatakan, tak akan mengeluarkan
larangan kegiatan jemaah Ahmadiyah.
Salah satu koordinator
aksi FPI DIY, Herman mengatakan demo akan dilakukan pukul 13.00 WIB.
Massa diperkirakan mencapai ratusan orang. "Estimasinya 500 orang," kata
dia, Rabu (9/3/2011).
"Kami mendesak Sultan mengeluarkan SK
pelarangan Ahmadiyah. Kami akan beraudiensi dengan Sultan, apa alasannya
Sultan tidak mengeluarkan SK," tambah dia.
Aksi demo berimbas
pada sekolah Ahmadiyah di Yogyakarta. Untuk mengantisipasi hal-hal yang
tak diinginkan, murid-murid dipulangkan lebih awal. "Murid satu
kompleks sekolah PIRI (Perguruan Islam Republik Indonesia) dipulangkan
untuk antisipasi penyerangan massa ormas tertentu," kata guru kesenian
SMA PIRI, Sasongko, Rabu siang.
Kompleks sekolah PIRI yang berada di dekat Stadion Mandala Krida terdiri dari SMA PIRI 1, SMK PIRI 1, SMK PIRI 2, SMP PIRI 1.
Dijelaskan dia, normalnya murid belajar sampai pukul 13.00 WIB. Namun
hari ini, mereka dipulangkan pukul 10.30. "Kami khawatir massa bergeser
ke sekolah atau saat siswa ramai-ramai pulang sekolah bertemu dengan
kelompok yang mau menyerang, jadi berabe," kata dia.
Sementara, salah satu murid, Dian Inggar mengaku gurunya memulangkan
murid-murid segera akibat aksi demo. Ia menyesalkan kalau sekolahnya
ikut jadi sasaran. "Kami di sini belajar, tidak ngurusin Ahmadiyah, NU,
Muhammadiyah," kata dia.
Sebelumnya, Kantor Gubernur DIY yang
berada di Kepatihan jalan Malioboro Yogyakarta, Rabu siang sekira pukul
13.00 WIB akan 'diserbu' pasukan dari Front Pembela Islam (FPI)
DIY-Jateng.
Massa dari FPI ini meminta Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubono X, untuk menurunkan SK larangan Jemaah Ahmadiyah di Yogyakarta.
Di
tengah sejumlah daerah mengeluarkan larangan Ahmadiyah, Sultan
Hamengkubuwono X menjamin tak akan mengeluarkan aturan serupa.
"Yogyakarta saat ini damai sehingga tidak perlu ada provokasi," kata
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan HB X, saat
berkunjung ke Bantul.
Menurut Sultan, keberadaan Ahmadiyah
di Yogyakarta tidak pernah menimbulkan masalah. "Bagi daerah yang
mengeluarkan SK pelarangan Ahmadiyah, itu inisiatif mereka untuk
mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan."
Sementara itu,
Koordinator Lapangan FPI DIY-Jateng Herman menjelaskan, aksi yang
dilakukannya sudah sesuai prosedur. Artinya, sudah ada pemberitahuan
kepada pihak kepolisian.
“Sudah ada izinnya. Kami akan melakukan
aksi dengan membaca salawat sepanjang jalan, sedikitnya ada sekira 500
laskar FPI yang siap besok,” ujar Herman.
Disinggung terkait
Sultan tidak ada di Kepatihan dan masih berada di luar negeri, Herman
mengatakan tidak menjadi masalah. “Kan ada yang memawilkan. Selain itu,
kami juga sudah membuat surat pernyataan. Konsepnya sudah jelas, kami
meminta sultan untuk melarang ahmadiyah,” katanya.
Herman
kembali menegaskan, hendak hengkang mendukung penetapan dalam kancah
pengisian jabatan Gubernur DIY jika Sultan tidak menekan SK larangan
Ahmadiyah. “Kami tidak akan mendukung pemilihan, jika Sultan tidak
melarang ahmadiyah di Yogyakarta,” tambahnya.
Sementara itu,
Kabag Ops Polresta Yogyakarta Kompol Parwoto saat dikonfirmasi siap
melakukan pengamanan. Pihaknya merasa yakin aksi yang dilakukan besok
tidak anarkir.
“Saya pikir mereka (FPI DIY,red) tidak anarkis. Mudah-mudahan tidak ada penyusup untuk memprovokasi keadaan,” katanya.
Perwira
nomor tiga di jajaran polresta Yogyakarta ini menambahkan, jumlah
personel yang diterjunkan besok ada 600 anggota dari berbagai satuan.
“Ada dari Intelkam, Reskrim, Lantas, Sabara, maupun Dalmas,” paparnya