JAKARTA - Kisruh PKS hanya dirasakan di Jakarta. Bagi kader di daerah, kesolidan tetap terjaga, meski sempat ada yang bertanya tentang 'nyanyian' yang dilakukan oleh bekas pendiri Partai Keadilan, Yusuf Supendi.
"Kader-kader percayakan semua pada
sikap DPP, kalau ada kader yang bertanya langsung kami/ DPW klarifikasi
dan alhamdulillah semua pada solid," kata Ketua DPW PKS Gorontalo, Helmi
Adam, Sabtu (26/3/2011).
Menurut Helmi, akhir-akhir ini kadernya disibukkan dengan persiapan
struktur untuk verifikasi parpol dan rekrutmen kader baru. Sehingga
tidak terlalu terpengaruh dengan gonjang-ganjing di Jakarta.
"Beban dan target rekrutmen jauh lebih strategis dan bebannya jauh lebih
berat, sehigga tidak terlalu terpengaruh dengan gonjang-ganjing di
Jakarta," tambahnya.
Hal yang sama juga dikatakan anggota
Komisi III DPR asal PKS Nasir Djamil. Menurut calon dari Dapil Aceh ini,
aksi Yusuf Supendi tak mempengaruhi kesolidan kader di wilayahnya.
Rumor soal faksi keadilan dan faksi sejahtera pun dibantah.
"Sampai saat ini sih belum berpengaruh," komentarnya singkat.
Kisruh di tubuh PKS mencuat tatkala Yusuf Supendi, salah satu pendiri
Partai Keadilan yang merupakan cikal bakal PKS, mengadukan sejumlah
petinggi PKS ke Badan Kehormatan DPR dan KPK. Dia juga menuding poligami
mereka bermasalah. Yusuf juga mengatakan akan membuka kartu kenakalan
Sekjen PKS Anis Matta saat remaja dahulu kepada istri pertama Anis,
Anaway Irianti Mansyur.
Tak lama setelah membeberkan 'aib'
petinggi PKS, Yusuf Supendi mengaku menerima banyak teror dan ancaman
melalui SMS. Dia pun mengadu ke Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban
(LPSK).
Petinggi PKS menyebut tuduhan Yusuf sebagai fitnah dan akan membiarkan Yusuf bicara sepuasnya.
Sementara
itu, langkah yang dilakukan Yusuf Supendi, mantan anggota Fraksi Partai
Keadilan Sejahtera (PKS) DPR periode 2004-2009, yang juga salah seorang
pendiri PKS, dengan melaporkan sejumlah pimpinan PKS ke Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) dinilai oleh pengamat politik, akan dapat
memperburuk citra partai yang dikenal bersih ini.
Pengamat
politik Burhanuddin Muhtadi di Jakarta, menyatakan meski tidak menutup
kemungkinan ada kepentingan di luar PKS yang bermain sehingga ada yang
menjadi "kuda troya" untuk mengerdilkan PKS, namun adanya persoalan di
internal partai ini tidak bisa dipungkiri. Sehingga jika PKS solid,
tidak akan bisa diintervensi oleh pihak luar yang mencoba bermain di air
keruh.
"Saya melihat memang ada persoalan di internal PKS akibat
adanya perbedaan pandangan. Salah satunya adalah ada pihak yang masih
belum bisa menerima jika PKS menjadi partai terbuka, lebih nasionalis
dan mempribumisasi. Dan ini menjadi persaingan dua orientasi yang
berbeda di tubuh PKS. Selain itu, bisa jadi ada juga kekecewaan secara
personal yang melebar menjadi persoalan lembaga," kata Burhanuddin.
Namun,
Burhanuddin tidak menampik kemungkinan adanya rabcangan besar dari
pihak luar yang "bermain", seperti adanya manuver yang dilakukan untuk
mengkerdilkan PKS yang dinilai mulai mengganggu dan merongrong kekuasaan
akibat ketegasannya yang berbeda dengan partai lain yang tergabung
dalam koalisi terkait kasus hak angket pajak, beberapa waktu lalu.
"Kemungkinan
itu bisa saja terjadi karena kita tahu saat itu, ketika hak angket
pajak bergulir, PKS berseberangan dengan partai penguasa. Di sisi lain,
PKS juga mulai mengubah paradigmanya menjadi partai terbuka, nasionalis,
dan lebih merakyat. Terkait ini, selain muncul perbedaan pandangan di
internal, juga membuat kelompok tertentu khawatir karena suara PKS
potensial naik," ujar Burhanuddin.
Karena itu, Burhanuddin
berharap, PKS bisa mengambil jalan keluar terbaik atas persoalan ini.
Tidak perlu melayangkan gugatan yang sama, seperti yang dilakukan Yusuf
Supendi, karena bisa membuat polemik ini berkepanjangan dan tidak ada
titik temu.
"Menurut saya islah menjadi jalan terbaik. Semua yang
terlibat dalam persoalan ini duduk bersama dan kembali bersatu untuk
kepentingan partai yang lebih besar," demikian Burhanuddin.
Dengan
begitu, lanjut Burhanuddin, harapan banyak pihak, khususnya internal
PKS, bisa terwujud. Yakni, bagaimana PKS bisa tetap solid dan terus
bekerja untuk Indonesia. "Kalau bicara konflik, hampir di semua partai
muncul konflik. Dan hal itu wajar. Tinggal bagaimana menyikapi konflik
tersebut secara bijak. Dan kalau sudah mampu keluar dari lingkaran
konflik, partai akan semakin besar," katanya.