Menteri Dalam Negeri baru Tunisia mengatakan beberapa anggota pasukan keamanan terlibat dalam "konspirasi" untuk melemahkan negara, setelah gelombang kekerasan termasuk pembakaran rumah ibadat Yahudi.
Kelompok Geng mengamuk melalui sekolah-sekolah di ibukota pada hari
Selasa kemarin (1/2), sehingga mendorong tentara keluar untuk
menenangkan kekhawatiran adanya kekacauan setelah pemberontakan yang
menggulingkan Zine al-Abdine Ben Ali.
Unjuk rasa di jalanan utama telah mereda di Tunisia dalam beberapa
hari terakhir, setelah loyalis Ben Ali dibersihkan dari pemerintah
interim.
Tapi tindakan sporadis berupa intimidasi dan sabotase telah pecah
setelah berminggu-minggu protes yang memaksa Ben Ali untuk meninggalkan
negara itu pada tanggal 14 Januari, mengakhiri 23 tahun kekuasaannya.
Menteri Dalam Negari Tunisia yang baru mengatakan pada Selasa
kemarin bahwa beberapa aksi kekerasan itu adalah bagian dari rencana
terorganisir, setelah apa yang ia katakan adanya serangan oleh 2.000
kelompok yang kuat terhadap kementerian dalam negeri.
"Orang-orang ini yang datang kemarin ke kementerian dalam negeri ...
adalah orang yang sama yang sengaja menakut-nakuti warga," kata Farhat
Rajhi kepada TV swasta Hannibal.
"Ada konspirasi terhadap keamanan negara dan ada konspirasi dalam pasukan keamanan."
Komentar Rajhi ini muncul setelah geng mengamuk melalui
sekolah-sekolah di ibukota pada hari Selasa, meneror para mahasiswa.
Tentara menembak di udara di Carthage untuk membubarkan geng yang
menyerbu dua sekolah, kata saksi.
Peres Trabelsi, juru bicara komunitas Yahudi Tunisia, mengatakan dia
tidak tahu siapa yang berada di belakang serangan terhadap rumah ibadat
Yahudi di kota selatan Gabes.
"Saya mengutuk tindakan ini dan saya percaya mereka yang
melakukannya ingin sengaja membuat perpecahan antara orang Yahudi dan
Muslim di Tunisia yang telah tinggal selama puluhan tahun dalam damai,"
kata Trabelsi.