Sekelompok aktivis Arab meminta saluran TV satelit Al-Jazeera yang berbasis di Doha Qatar untuk menyiarkan cakupan yang lebih luas dari aksi protes pro-demokrasi di negara-negara yang menikmati hubungan politik mendalam dengan pemerintah Qatar.
"Kami menyerukan Dewan Direksi Al Jazeera untuk mengeluarkan
keputusan penting dan menentukan dalam menyiarkan cakupan yang lebih
baik dan lebih luas terkait aksi protes yang terjadi di negara-negara
yang memiliki kepentingan dengan rezim Qatar seperti Suriah, Arab Saudi
dan Bahrain," kata pernyataan yang didistribusikan melalui Facebook dan
Twitter.
Al Jazeera baru-baru ini mendapatkan popularitas menyusul siaran
mereka yang simpatik atas protes pro-demokrasi di Tunisia, Mesir, dan
Libya.
Namun, pakar media mengatakan bahwa stasiun TV berpengaruh tersebut
telah gagal untuk fokus pada salah satu program berita mereka dalam
meliput aksi protes di Saudi.
Selain itu, situs mereka aljazeera.net hanya menyentuh pada aksi protes dengan menerbitkan laporan dari kantor berita lainnya.
Pada bagian lain, Al Jazeera tampaknya enggan untuk menyiarkan aksi
protes di Bahrain, terutama terkait langkah yang belum pernah terjadi
sebelumnya yang dilakukan oleh Arab Saudi dengan mengirimkan pasukan
untuk menumpas demonstran.
Akan tetapi, dalam beberapa hari terakhir, Al Jazeera network,
khususnya Al Jazeera berbahasa Inggris, telah lebih memperhatikan aksi
protes warga Bahrain.
"Apa yang saya lihat sejauh ini adalah bahwa cakupan Al Jazeera untuk
aksi protes di Bahrain, Arab Saudi dan Suriah sangat lemah dibandingkan
dengan cakupan yang luas Al Jazeera terhadap revolusi di Mesir dan
Tunisia," kata Amr Magdi, seorang aktivis Mesir yang menulis pernyataan
di Facebook, mengatakan kepada Al-Masry Al-Youm.
"Ini adalah hak mutlak bagi negara manapun untuk mengambil
kepentingan negara-negara lain dalam tindakan mereka. Namun Al Jazeera,
seperti yang kita tahu, harusnya tidak membatasi diri pada kepentingan
negara (Qatar) yang mendirikan saluran TV tersebut," tulis pernyataan
itu.
Stasiun TV Al Jazeera diluncurkan pada tahun 1996 dan sejak itu telah
mendapat perhatian di seluruh dunia setelah peristiwa 11 September,
2001 dan invasi Amerika di Irak tahun 2003. Selain itu, dampaknya
terhadap masyarakat Arab adalah saluran TV ini tetap tak tertandingi
oleh saluran lain.
Pemimpin Libya Muammar Gaddafi dilaporkan telah mengirim utusan ke
Qatar untuk menemui Pangeran Hamad bin Khalifa al-Thani meminta dia
untuk menekan Al Jazaeera jangan terlalu meliput kekacauan di Libya,
menurut sumber-sumber dari kubu oposisi Libya yang ada di Kairo.
Sumber yang sama menambahkan bahwa utusan Libya diberikan penjelasan
atas dugaan keterlibatan pasukan Gaddafi dalam pembunuhan juru kamera Al
Jazeera Ali Hassan al-Jabir.