Bilal Malick, yang Menginspirasi Muslim di Chicago

Written By Juhernaidi on Senin, 21 Februari 2011 | 3:58:00 PM

Remaja Muslim di Chicago menggagas kampanye donor sumsum tulang. Mereka berharap bisa menjaring 1.000 orang untuk wilayah Chicago saja, dan 20.000 orang dari seluruh AS untuk berpartispasi dalam kampanye itu.
Para remaja Muslim itu tergerak melakukan kampanye donor sumsum tulang, terinspirasi oleh apa yang menimpa Bilal Mallick, seorang remaja berusia 15 tahun yang meninggal dunia akibat penyakit leukimia yang dideritanya.
Dokter mendiagnosa Bilal terkena leukimia pada bulan Januari dan menyarankan orang tua Bilal agar anaknya menjalani operasi transplantasi sumsum tulang. Transplantasi itu satu-satunya jalan agar Bilal bisa bertahan hidup.
Tapi, dari 9 juta donor sumsum tulang yang terdapat secara nasional, hanya ada160.000 donor yang merupakan orang Asia Selatan, sehingga kecil kemungkinan menemukan donor yang sesuai dengan donor yang dibutuhkan untuk Bilal.
Karena belum menemukan donor yang tepat, Bilal menjalani pengobatan dengan kemoterapi di Rumah Sakit Anak Advocate Hope di Oak Lawn. Mendengar apa yang dibutuhkan Bilal, komunitas Muslim di Islamic Foundation of Villa Park melakukan kampanye untuk menyelamatkan nyawa Bilal. Kampanye itu dilakukan ke seluruh masjid yang ada di Chicago dan kemudian meluas ke seluruh AS.
Hari Jumat (18/2), komunitas Muslim di Villa Park, Des Plaines dan Naperville menggelar kampanye itu dan mendata nama-nama jamaah yang ingin menjadi donor sumsum tulang buat Bilal dan siap menjalani pemeriksaan DNA untuk menjadi donor.
Tapi, untung tak bisa diraih, malang tak bisa ditolak. Bilal terkena infeksi mendadak dan meninggal dunia pada hari Minggunya sebelum pemeriksaan terhadap para donor dilakukan. Meninggalnya Bilal membuat komunitas Muslim makin peduli dan memutuskan untuk tetap melanjutkan kampanye donor sumsum tulang untuk penderita penyakit seperti Bilal.
"Ini bukan cuma persoalan tentang Bilal. Para donor itu mungkin ada yang sesuai dengan orang lain yang menderita penyakit seperti Bilal. Ini merupakan momen pembelajaran bagi kami semua," kata Shareen Ahmed, teman keluarga Bilal.
Kampanye donor sumsum tulang mengubah pandangan banyak komunitas Muslim yang sebelumnya menghindar kampanye donor itu dengan alasan agama melarang mereka membahayakan diri sendiri.
"Tapi perkembangan dunia kedokteran telah menemukan inovasi non-bedah bagi mereka yang ingin menjadi donor sumsum tulang. Cara ini lebih bisa diterima dan bahkan disarankan," kata Syaikh Abdul Rahman Khan, seorang cendikiawan muslim di Islamic Foundation of Villa Park.
"Menyelamatkan nyawa seseorang ibarat menyelamatkan seluruh umat manusia. Jadi kita harus berusaha menyelamatkan hidup seseorang sepanjang hal itu tidak membahayakan diri kita sendiri," sambung Khan.
Transplantasi sumsum tulang bagi penderita leukimia tidak menjamin penyembuhan secara total. Transplantasi itu hanya membantu tubuh penderita yang melemah akibat kemoterapi, dan untuk mendorong pembentukan darah putih dengan jumlah cukup sehingga penderita bisa melawan infeksi yang menyerang tubuhnya, dan mampu menghadapi proses kemoterapi yang lebih agresif atau perawatan dengan cara radiasi. Yang menjadi persoalan, hanya sedikit orang yang bersedia mendonorkan sumsum tulangnya.
"Sayang sekali, harus jatuh korban dulu agar kampanye donor ini terealisasi," kata Jennifer Baird yang mengawasi pendaftaran donor sumsum tulang berskala nasional yang bertajuk "Be the Match."
Siapakah Bilal Mallick?
Bilal lahir di London, 23 Maret 1995. Keluarganya pindah ke kawasan Lisle, Chicago empat tahun belakangan ini. Selama kelas depalan Bilal belajar menghapal Al-Quran agar bisa menjadi seorang hafiz, dibawah bimbingan seorang guru privat. Ia juga aktif dalam tim sepakbola di lingkungannya.
Oleh teman-temannya, Bilal dikenal sebagai anak yang gigih dan ramah, meski sering tidak dipedulikan oleh teman-teman satu tim sepakbolanya. "Saya sangat senang dengan Bilal. Dia selalu bersikap terbuka pada semua orang," kata seorang teman Bilal bernama Zac Martin.
Tanver, ayah Bilal mengungkapkan, puteranya juga orang yang sangat perhatian pada keluarga. Ketika berada di rumah sakit, Bilal selalu mengkhawtirkan kedua orang tuanya dan tiga adiknya. "Dia selalu mengirim sms pada teman dan guru-gurunya saat dirawat di rumah sakit," kata Tanver.
Emily Bishop, guru bahasa Spanyol yang pernah dikirimi sms oleh Bilal mengenang siswanya sebagai siswa yang baik dan menceritakan kebiasaan Bilal makan roti sandwich di sekolah. "Apapun yang ia punya, dia selalu berbagi. Dia berbagi tentang apa yang dirasakannya, dia berbagi rotinya, senyumnya ... itulah cara Bilal menjalani kehidupannya," ujar Bishop.
Syaikh Abdul Rahman Khan, cendikiawan muslim di Islamic Foundation of Villa Park meyakini, kampanye donor sumsum tulang yang digelar untuk mengenang Bilal adalah kesempatan bagi semua orang untuk berbagi dengan sesama manusia yang sedang berjuang untuk mempertahankan hidupnya.
"Masa hidup Bilal sudah selesai. Tapi tanggung jawab kita untuk menolong sesama tetap berlanjut. Siapa tahu, lewat kampanye ini kita bisa menyelamatkan 10, 20 nyawa. Apa yang diwariskan Bilal akan tetap hidup," tukas Syaikh Khan.

Simulasi Jangka Sorong