Pesawat Tempur Pakistan Tak Hentikan Teror AS

Written By Juhernaidi on Senin, 21 Maret 2011 | 8:25:00 PM

Salah satu ruang kendali pesawat tanpa awak milik militer AS yang digunakan di Pakistan dan Afghanistan. Pesawat tersebut telah banyak merenggut nyawa warga sipil. (Foto: Infinite Unknown)
Salah satu ruang kendali pesawat tanpa awak milik militer AS yang digunakan di Pakistan dan Afghanistan. Pesawat tersebut telah banyak merenggut nyawa warga sipil. (Foto: Infinite Unknown)
ISLAMABAD  – Meski Angkatan Udara Pakistan menyiagakan pesawat-pesawatnya, masih tetap ada puluhan pesawat tanpa awak Amerika Serikat yang terus saja berterbangan di atas kawasan Waziristan Utara untuk mencari target. Sebagaimana diwartakan The Nation, Angkatan Udara Pakistan meningkatkan patroli udara di atas kawasan suku di barat laut Pakistan setelah sebuah serangan drone AS menewaskan 40 orang anggota suku yang tidak bersalah.
AU Pakistan juga membatalkan jadwal liburan para personel intinya agar bisa tetap waspada dalam mengawasi kawasan udara negara tersebut.
Sejumlah sumber mengatakan bahwa sekitar delapan hingga dua belas drone AS berseliweran di atas Waziristan Utara dan meresahkan warga setempat.
Menanggapi serangan drone AS hari Kamis pekan lalu (17/3), yang menewaskan sekitar 40 orang, pemerintah Pakistan pada hari Jumat (18/3) meminta Washington agar memperlakukan Pakistan sebagai rekan. Pakistan juga menginginkan permintaan maaf dan penjelasan dari Washington.
Protes tersebut disampaikan Menteri Luar Negeri Salman Bashir dalam pernyataan resmi dan disampaikan kepada Duta Besar AS Cameron Munter yang dipanggil ke kantor Kementerian Luar Negeri atas arahan dari Perdana Menteri Yousuf Raza Gilani.
Pakistan menyebut serangan itu tidak dapat diterima dan merupakan pelanggaran terhadap norma-norma kemanusiaan dan hukum.
Dalam pernyataannya, Kementerian Luar Negeri menyebutkan mengenai peninjauan kembali hubungan kedua negara.
"Munter mengatakan telah paham bahwa protes Islamabad bukan sekadar formalitas belaka dan ia akan segera menyampaikan pesan itu kepada para pemimpin tertinggi pemerintahan AS," kata Kementerian Luar Negeri Pakistan.
"Pemerintah Pakistan mengecam keras serangan drone yang mengakibatkan jatuhnya korban dalam jumlah besar," kata Tehmina Janjua, juru bicara wanita Kementerian Luar Negeri Pakistan.
"Menteri luar negeri telah menyampaikan kecaman keras ini kepada duta besar AS dan menginginkan permintaan maaf dan penjelasan (dari AS)," tambahnya.
Tehmina mengatakan, duta besar Pakistan untuk AS, Hussain Haqqani, juga diminta menyampaikan protes bernada serupa kepada Departemen Luar Negeri AS.
Sebelumnya, perdana menteri mengecam serangan itu dan menyebutnya tidak rasional karena justru akan memperkuat elemen-elemen radikal dan ekstremis.
Kepala Staf Angkatan Darat Pakistan Jenderal Ashfaq Parvez Kayani mengecam serangan itu dan menyebutnya tidak dapat dibenarkan dan tidak dapat ditoleransi.
"Amat disesalkan bahwa sebuah jirga yang dihadiri para penduduk yang bertujuan damai, termasuk para pemimpin kawasan, secara sembrono diserang tanpa menghargai nyawa manusia,"  katanya.
Gara-gara serangan itu, para pemimpin suku di Waziristan Utara bersumpah membalas dendam kepada AS.
"Kami adalah orang-orang yang menunggu 100 tahun untuk melakukan balas dendam. Kami tidak akan pernah memaafkan musuh-musuh kami," kata para ketua dalam pernyataan bersama.
Serangan drone memang amat tidak populer di Pakistan. Serangan tersebut terjadi pada saat situasi masih panas terkait pembebasan kontraktor CIA, Raymond Davis yang membunuh dua warga Pakistan di Lahore.
Menurut kabar, ada dua drone yang dilibatkan dalam serangan dan menembakkan sejumlah peluru kendali.

Simulasi Jangka Sorong