M-Learning,Alternatif Pembelajaran

Written By Juhernaidi on Jumat, 09 Juli 2010 | 11:53:00 AM

PENGGUNAAN peranti teknologi komunikasi yang makin hari kian canggih saat ini sudah menyebar ke berbagai lapisan masyarakat, tanpa memandang status sosial, jenis kelamin, usia, dan suku bangsa. Frederick Williams dalam The Communications Revolution menyebut kondisi itu sebagai ledakan dalam bidang teknologi komunikasi mutakhir yang dialami umat manusia lantaran percepatan yang makin lama kian tinggi.

Pada fase sejarah, manusia pertama muncul kira-kira 36.000 tahun lalu. Perlu waktu 12.000 tahun sesudah itu untuk menemukan cara melukis di dinding gua. Tak ada penemuan teknologi komunikasi selama 18.000 tahun lagi. Pada  4.000 tahun sebelum Masehi (SM) ditemukan tulisan pertama. Pada 1.000 tahun SM, manusia mengenal abjad. Percetakan ditemukan tahun 1453 M. Dan, baru tahun 1900 terjadi rentetan penemuan teknologi komunikasi yang mencengangkan.

Selama 100 tahun terakhir, manusia menciptakan teknologi komunikasi yang jauh lebih banyak dari penciptaan selama 360 abad sebelumnya. Dan, perubahan akan terus terjadi dengan akselerasi eksponensial. Bagaimana dengan perubahan perilaku manusia menghadapi revolusi yang sangat masif itu, terutama dari sisi kebiasaan belajar?
Revolusi Pembelajaran Sejalan dengan kepesatan perkembangan information comunication technology (ICT), terjadi pergeseran pandangan tentang pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. Akses pembelajaran jadi lebih terbuka, tanpa dibatasi ruang dan waktu. Peranti belajar konvensional seperti kertas dan pensil juga berganti menjadi on line atau saluran, disk, mikroprosesor, dan alat penyimpan data digital lain.

Isi pembelajaran pun jauh lebih bervariasi dan mudah dipelajari melalui perangkat internet. Maka, revolusi pembelajar menjadi keniscayaan yang tak terelakkan. Siswa, guru, bahkan orang awam sekalipun memiliki ke-sempatan untuk belajar dan maju.

Robin Paul Ajjelo dalam tulisan berjudul “Rebooting: The Mind Starts at School” mengemukakan, ruang kelas pada era milenium yang akan datang akan jauh berbeda dari ruang kelas seperti sekarang. Ruang kelas masa depan lebih menyerupai laboratorium komputer; tak ada lagi anak duduk di bangku dan guru di depan kelas. Ruang kelas pada masa datang disebut cyber classroom atau ruang kelas maya sebagai tempat anak-anak melakukan aktivitas pembelajaran secara individual dan kelompok dengan pola belajar interactive learning atau pembelajaran interaktif melalui komputer dan internet. Anak-anak berhadapan dengan komputer dan melakukan aktivitas pembelajaran secara interaktif.

Pada masa datang, isi tas anak sekolah bukan lagi buku dan alat tulis, melainkan komputer notebook atau netbook dengan akses internet tanpa kabel, yang bermuatan materi belajar berupa bahan bacaan, materi untuk dilihat atau didengar (adiovisual), dileng-kapi kamera digital serta perekam suara. Perlengkapan pribadi mereka berupa jam tangan yang dilengkapi data pribadi, uang elektronik, kode sekuriti untuk masuk rumah, kalkulator, dan lain-lain. Sebagai hiburan, saku mereka berisi videophone mini dengan perangkat lunak, akses internet, permainan, musik, dan televisi.

Gelombang kecenderungan baru sebagai dampak rentetan revolusi komunikasi adalah gagasan tentang pembelajaran secara mobil atau mobile learning (m-learning) dengan memanfaatkan peranti bergerak, khususnya telepon genggam. Kombinasi teknologi telekomunikasi dan internet yang saat ini sudah memasyarakat juga menjadi salah satu pendorong percepatan dan perluasan akses pembelajaran melalui m-learning.

Gagasan mengembangkan m-learning sebenarnya berangkat dari fakta bahwa penggunaan perangkat seluler sebagai peranti dasar m-learning di Indonesia saat ini mencapai 70% dari total penduduk atau sekitar 150 juta jiwa  (Goswami, 2007:25). Itu berarti, potensi untuk belajar melalui perangkat m-learning sangat besar. Mengutip tulisan Marc Prensky, “What Can You Learn from a Cell Phone? Almost Anything!”, tersirat saat ini apa pun dapat dilakukan melalui telepon seluler, dari menjual produk melalui m-commerce, jasa perbankan melalui m-banking, game, entertainment, dan m-learning.

M-learning merupakan bagian dari pembelajaran elektronik atau lebih dikenal dengan e-learning (Georgiev, Georgieva & Smrikarov, 2006). M-learning mengacu ke penggunaan perangkat teknologi informasi (TI) genggam dan bergerak, seperti PDA, telepon genggam, laptop dan tablet PC dalam pengajaran dan pembelajaran.

Berkait dengan pengguna perangkat bergerak yang meningkat, m-learning dapat dijadikan salah satu alternatif pemecahan permasalahan di bidang pendidikan di tingkat sekolah menengah umumnya, khususnya sekolah menengah atas (SMA), terutama dalam pemerataan akses infomasi pendidikan.

Namun potensi dan tantangan m-learning sebagai salah satu alternatif yang potensial untuk memperluas akses pendidikan belum diimbangi dengan penyediaan pelayanan oleh lembaga pendidikan, vendor seluler, dan pihak lain yang berkepentingan.

Saat ini masih sangat sedikit upaya pengembangan konten pembelajaran berbasis perangkat bergerak yang dapat diakses secara luas. Kebanyakan konten yang beredar di pasaran masih didominasi hiburan yang miskin aspek edukatif. Kondisi itu menyiratkan kebutuhan akan pengembangan konten dan aplikasi berbasis divais bergerak yang lebih banyak, beragam, murah, dan mudah diakses. Kenyataan itu sekaligus dapat menjadi peluang bagi lembaga pendidikan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran dengan memanfaatkan perangkat bergerak sebagai media penyampaian konten pembelajaran.
Tantangan bagi Guru Selain sisi positif, pembelajaran berperangkat bergerak juga tak terlepas dari berbagai kelemahan. Interaksi psikologis antara guru dan siswa atau an-tarsiswa, misalnya, berkurang sehingga bisa memperlambat pembentukan nilai-nilai dalam proses pembelajaran. Selain itu m-learning memiliki keterbatasan, terutama dari sisi perangkat atau media belajar, seperti kemampuan prosesor, kapasitas memori, layar tampilan, dan catu daya yang seiring dengan perkembangan teknologi terus diperbaiki oleh penyedia pelayanan.

Namun hambatan terbesar pada sumber daya manusia, baik penyelenggara pendidikan maupun tenaga pembelajaran yang berkemampuan cukup memadai dalam merespons tuntutan perkembangan teknologi m-learning. Dalam kaitan ini, guru harus menguasai seluk beluk teknologi informasi dan komunikasi serta berkemampuan memfasilitasi pembelajaran siswa secara efektif agar tujuan pembelajaran tercapai. Tak kalah penting adalah perubahan kerangka berpikir berkait dengan peran guru yang semula sebagai satu-satunya sumber pemberi informasi harus bergeser menjadi manajer pembelajaran.

Simulasi Jangka Sorong