Magelang - Setelah tidak bisa dilewati kendaraan sejak Minggu (9/1), jalur utama Yogyakarta-Magelang Km 23, atau di wilayah Dusun Gempol, Desa Jumoyo, Kecamatan Salam, Rabu (12/1), akhirnya bisa dilalui kendaraan kembali. Jalan dibuka sekitar pukul 01.00 dini hari setelah pengerukan material luapan banjir lahar dingin Kali Putih yang menimbun badan jalan selesai.
Dari pantauan Suara Merdeka, arus lalu lintas di lokasi bencana tersebut padat merayap. Kendaraan hanya bisa melaju dengan kecepatan rendah. Hal itu dikarenakan badan jalan yang terbuka hanya bisa untuk dua lajur. Sedangkan dua lajur di sisi kanan dan kiri masih tertutup timbunan material. Hingga sore kemarin, pasir yang menggunung masih belum dipindahkan.
Sementara itu, Gubernur Bibit Waluyo melontarkan wacana pemecahan alur Kali Putih di Desa Jumoyo, Kecamatan Salam.
Alur sungai itu akan diluruskan sesuai dengan kondisi peninggalan Belanda, namun alur sungai yang ada saat ini tetap dipelihara.
”Dulu sungai ini dibelokkan dari poros awal. Ternyata, belokan kiri itu tidak kuat menampung lahar dingin Merapi,” kata Gubernur saat meninjau lokasi bencana banjir lahar dingin di Kali Putih.
Arus Lalu Lintas
Sejumlah anggota Polres Magelang diterjunkan untuk mengatur arus lalu lintas di jalur utama Yogyakarta - Magelang. Namun, arus lalu lintas dari kedua arah tetap tersendat. Hal itu terjadi karena masih banyak warga masyarakat yang ingin sekadar melihat-lihat lokasi bencana banjir lahar dingin.
Selain itu, gundukan pasir dan batu raksasa yang berada di pinggir jalan juga menjadi perhatian para pengguna jalan. Tidak jarang mereka engabdikannya dengan kamera ponsel dari atas kendaraan.
Meski belum lancar sepenuhnya, pembukaan jalur tersebut melegakan warga. Maklum, selama ditutup kendaraan harus memutar cukup jauh. Jenis kendaraan berat harus memutar melalui Kabupaten Purworejo. Sedangkan mobil kecil diarahkan melewati jalur alternatif Kabupaten Kulonprogo. Adapun kendaraan roda dua bisa juga memutar melalui jalur alternatif di Kecamatan Srumbung. ”Repot sekali kalau jalur ini tertutup. Dari Yogya ke Muntilan saja terasa begitu jauh,” kata Rahardiyan (37), warga Kabupaten Sleman yang sehari-hari bekerja di Pasar Muntilan.
Kapolres Magelang AKBP Kif Aminanto sejak pagi memantau arus lalu lintas di Dusun Gempol. Kasatlantas Polres Magelang AKP Windiyanto juga terjun mengatur lalu lintas dibantu oleh relawan warga setempat.
AKBP Kif Aminanto mengatakan, akibat banjir lahar dingin, jalur utama tersebut sudah tiga kali ditutup.
”Kami menerjunkan banyak anggota di lokasi tersebut, termasuk mereka yang bertugas melancarkan arus lalu lintas,” katanya.
Sementara itu, setelah jalur dibuka kembali, lokasi bencana lahar dingin di Dusun Gempol makin banyak didatangi warga, dari pagi hingga sore hari. Mereka sebagian besar datang mengendarai sepeda motor. Selain menyaksikan puing-puing rumah yang terpendam pasir, mereka juga melihat alat berat yang sedang mengeruk material lahar yang memenuhi Kali Putih.
Batu-batu raksasa sebesar empat gajah yang terbawa banjir lahar tak luput dari perhatian. ”Bagaimana bisa batu sebesar itu sampai ke jalan raya,” kata Qomariah (58), salah seorang pengunjung.
Bangun Sabo Dam
Gubernur Bibit Waluyo meninjau Kali Putih didampingi Direktur Bina Pelaksana Wilayah II, Ditjen Bina Marga, Kementrian Pekerjaan Umum (PU), Winarno, Bupati Magelang, H Singgih Sanyoto, dan sejumlah pejabat Pemprov Jateng. Kunjungan itu untuk mencari solusi terbaik dalam mengatasi persoalan banjir lahar dingin. ”Ternyata betul, kalau (alur Kali Puitih) yang ada saat ini tidak sanggup menampung lahar. Mesti harus dibuat lurus dari atas,” kata Bibit Waluyo.
Selain memecah aliran Kali Putih menjadi dua, Bibit juga mengatakan akan membangun sabo dam di bagian hulu sungai. Penambahan sabo dam tersebut berfungsi untuk menghambat kecepatan banjir lahar dingin dari puncak Merapi. ”Sehingga jalanya lahar itu tidak begitu kencang dan dicarikan kantong-kantong lahar bila ada guguran pasir dan batu dari atas”.
Direktur Bina Pelaksana Wilayah II, Ditjen Bina Marga Winarno mengatakan, untuk mengeliminasi dampak lahar dingin yang terjadi pihaknya akan mengatasi di bagian hulu sungai. Sebab, yang di hilir merupakan dampak saja. Misalnya, dengan membuat sabo tambahan di hulu sungai atau mengalirkan ke sungai lain dengan cara disudet. ”Namun hal itu akan kami bicarakan dengan Balai Sumber Daya Air,” ujar Winarno.
