JAKARTA - Paket-paket bom-buku dikirimkan ke
sejumlah orang. Ada dalam daftar penerima: pendiri Jaringan Islam
Liberal Ulil Abshar Abdalla, Kepala Badan Narkotika Nasional Komjen Pol.
Gorries Mere, Ketua Umum Pemuda Pancasila Japto Soerjosoemarno, dan
yang terakhir, musisi Ahmad Dhani.
Menanggapi aksi teror ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
menginstruksikan jajaran BIN, Kepolisian, dan TNI bekerja lebih keras
untuk mengungkap pelakunya. "Jangan berikan ruang apapun, kepada
siapapun yang akan merobek keamanan yang sudah kita jaga," kata Presiden
saat membuka sidang kabinet di Kantor Kepresidenan.
Ditambahkan Yudhoyono, tak boleh ada toleransi pada pelaku bom. Presiden
menyatakan mendukung pengungkapan kasus ini. "Saya minta segera
diungkap dalam waktu tidak terlalu lama."
SBY juga menyesalkan
insiden yang menimpa Kepala Satuan Serse Polres Jakarta Timur, Komisaris
Pol. Dodi Rahmawan. Tangan kirinya harus diamputasi terkena ledakan
saat mencoba menjinakkan bom di Utan Kayu. "Saya melihat ada kecerobohan
petugas kita. Jangan sampai terjadi lagi. Itu menimbulkan kecelakaan
yang tidak semestinya terjadi," kata SBY.
Menurut SBY, motif
pelaku bisa bermacam-macam. "Saya juga dapat berita, SBY tidak bisa
menjaga keamanan," tambah dia. "Kalau nggak suka saya, jangan korbankan
rakyat. Jangan mereka jadi korban."
Bom yang ditujukan pada
empat orang tersebut dimasukkan dalam buku dengan judul berbeda. Untuk
Ulil dan Komjen Gorries Mere, dikirim buku berjudul "Mereka Harus
Dibunuh". Untuk Japto, judulnya "Pancasila". Sementara untuk Ahmad Dhani
dikirim yang bertajuk "Yahudi Militan".
Ancaman bom juga ditujukan kepada Kapolda DIY Brigjen Pol. Ondang Sutarsa Budhi, melalui surat.
Sementara
itu, dibanding serangan bom di tahun-tahun sebelumnya, aksi teror paket
bom jauh lebih kecil. Karena itu seharusnya bisa diungkap dalam waktu
singkat. Namun itu hanya bisa dilakukan bila aparat keamanan bekerja
secara sungguh-sungguh dan sinergis satu sama lain.
Demikian
pernyataan Presiden SBY ketika membuka sidang kabinet paripurna yang
mengagendakan pembahasan draft RKP dan RAPBN 2012 di Kantor Presiden,
Jakarta.
"Dulu bisa ungkap dan tidak terlalu lama. Sekarang pun kalau semua bekerja serius, bisa diungkap," kata SBY.
Presiden
mengingatkan, boleh jadi kelompok yang selama ini melakukan aksi teror
mengubah taktik dan teknik strateginya. Menghadapi perubahan pola
tersebut, petugas keamanan tidak boleh lengah melakukan antisipasi namun
tepat berhati-hati dalam bertugas.
"Saya meminta jajaran
keamanan dan intelijen bekerjalah secara penuh. Saya akan mengikuti dan
memantau perkembangannya. Tidak ada yang lebih penting bagi masyarakat
selain rasa aman, di samping terpenuhinya kebutuhan dasar," sambung SBY.