ISLAMABAD – Meski Angkatan Udara Pakistan
menyiagakan pesawat-pesawatnya, masih tetap ada puluhan pesawat tanpa
awak Amerika Serikat yang terus saja berterbangan di atas kawasan
Waziristan Utara untuk mencari target.
Sebagaimana diwartakan The Nation, Angkatan Udara Pakistan meningkatkan patroli udara di atas kawasan suku di barat laut Pakistan setelah sebuah serangan drone AS menewaskan 40 orang anggota suku yang tidak bersalah.
AU Pakistan juga membatalkan jadwal liburan para personel intinya
agar bisa tetap waspada dalam mengawasi kawasan udara negara tersebut.
Sejumlah sumber mengatakan bahwa sekitar delapan hingga dua belas drone AS berseliweran di atas Waziristan Utara dan meresahkan warga setempat.
Menanggapi serangan drone AS hari Kamis pekan lalu (17/3), yang
menewaskan sekitar 40 orang, pemerintah Pakistan pada hari Jumat (18/3)
meminta Washington agar memperlakukan Pakistan sebagai rekan. Pakistan
juga menginginkan permintaan maaf dan penjelasan dari Washington.
Protes tersebut disampaikan Menteri Luar Negeri Salman Bashir dalam
pernyataan resmi dan disampaikan kepada Duta Besar AS Cameron Munter
yang dipanggil ke kantor Kementerian Luar Negeri atas arahan dari
Perdana Menteri Yousuf Raza Gilani.
Pakistan menyebut serangan itu tidak dapat diterima dan merupakan pelanggaran terhadap norma-norma kemanusiaan dan hukum.
Dalam pernyataannya, Kementerian Luar Negeri menyebutkan mengenai peninjauan kembali hubungan kedua negara.
"Munter mengatakan telah paham bahwa protes Islamabad bukan sekadar
formalitas belaka dan ia akan segera menyampaikan pesan itu kepada para
pemimpin tertinggi pemerintahan AS," kata Kementerian Luar Negeri
Pakistan.
"Pemerintah Pakistan mengecam keras serangan drone yang
mengakibatkan jatuhnya korban dalam jumlah besar," kata Tehmina Janjua,
juru bicara wanita Kementerian Luar Negeri Pakistan.
"Menteri luar negeri telah menyampaikan kecaman keras ini kepada duta
besar AS dan menginginkan permintaan maaf dan penjelasan (dari AS),"
tambahnya.
Tehmina mengatakan, duta besar Pakistan untuk AS, Hussain Haqqani,
juga diminta menyampaikan protes bernada serupa kepada Departemen Luar
Negeri AS.
Sebelumnya, perdana menteri mengecam serangan itu dan menyebutnya
tidak rasional karena justru akan memperkuat elemen-elemen radikal dan
ekstremis.
Kepala Staf Angkatan Darat Pakistan Jenderal Ashfaq Parvez Kayani
mengecam serangan itu dan menyebutnya tidak dapat dibenarkan dan tidak
dapat ditoleransi.
"Amat disesalkan bahwa sebuah jirga yang dihadiri para
penduduk yang bertujuan damai, termasuk para pemimpin kawasan, secara
sembrono diserang tanpa menghargai nyawa manusia," katanya.
Gara-gara serangan itu, para pemimpin suku di Waziristan Utara bersumpah membalas dendam kepada AS.
"Kami adalah orang-orang yang menunggu 100 tahun untuk melakukan
balas dendam. Kami tidak akan pernah memaafkan musuh-musuh kami," kata
para ketua dalam pernyataan bersama.
Serangan drone memang amat tidak populer di Pakistan. Serangan tersebut terjadi pada saat situasi masih panas terkait pembebasan kontraktor CIA, Raymond Davis yang membunuh dua warga Pakistan di Lahore.
Menurut kabar, ada dua drone yang dilibatkan dalam serangan dan menembakkan sejumlah peluru kendali.