Dari pantauan Suara Merdeka, arus lalu lintas di lokasi bencana tersebut padat merayap. Kendaraan hanya bisa melaju dengan kecepatan rendah. Hal itu dikarenakan badan jalan yang terbuka hanya bisa untuk dua lajur. Sedangkan dua lajur di sisi kanan dan kiri masih tertutup timbunan material. Hingga sore kemarin, pasir yang menggunung masih belum dipindahkan.
Sementara itu, Gubernur Bibit Waluyo melontarkan wacana pemecahan alur Kali Putih di Desa Jumoyo, Kecamatan Salam.
Alur sungai itu akan diluruskan sesuai dengan kondisi peninggalan Belanda, namun alur sungai yang ada saat ini tetap dipelihara.
”Dulu sungai ini dibelokkan dari poros awal. Ternyata, belokan kiri itu tidak kuat menampung lahar dingin Merapi,” kata Gubernur saat meninjau lokasi bencana banjir lahar dingin di Kali Putih.
Arus Lalu Lintas
Sejumlah anggota Polres Magelang diterjunkan untuk mengatur arus lalu lintas di jalur utama Yogyakarta - Magelang. Namun, arus lalu lintas dari kedua arah tetap tersendat. Hal itu terjadi karena masih banyak warga masyarakat yang ingin sekadar melihat-lihat lokasi bencana banjir lahar dingin.
Selain itu, gundukan pasir dan batu raksasa yang berada di pinggir jalan juga menjadi perhatian para pengguna jalan. Tidak jarang mereka engabdikannya dengan kamera ponsel dari atas kendaraan.
Meski belum lancar sepenuhnya, pembukaan jalur tersebut melegakan warga. Maklum, selama ditutup kendaraan harus memutar cukup jauh. Jenis kendaraan berat harus memutar melalui Kabupaten Purworejo. Sedangkan mobil kecil diarahkan melewati jalur alternatif Kabupaten Kulonprogo. Adapun kendaraan roda dua bisa juga memutar melalui jalur alternatif di Kecamatan Srumbung. ”Repot sekali kalau jalur ini tertutup. Dari Yogya ke Muntilan saja terasa begitu jauh,” kata Rahardiyan (37), warga Kabupaten Sleman yang sehari-hari bekerja di Pasar Muntilan.
Kapolres Magelang AKBP Kif Aminanto sejak pagi memantau arus lalu lintas di Dusun Gempol. Kasatlantas Polres Magelang AKP Windiyanto juga terjun mengatur lalu lintas dibantu oleh relawan warga setempat.
AKBP Kif Aminanto mengatakan, akibat banjir lahar dingin, jalur utama tersebut sudah tiga kali ditutup.
”Kami menerjunkan banyak anggota di lokasi tersebut, termasuk mereka yang bertugas melancarkan arus lalu lintas,” katanya.
Sementara itu, setelah jalur dibuka kembali, lokasi bencana lahar dingin di Dusun Gempol makin banyak didatangi warga, dari pagi hingga sore hari. Mereka sebagian besar datang mengendarai sepeda motor. Selain menyaksikan puing-puing rumah yang terpendam pasir, mereka juga melihat alat berat yang sedang mengeruk material lahar yang memenuhi Kali Putih.
Batu-batu raksasa sebesar empat gajah yang terbawa banjir lahar tak luput dari perhatian. ”Bagaimana bisa batu sebesar itu sampai ke jalan raya,” kata Qomariah (58), salah seorang pengunjung.
Bangun Sabo Dam
Gubernur Bibit Waluyo meninjau Kali Putih didampingi Direktur Bina Pelaksana Wilayah II, Ditjen Bina Marga, Kementrian Pekerjaan Umum (PU), Winarno, Bupati Magelang, H Singgih Sanyoto, dan sejumlah pejabat Pemprov Jateng. Kunjungan itu untuk mencari solusi terbaik dalam mengatasi persoalan banjir lahar dingin. ”Ternyata betul, kalau (alur Kali Puitih) yang ada saat ini tidak sanggup menampung lahar. Mesti harus dibuat lurus dari atas,” kata Bibit Waluyo.
Selain memecah aliran Kali Putih menjadi dua, Bibit juga mengatakan akan membangun sabo dam di bagian hulu sungai. Penambahan sabo dam tersebut berfungsi untuk menghambat kecepatan banjir lahar dingin dari puncak Merapi. ”Sehingga jalanya lahar itu tidak begitu kencang dan dicarikan kantong-kantong lahar bila ada guguran pasir dan batu dari atas”.
Direktur Bina Pelaksana Wilayah II, Ditjen Bina Marga Winarno mengatakan, untuk mengeliminasi dampak lahar dingin yang terjadi pihaknya akan mengatasi di bagian hulu sungai. Sebab, yang di hilir merupakan dampak saja. Misalnya, dengan membuat sabo tambahan di hulu sungai atau mengalirkan ke sungai lain dengan cara disudet. ”Namun hal itu akan kami bicarakan dengan Balai Sumber Daya Air,” ujar Winarno.