Libya
bergerak menuju perang saudara secara total. Kekerasan dan korban terus
berjatuhan. Pasukan yang loyal kepada Gadhafi berusaha merebut kembali
kota yang dikuasai oposisi. Para pejuang oposisi tidak membiarkan
pasukan yang loyal kepada Gadhafi itu mengambil alih kota-kota yang
sudah jatuh ketangan mereka.
Pertemupran pecah di mana-mana antara pasukan yang loyal kepada
Gadhafi dengan pejuang oposisi. Para pejuang oposisi bertekad untuk
mengakhiri rezim Gadhafi yang sudah berkuasa selama 42 tahun.
Pertempuran berlangsung sangat dahsyat pecah di kota Zawiya, kota
yang menjadi pusat penyulingan di Libya, yang sekarang jatuh ke tangan
oposisi. Hari Sabtu pasukan yang loyal kepada Gadhafi bertempur
habis-habisan untuk merebut kota itu kembali.
Setidaknya dua tank pasukan Gadhafi masuk ke lapangan "Marty", yang
menjadi pusat gerakan kelompok oposisi. Di mana tembakan senjata berat
dan mortir terdengar selama beberapa jam, ujar seorang wartawan CNN.
"Pasukan Gadhafi mundur setelah medapatkan pukulan berat", kata saksi
mata, Sabtu pagi. Pasukan yang pro-Gadhafi juga memasuki kawasan
pemukiman penduduk di Zawiyah dan menembakan peluru tajam dan senjata
otomatis pada warga di jalan-jalan, ujar saksi mata. Suara tembakan
senjata otomatis dan orang-orang yang berteriak bisa didengar dari
telepon selama wawancara, ujar wartawan CNN
Aksi gerakan penentangan terhadap kekuasaan Gadhafi memasuki hari
ke-19, tanpa gambaran yang jelas tentang situasi siapa yang mengontrol
kota diperebutkan Zawiya, dan kota-kota lainnya yang menjadi ajang
pertempuran, dan entah berapa banyak lagi kematian? Tidak dapat
diprediksi. Karena pertempuran masih terus berlanjut sampai Sabtu siang
tadi.
Saif al-Islam, salah satu anak Gadhafi yang berbicara atas nama rezim
ayahnya dalam beberapa hari terakhir, mengatakan kepada CNN Nic
Robertson, Jumat malam bahwa negara ini tidak dalam berperang melawan
rakyat sipil - tetapi ia mengatakan, negara sedang berperang melawan
"milisi bersenjata" - atau oposisi - yang mencoba menyeret negara ke
dalam perang saudara", ujarnya.
"Perang saudara berarti semua orang memerangi semua orang," kata Saif
Gadhafi. "Di sini di Libya, pemerintah menghadapi milisi bersenjata.
Jumlah mereka hanya antara 200, 300 -... bahkan mungkin 1.000 orang.
Tetapi, kami didukung 6 juta rakyat", ujar Saif al-Islam.