Jumlah
korban tewas akibat gempa yang menghancurkan Jepang dan tsunami
diperkirakan akan meningkat tajam, pada saat ribuan masih hilang dan
ledakan reaktor nuklir mengguncang wilayah timur laut negara itu.
Pejabat Jepang mengatakan pada hari Minggu kemarin (13/3) bahwa
korban dari bencana bisa melampaui 10.000 kematian, Associated Press
melaporkan.
Kepala Polisi di Miyagi, salah satu tempat paling parah yang
mengalami bencana, telah memperkirakan bahwa lebih dari 10.000 mungkin
telah tewas hanya di satu bagian negara itu.
TV Negara Jepang NHK mengatakan sedikitnya 10.000 orang hilang di
Minamisanriku, sebuah kota pelabuhan yang terletak di prefektur Miyagi.
Jumlah tersebut merupakan setengah penduduk kota.
Sementara Badan Kepolisian Nasional telah mengkonfirmasi kematian sebanyak 1.597 orang sejauh ini.
PBB mengatakan hampir 600.000 orang terpaksa meninggalkan rumah
mereka di wilayah yang terkena gempa. Jutaan orang harus hidup tanpa
listrik, air atau makanan yang cukup selama beberapa hari terakhir.
Perdana Menteri Jepang Naoto Kan mengatakan puluhan ribu tentara
telah dikerahkan ke daerah-daerah yang terkena gempa, menambahkan bahwa
polisi, layanan darurat dan tim medis akan dikirim untuk upaya
pemulihan.
Badan Meteorologi Jepang telah memprediksikan bahwa gempa lain dengan
getaran yang besarnya tujuh SR bisa menyerang dalam beberapa hari
mendatang.
Seiring dengan krisis kemanusiaan, negara ini berjuang untuk mengendalikan krisis nuklir potensial yang terjadi.
Kegagalan sistem pendingin di pembangkit nuklir dapat menyebabkan
krisis di reaktor dan mengakibatkan kebocoran bahan radioaktif sehingga
dapat membahayakan kehidupan ribuan orang.
Sebuah ledakan terjadi di reaktor nomor satu di pabrik Fukushima pada
hari Sabtu lalu dan masih ada kemungkinan ledakan lain pada tiga
reaktor lainnya.