Remaja Muslim di Chicago menggagas kampanye donor sumsum tulang. Mereka berharap bisa menjaring 1.000 orang untuk wilayah Chicago saja, dan 20.000 orang dari seluruh AS untuk berpartispasi dalam kampanye itu.
Para remaja Muslim itu tergerak melakukan kampanye donor sumsum
tulang, terinspirasi oleh apa yang menimpa Bilal Mallick, seorang remaja
berusia 15 tahun yang meninggal dunia akibat penyakit leukimia yang
dideritanya.
Dokter mendiagnosa Bilal terkena leukimia pada bulan Januari dan
menyarankan orang tua Bilal agar anaknya menjalani operasi transplantasi
sumsum tulang. Transplantasi itu satu-satunya jalan agar Bilal bisa
bertahan hidup.
Tapi, dari 9 juta donor sumsum tulang yang terdapat secara nasional,
hanya ada160.000 donor yang merupakan orang Asia Selatan, sehingga kecil
kemungkinan menemukan donor yang sesuai dengan donor yang dibutuhkan
untuk Bilal.
Karena belum menemukan donor yang tepat, Bilal menjalani pengobatan
dengan kemoterapi di Rumah Sakit Anak Advocate Hope di Oak Lawn.
Mendengar apa yang dibutuhkan Bilal, komunitas Muslim di Islamic
Foundation of Villa Park melakukan kampanye untuk menyelamatkan nyawa
Bilal. Kampanye itu dilakukan ke seluruh masjid yang ada di Chicago dan
kemudian meluas ke seluruh AS.
Hari Jumat (18/2), komunitas Muslim di Villa Park, Des Plaines dan
Naperville menggelar kampanye itu dan mendata nama-nama jamaah yang
ingin menjadi donor sumsum tulang buat Bilal dan siap menjalani
pemeriksaan DNA untuk menjadi donor.
Tapi, untung tak bisa diraih, malang tak bisa ditolak. Bilal terkena
infeksi mendadak dan meninggal dunia pada hari Minggunya sebelum
pemeriksaan terhadap para donor dilakukan. Meninggalnya Bilal membuat
komunitas Muslim makin peduli dan memutuskan untuk tetap melanjutkan
kampanye donor sumsum tulang untuk penderita penyakit seperti Bilal.
"Ini bukan cuma persoalan tentang Bilal. Para donor itu mungkin ada
yang sesuai dengan orang lain yang menderita penyakit seperti Bilal. Ini
merupakan momen pembelajaran bagi kami semua," kata Shareen Ahmed,
teman keluarga Bilal.
Kampanye donor sumsum tulang mengubah pandangan banyak komunitas
Muslim yang sebelumnya menghindar kampanye donor itu dengan alasan agama
melarang mereka membahayakan diri sendiri.
"Tapi perkembangan dunia kedokteran telah menemukan inovasi non-bedah
bagi mereka yang ingin menjadi donor sumsum tulang. Cara ini lebih bisa
diterima dan bahkan disarankan," kata Syaikh Abdul Rahman Khan, seorang
cendikiawan muslim di Islamic Foundation of Villa Park.
"Menyelamatkan nyawa seseorang ibarat menyelamatkan seluruh umat
manusia. Jadi kita harus berusaha menyelamatkan hidup seseorang
sepanjang hal itu tidak membahayakan diri kita sendiri," sambung Khan.
Transplantasi sumsum tulang bagi penderita leukimia tidak menjamin
penyembuhan secara total. Transplantasi itu hanya membantu tubuh
penderita yang melemah akibat kemoterapi, dan untuk mendorong
pembentukan darah putih dengan jumlah cukup sehingga penderita bisa
melawan infeksi yang menyerang tubuhnya, dan mampu menghadapi proses
kemoterapi yang lebih agresif atau perawatan dengan cara radiasi. Yang
menjadi persoalan, hanya sedikit orang yang bersedia mendonorkan sumsum
tulangnya.
"Sayang sekali, harus jatuh korban dulu agar kampanye donor ini
terealisasi," kata Jennifer Baird yang mengawasi pendaftaran donor
sumsum tulang berskala nasional yang bertajuk "Be the Match."
Siapakah Bilal Mallick?
Bilal lahir di London, 23 Maret 1995. Keluarganya pindah ke kawasan
Lisle, Chicago empat tahun belakangan ini. Selama kelas depalan Bilal
belajar menghapal Al-Quran agar bisa menjadi seorang hafiz, dibawah
bimbingan seorang guru privat. Ia juga aktif dalam tim sepakbola di
lingkungannya.
Oleh teman-temannya, Bilal dikenal sebagai anak yang gigih dan ramah,
meski sering tidak dipedulikan oleh teman-teman satu tim sepakbolanya.
"Saya sangat senang dengan Bilal. Dia selalu bersikap terbuka pada semua
orang," kata seorang teman Bilal bernama Zac Martin.
Tanver, ayah Bilal mengungkapkan, puteranya juga orang yang sangat
perhatian pada keluarga. Ketika berada di rumah sakit, Bilal selalu
mengkhawtirkan kedua orang tuanya dan tiga adiknya. "Dia selalu mengirim
sms pada teman dan guru-gurunya saat dirawat di rumah sakit," kata
Tanver.
Emily Bishop, guru bahasa Spanyol yang pernah dikirimi sms oleh Bilal
mengenang siswanya sebagai siswa yang baik dan menceritakan kebiasaan
Bilal makan roti sandwich di sekolah. "Apapun yang ia punya, dia selalu
berbagi. Dia berbagi tentang apa yang dirasakannya, dia berbagi rotinya,
senyumnya ... itulah cara Bilal menjalani kehidupannya," ujar Bishop.
Syaikh Abdul Rahman Khan, cendikiawan muslim di Islamic Foundation of
Villa Park meyakini, kampanye donor sumsum tulang yang digelar untuk
mengenang Bilal adalah kesempatan bagi semua orang untuk berbagi dengan
sesama manusia yang sedang berjuang untuk mempertahankan hidupnya.
"Masa hidup Bilal sudah selesai. Tapi tanggung jawab kita untuk
menolong sesama tetap berlanjut. Siapa tahu, lewat kampanye ini kita
bisa menyelamatkan 10, 20 nyawa. Apa yang diwariskan Bilal akan tetap
hidup," tukas Syaikh Khan.